"Aku ingin ke tempat itu." Gadis itu menunjuk ke arah goa yang terlihat gelap nan seram.
Aku yang melihatnya segera menahan tangannya sembari berteriak melarang masuk ke dalam. "Ga boleh! Tempat itu berbahaya! Bisa bisa kamu ngga kembali lagi nanti!"
Tetapi, gadis itu bersikeras untuk masuk ke dalam goa tersebut. "Aku penasaran."
"Tetap ga boleh! Aku tidak mau kehilanganmu!" teriakku sembari menatap wajah gadis itu yang terlihat tidak jelas dan tanpa sadar air mataku menetes sendirinya.
.
.
.
"Sampai ketemu lagi ...."
Deg!!
"Hahh ... astaga aku mimpi apa lagi?!" Reyhan, seorang remaja laki-laki yang baru saja terbangun dari mimpi anehnya.
Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan sembari menghapus air matanya yang keluar serta hanya bisa berandai-andai semoga saja mimpi ini tidak menjadi nyata.
"Reyhan udah bangun?!" panggil sang ibu dari luar kamar, mendengar panggilan dari sang ibu ia segera bangun untuk mandi dan membantu yang lainnya.
"Tumben bangun pagi," tanya sang ibu lagi sambil memasak sarapan pagi untuk keluarga nya. "Ah, ya … tadi Rey mimpi aneh."
"Mimpi aneh gimana?" Sang ibu tidak terlalu kaget karena dirinya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu, karena di lingkungan sekitar mereka masih mempercayai hal mistis yang membuatnya tak lepas.
"Rey mimpi ada cewek cantik yang mau masuk ke dalam goa, saat itu Rey udah nahan dia tapi tetep aja dia masuk ke dalam," jelas Rey dengan singkat hingga membuat mereka berpikir keras.
"Mungkin nanti ada pengunjung," sahut sang ayah yang datang ke dapur dan duduk di depan Reyhan. "Betul juga ... mungkin ada pengunjung nanti."
"Kalaupun ada sebaiknya kamu ajak mereka seperti biasa." Reyhan mengangguk, ia bangun dari duduknya dan menuju kamar mandi.
***
Yogyakarta adalah daerah yang istimewa dengan berbagai budaya, adat, serta makanannya. Itu sebabnya daerah ini selalu di kunjungi oleh para pengunjung dari luar maupun dalam.
Namun, di sisi lain Yogyakarta adalah kota yang memiliki hal mistis yang sangat kerap di dalamnya. Salah satunya dengan pantai selatan dan Nyi Roro kidul hingga membuat semua orang penasaran.
Salah satunya adalah empat remaja yang mengunjungi Yogyakarta untuk berlibur. Viona Andriya, remaja perempuan satu-satunya yang ikut liburan itu karena saking penasarannya dengan mitos pantai selatan.
Reza dan Raka Andriya, kedua kakak laki-laki Viona yang terpaksa ikut karena mereka tidak mau adiknya terluka atau terjadi hal yang tidak diinginkan.
Satu lagi, Farhan yang menjadi teman Viona untuk menemaninya. Dia anak yang pendiam serta lemah lembut, tetapi dia memiliki suatu masalah yaitu tidak bisa berbicara atau tunawicara.
Mereka berempat masuk ke dalam pasar tradisional untuk membeli makan ringan yang berada di pasar tersebut, dan di baginya dua kelompok untuk mencari penginapan serta membeli bahan makanan juga.
Reza dan Viona bertugas untuk mencari penginapan di tempat terdekat. Sementara Raka dan Farhan, mereka mencari bahan makanan untuk kebutuhan mereka saat liburan di kota tersebut.
"Kok gue ngerasa ga enak yah ..." Raka membatin, di lihatnya Viona yang tiba-tiba berhenti dengan tangan yang terlihat gemetar. "Bang, aku mau coba manisan itu!" lirih Viona, ia menatap penjual manisan buah yang berada di pinggir jalan.
"Sudah ku duga," batin Reza lagi sambil menatap datar kelakuan adiknya. Viona si penyuka cemilan apalagi sesuatu yang manis, ia langsung segera mendekat ke toko itu.
"Silahkan! Silahkan! Ayo di pilih kakak manis!" teriak si ibu penjual manisan itu. "Apa saya boleh coba dulu?"
"Silahkan di coba dulu!" Viona mengambil tusuk gigi yang menancap pada buah di piring, di makannya buah itu dengan senang. "Manis!! Abang Vio mau beli ini!"
"Ya udah tinggal beli apa susahnya si?!"
"Hehe ya juga, dan jangan marah gitu nanti jadi tua loh," ejek Viona yang menyodorkan manisan padanya.
Di makan manisan itu karena terpaksa. "K-kok enak?! Bu, aku beli 2 kamu beli berapa Vi?"
"Dua juga, tumben amat Abang beli?" celetuk Viona pada Reza yang tidak biasa membeli manisan.
"Suka suka lah!"
"Cie shy shy cat nih~" goda Viona sambil menyenggol lengan Reza menggunakan sikunya.
"Diem anj mau Abang pukul?!"
"Silahka-" Manisan buah yang ingin Viona santap tiba-tiba saja terjatuh karena seseorang menyenggolnya.
"Ah! M-maaf kak!" Melihat itu Viona hanya diam sembari menatap manisan buah yang terjatuh di bawah.
"Manisan terakhir ku," gumam Viona yang membuat Reza khawatir, dengan segera ia menenangkan Viona dan membayar belanjanya.
"Kami pergi dulu Bu, terimakasih!"
Reyhan, seseorang yang menyenggol Viona tadi menatap kepergian mereka dengan bingung. "Apa aku buat marah?"
Si ibu penjual itu terkekeh mendengar itu. "Sepertinya ya, untung aja mbak itu ga marah ke kamu."
"Huh? Kan aku cuma ga sengaja nyenggol."
"Ga sengaja tapi bisa membuatnya sedih loh, sebaiknya kamu minta maaf ke dia," saran si ibu penjual yang membuat Reyhan bertambah bingung.
"Bukannya aku udah minta maaf ke dia?"
"Yah, tapi bukan seperti itu bantu dia cari penginapan."
"Penginapan? Apa dia pengunjung?! Kenapa bibi ga bilang dari tadi?!" kesal Reyhan, dengan segera ia berlari mencari keberadaan Viona dan Reza yang sudah jauh.
"Tunggu kalian! Hahh ...." Akhirnya Reyhan berhasil menyusul Viona dan Reza yang sedang berteduh di bawah pohon, ada Raka serta Farhan yang sudah kembali. Mereka berempat melihat bingung Reyhan yang tiba-tiba saja datang berlari menuju ke arah mereka.
"Kamu? Ada apa?"
"Aku minta maaf soal tadi! Dan ...." Reyhan merasa haus setelah berlarian mencari mereka, di sodorkan botol air oleh Farhan. "Terimakasih. Tapi tidak usah," tolaknya dengan mencoba tersenyum, Farhan mengangguk dan menaruh kembali botol air minum di dalam tasnya.
"Jadi ada apa?!"
"Aish ... abang kasar mulu kalo ngomong!" ejek Viona lagi, karena seperti biasa ia suka mengejek Reza.
"Ah! Maaf, apa kalian butuh penginapan?"
"Ya. Apa kamu ta- ummpp!!" Perkataan Reza di putus oleh Viona dengan membungkam mulutnya sementara. "Jadi dimana tempatnya?"
"Rumah tante ku menyediakan penginapan, jadi kalian bisa menginap di sana."
"Bagaimana fasilitasnya?" Kini giliran Raka yang bertanya. "Fasilitas sudah modern dan lengkap juga."
"Nah! Ide bagus ayo kita ke sana!" ajak Viona yang membereskan tas nya, mereka juga menyetujuinya dan berjalan menuju penginapan tersebut dengan jalan kaki.
"Ajg Lo Vi! Kenapa juga harus di bekap!"
"Biar ga nyrocos mulu! Oh ya, siapa namamu?"
"Reyhan Alivian, kalo kalian siapa?"
"Viona Andriya, dan ini kakak kedua ku bang Reza, dan di belakang kak Raka lalu dia temenku si Farhan." Viona menjelaskan mereka hingga menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti.
"Ada apa?" tanya Reyhan yang menatap ke arah tatapan Viona, dan dirinya juga tersenyum melihat itu.
"Kamu juga bisa?"
"Ya, tapi sudah biasa ya kan, bang Re?"
"Y." Reza hanya menjawab singkat pertanyaan Viona yang sudah membuatnya kesal sedari tadi.
"Reza, jangan marah seperti itu nanti tua loh."
"Diem! Kalian sama aja!"
"Kami beda lho~"
"Apanya yang beda?!"
"Aku perempuan dan bang Ra laki-laki." Mendengar jawaban Viona membuatnya menjitak kepalanya dengan keras. "Akhh sakit!!"
"Mampus!"
Reyhan terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka terlihat nyaman baginya, padahal dia baru saja bertemu entah kenapa dia tidak ingin kenyamanan ini pergi.
Di tatapnya ke arah Farhan yang hanya tersenyum, dan ia pun mencoba bertanya padanya. "Farhan, apa kamu orangnya pendiam?"
Mendengar pertanyaan dari Reyhan, Farhan segera menganggukkan kepalanya dan menjawab pertanyaannya menggunakan gerakan tangannya.
"Terimakasih atas pertanyaan nya, aku memang pendiam tetapi kalau mau ngobrol bersamaku lewat note atau chat. Itu yang dia jawab dari pertanyaan mu," jelas Bang Raka yang menerjemahkan jawabannya pada Reyhan.
"Maaf, aku ga tau kalo kamu begitu!" sesal Reyhan yang menyatukan kedua telapak tangannya dengan artian meminta maaf.
"Ga apa, lagipula kamu nya juga baru tau bukan?" imbuh Viona dan kini mereka sudah sampai di rumah milik Tante Reyhan.
***