Suasana asri nan sejuk yang berada di lingkungan sekitar desa xx terasa nyaman, para penduduk yang tinggal di desa tersebut terlihat baik serta ramah.
Kebudayaan dan adat yang masih melekat pada desa tersebut membuat para pengunjung merasa tertarik. Di sisi lain, terlihat bangunan-bangunan tua yang tidak terpakai terasa hawa tidak enak di rasakan.
Kini mereka sudah sampai di sebuah penginapan modern yang berbeda dengan rumah penduduk lain. Penginapan itu terlihat besar serta luas dan nyaman untuk di tempati.
"Woahh besar juga!" Viona berseru, ia menengok ke arah sampai kanan penginapan, terlihat sesosok genderuwo yang terlihat besar serta mengerikan. Gigi taring yang menjuntai keluar membuatnya bertambah semakin seram.
"Apa dia penunggu penginapan ini?" Kini Reza yang bertanya pada Reyhan yang berdiri di samping Viona. "Sejenisnya, dia milik kakek dan di suruh untuk menjaga penginapan nya," jelasnya, ia melangkahkan kakinya untuk mengetuk pintu dan berbicara pada tantenya.
"Huh? Katanya punya Tante dia!" sungut Reza yang merasa gaje. "Yang dia maksud rumah punya kakeknya dan tantenya Reyhan juga tinggal di situ!" jelas Viona mendengar pertanyaan dari Reza yang tidak jelas.
"Tapi kan bis-"
"Udah diem ish! Mulutmu kaya Mak Mak yang kepo Ama tetangga!"
"Ngejek lu? Hah!!"
"Cuma ngomong bener aja kok~" Viona menuju ke tempat Reyhan yang sedang berbicara dengan Tante nya, dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Siang mbak!"
"Siang juga ... apa kalian yang mau menginap di sini?" Tante itu bertanya pada mereka yang datang mendekat.
"Tentu saja! Kami mau berlibur di sini!" Viona merasa senang dia tidak sabar dengan petualangan yang selanjutnya di nantikan. "Ya sudah, ayo masuk dulu, mari!"
Mereka pun masuk ke dalam dan duduk di sofa yang terasa nyaman di tempati. "Oh ya Rey, tolong kamu buatkan minuman buat mereka," perintahnya, Reyhan mengangguk dan segera menuju ke dapur.
Melihat Reyhan ke dapur sendiri, Viona segera melesat mengikutinya juga. "Lho? Kenapa ikut juga?"
"Mau bantu kamu."
"Ga usah, aku bisa sendiri kok."
"Nanti kamu susah," sergah Viona dengan datar, tetapi pada pendengaran Reyhan kata-kata tersebut seperti paksaan dirinya untuk mengajak Viona ikut bersama.
"Ikut aja Rey, lagian dia juga perlu lihat-lihat sekitar," saran sang Tante. Reyhan hanya menghela nafas pasrah mendengar itu dan mengajak Viona menuju dapur.
"Anu ... maafin dia udah ga sopan di rumah Mbak," sesal Reza sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ga apa kok, kayanya dia tertarik dengan rumah ini."
"Yah ... begitulah, dia selalu penasaran dengan hal-hal yang baru," sahut Raka juga meminta maaf atas kelakuan Viona.
"Namanya juga cewek, pasti dia tertarik bukan? Ah nama saya Arum salam kenal." Arum, Tante Reyhan yang terlihat cantik dan seumuran dengan Raka. Dia adalah adik dari ayah Reyhan yang bernama Gala.
"Nama saya Raka Andriya, kakak dari Reza dan Viona. Lalu dia teman Viona yang bernama Farhan Aditya," jelas Raka memperkenalkan diri duluan membuat Reza menatap kesal.
"Huh? Apa-apaan itu?!" lirih Reza pada Raka yang duduk di sampingnya, dan datanglah Viona serta Reyhan yang membawa nampan berisi es jeruk segar serta beberapa kue kering yang berada di toples.
"Silahkan!" ucap Reyhan sembari menaruh minumannya di depan mereka dan pembicaraan pun di mulai. "Jadi, kalian akan menginap di sini selama berapa hari?"
"Satu bulan." Raka menjawab dengan cepat sembari menunjukkan jari telunjuk kanannya. "Wah? Apakah kalian sedang liburan?"
"Tentu! Dan berapa biayanya?" Kini giliran Viona yang bertanya, ia meminum jus itu dengan cepat karena rasa haus di tenggorokannya sudah terasa.
"Hmm ... untuk satu bulan biaya satu orang 500.000 dan itu sudah termasuk untuk fasilitas di rumah ini."
"Bagaimana?" Reza menatap ke arah Raka. "Kami akan membayar langsung hari ini," jawab Raka dengan senyum tipis yang tercetak di bibirnya. Mendengar itu membuat Arum serta Reyhan kaget dengan apa yang di dengarnya.
"T-tunggu apa kalian punya uang sebanyak itu?!" Arum mengerutkan keningnya, ia menatap heran pada mereka yang akan membayar langsung hari ini. "Tentu saja ada." Raka mengeluarkan amplop coklat yang berisi uang dua juta lima ratus ribu rupiah dan memberikannya pada arum.
Arum menerimanya, ia membuka dan mengecek uang yang ada di dalam. "Kenapa lebih lima ratus?"
"Anggap saja itu hadiah dari kami, dan sebaiknya untuk jaga-jaga saja."
"Tidak! Tidak! Sebaiknya kamu saja yang menyimpan lima ratus nya."
"Aku memaksa, simpan uang itu baik-baik!" Tegas Raka hingga membuat atmosfer di ruangan tersebut berubah.
Arum hanya menurut, di masukan kembali uang tersebut ke dalam amplop coklat dan menyimpannya dengan hati-hati. "Ekhem! Apa kami boleh melihat-lihat fasilitas?" Viona berdeham untuk mencairkan suasana tersebut.
Ia berdiri dari duduknya dan menarik tangan Farhan yang masih terduduk anteng. Mau tidak mau Farhan segera berdiri dengan wajah sedikit cemberut.
"Jangan cemberut seperti itu, mau ku cubit?" Farhan segera menggeleng cepat, ia tidak ingin pipinya merasa sakit lagi karena Viona selalu mencubitnya dengan keras.
***
Pada akhirnya mereka berdiri juga dan mulai mengelilingi ruangan penginapan tersebut agar nantinya tidak tersesat. "Oh ya, kamar kalian ada di bawah. Untuk kamar perempuan ada di sebelah kiri dan laki-laki sebelah kanan." Arum menjelaskan sambil berjalan, ia menunjukkan kamar untuk mereka. Viona melirik kamar perempuan yang bertuliskan angka 1 di pintunya dan ia pun membukanya.
Terlihat kasur yang cukup untuk 2 orang terletak di dekat jendela kamar, Viona mendekat ke arah jendela tersebut dan membuka tirai nya.
Cahaya matahari yang terasa panas masuk ke dalam jendela itu, ia kini beralih ke arah meja kecil yang berada di sebelah kasur. Di buka nya laci tersebut dari atas sampai bawah untuk mengecek.
Tidak ada yang aneh pada laci tersebut, ia lalu beralih ke meja rias yang terdapat sebuah cermin besar untuk berdandan. Di cek nya bawah meja tersebut untuk melihat apakah ada sesuatu yang aneh atau tidak.
Melihat itu membuat Reyhan dan Arum kebingungan dengan Viona yang seperti sedang mencari sesuatu. Sementara itu mereka bertiga hanya diam sambil menatap sekitar. "Apa yang sedang kamu cari?"
"Tidak ada. Apa tempat ini kosong?"
"Tentu saja, aku selalu membersihkan rumah ini setiap hari jadi, kalian tidak perlu khawatir."
"Baiklah, aku akan disini." Viona menaruh tas miliknya di atas kasur, ia membuka jaketnya yang terasa panas dan memperlihatkan kaos putih polos yang sedikit terlihat pakaian dalamnya.
Dengan segera Farhan menutup kembali jaketnya agar tidak terlihat yang lain. "Oh, ayolah ... aku terasa panas," rengek Viona yang sepertinya tidak suka jika tubuh miliknya terlihat orang lain.
"Baiklah, akan ku pakai kembali."
"Yak! Bucin!" seru Reza yang dirinya merasa iri karena akhir-akhir ini di putuskan pacarnya. "Bilang aja iri!"
"Hahaha ... kalian seru juga, ya sudah ayo ke tempat lain lagi."
Mereka keluar dari kamar itu dan menuju toilet serta kamar mandi untuk laki-laki dan perempuan. Tetapi yang menjadi Viona tidak mood berada di toilet yaitu ada sesosok berwarna putih yang berada di pojok.
"Apa dia termasuk?" tanya Viona pada Reyhan, yang dia maksudkan adalah apakah makhluk itu termasuk milik sang kakeknya atau bukan.
"Bukan, dia sering kemari dan aku takut kalian akan terganggu dengannya." Reyhan menundukkan wajahnya yang terasa lesu tetapi, Viona merasa bodoh amat dengan hal itu dan mengajak Arum untuk melihat lantai 2.
Sama hal nya di lantai 1, posisi kamar serta toilet berada diposisi yang sama akah tetapi ada sebuah alat olahraga untuk fitness. Dan ada seorang keluar dari kamar perempuan nomor 2.
"Halo rum, siapa mereka?" sapa seorang wanita muda yang terlihat cantik dan juga bergaya.
"Mereka yang menginap di lantai bawah."
"Begitu kah?"
"Hei ... apa kakak seorang aktris?" Viona mendekat ke arah wanita tersebut dengan tersenyum manis.
"Ah? Kenapa kamu bisa tau?"
"Karena aku seorang detektif!"
Pletak!
Suara jitakan yang berada di kepala Viona membuatnya meringis kesakitan. "Aduh! Sakit tau!"
"Makanya, jadi orang jangan sok! Dan sebaiknya kamu sopan sama yang lebih tua." Reza bertolak pinggang memarahi Viona yang tidak sopan pada wanita tersebut.
"Huh? Bukannya dia bilang benar tadi? Dan aku udah sopan ke kakak itu!"
"Ya, tapi kamu jangan lang-" Ocehan Reza terputus karena Viona segera pergi meninggalkan mereka dan menuju balkon yang terbuka lebar.
"Hahh ...." Raka hanya menghela nafas pasrah melihat kelakuan kedua adiknya yang sama seperti biasa dan ingin dia marahi hari ini. "Reza, sudah ku katakan bukan? Kamu ga usah seperti itu pada Viona."
"Ya ... baiklah." Reza meninggalkan mereka dan ia menuju balkon juga untuk meminta maaf pada Viona.
"Vio," panggilnya yang kini berdiri di sebelah kanannya. "Hm?"
"Maafin Abang."
"Y."
Reza menidurkan kepalanya di pegangan balkon tersebut untuk menatap wajah Viona yang terlihat sedang kesal. "Mau sesuatu?"
"Itu." Viona menatap ke arah genderuwo penjaga tadi yang sedang berdiri menatap mereka. "Hah? Jangan yang aneh juga astaga!"
"Kalo di lihat-lihat dia mirip beast ti*an." Dirinya menatap malas genderuwo itu sembari menopang kan kepalanya menggunakan tangan kirinya.
Reza menatap genderuwo itu, dan dirinya juga tersadar kalau makhluk itu mirip raksasa yang berada di A*T
"Apa kelemahannya sama? Di tengkuk belakang?"
"Ga tau."
"Mau coba?" Viona menatap Reza, begitu pun dengan Reza yang dirinya tersenyum penuh arti tentang rencana untuk menaklukkan genderuwo itu.
"Tidak semudah itu!" Suara aneh itu terdengar oleh mereka berdua yang ternyata ketahuan oleh makhluk itu.
"HEHHH!!"
***
To be continued!