Beberapa bulan telah berlalu, hubunganmu dengan vino masih ditempat yang sama, mungkin kami memang tidak memiliki hubungan lagi. Awalnya aku sangatlah sedih disaat aku pergi mencarinya untuk bertukar pikiran tentang kepindahanku, namun aku justru mendapati dia bersama cewek yang sama yang aku lihat bersama Dena dulu.
Dan lebih pengecutnya lagi, aku tidak berani bertanya siapa cewek itu, Ada hubungan apa antar mereka. Yang aku lakukan hanya bergegas pergi dan menangis sejadi - jadinya.
Hari itu aku merasa hidupku benar - benar hancur, saat keluargaku sedang dalam musibah, aku malah mendapati kekasihku bersama dengan orang lain. sempat aku ingin mengakhiri hidupku, namun saat itu bayangan adik kecilku yang menangis, mama, juga sahabatku membuatku mengurungkan niatku.
"adik,,apa benar adik yakin mau pindah ke Singapura?" tanyaku saat aku membantu adikku mengemas barang - barangnya. Tiba - tiba matanya berkaca - kaca dan yah....tangisnya pecah. "sebenarnya adik tidak ingin pindah kak, adik tidak ingin pisah sama Andy, Indra, Helen dan kawan yang lain kak" katanya dalam tangis. "kalau memang adik tidak mau pindah, ya tidak apa - apa, adik tinggal disini saja sama bibi, paman juga kakak" kata bibiku memeluknya.
gelengan kuat adiku menandakan dirinya tidak setuju dengan perkataan Bibi. "adik juga mau tinggal sama Mama, adik mau Bantu mama rawat papa" katanya sangat manis hingga mendapat kecupan gemas berkali- Kali dari Bibi kami.
"ya udah,,sayang jagain mama papa untuk kakak ya, kalau kakak udah selesai ngurus segalanya yang disini kakak juga akan nyusul kalian" kataku membelai kepalanya.
Dan yah....lagi - lagi banjir air Mata, namun Kali ini di Bandara, kawan - kawan adiku mengantarkan bersama orang tua mereka."Niko....jangan lupain Helen ya,,Niko harus sering telpon Helen" kata gadis kecil kawan adikku dengan airmata yang penuh. "iya telpon kami juga" kata kawan adikku yang lain. "Andy, Indra , Helen, Salsa, titip sekolah Kita ya,,dan jangan lupa, kalian main kerumah ku, jengukin kakak sama Bibi aku ya" pesan adikku kepada kawan - kawannya.
Akhirnya paman juga adikku berangkat ke Singapura. Tuhan....jaganlah mereka semua, doa yang selalu aku panjatkan.
"Sya....kamu mau langsung pulang atau mau ikut Bibi?" Tanya bibiku saat kami keluar menuju parkiran setelah mengucap terima kasih kepada teman adikku juga orang tua mereka. " memang Bibi mau kemana?" tanyaku pada Bibi.
"Bibi harus rapat mengantikan pamanmu, kamu mau ikut atau mau kemana?" tanyanya. "Tasya sebenarnya mau nengok warung bi, ndak enak juga kan, Kita dirikan sama - sama tapi hanya Dena sama Sinta aja yang ngurusin" kataku pada Bibi. "oh....baiklah, Bibi antar kamu dulu ya, toh rapatnya masih lama" kata bibiku lagi.
"Pak, antar non Tasya dulu" kata bibiku pada sopir kami. "sya....resto kamu tidak mau buka cabang kah?" Tanya Bibi saat kami dalam perjalanan. "mau sih bi, tapi kami kan masih fokus dulu sama satu ini" kataku. " kalau kamu mau, gimana kalau buka diBali aja, nah nanti yang diBali kamu yang hendle, sekalian Kita tinggal di Bali juga" kata bibiku memberi ide."terus perusahaan?" tanyaku. "kami berencana memindahkan Kantor pusat ke Bali, jadi Kita bisa hendle keduanya" kata Bibi.
ide Bibi menurutmu ide yang bagus juga. "Oke bi, nanti Tasya bilang sama mereka" kataku.
sesampainya di warung Bibi tidak bisa turun, Dan langsung pergi, hanya menurunkan aku saja. yang kulihat warung makan kami sudah lumayan berkembang, kami tidak lagi ngontrak diruko kecil, tapi kami sudah punya tempat sendiri yang asik. Dan kulihat juga pelangan lumayan banyak, yang pesan online juga lumayan.
"wah....sibuk nih non" kataku pada kedua sahabatku yang lagi sibuk dikasir. ya....kini bukan kami lagi yang masak, namun kami sudah Punya beberapa anak buah. memang relasi orang tua kami mempengaruhi usaha kami ini. biarpun kami mengatakan ingin mandiri, tapi tidak kami sangkal pesanan - pesanan yang awal - awal kami dapat datangnya dari kantor orang tua kami, atau kantor kenalan mereka.
"ya ampun....Bos Kita kemana aja,,baru nongol sekarang, telpon sibuk, apalagi vc" Rajuk Dena sambil memelukku bergantian dengan Sinta. "maaf deh,,,kalian kan tahu aku baru mengurus kepindahan ke Singapura" kataku pada mereka. " maaf ya, kami tidak bisa Bantu, kamu juga tahu kan,,usaha Kita ini" kata Sinta menyesal. " tidak masalah....Ohw...berarti yang di warung pertama siapa yang disana?" Tanyaku pada mereka. "Tenang aja, kamu ingat Winda kan, anak kelasku, dia mau ngawasin yang disana, lumayan lah, buat Bantu - Bantu ekonomi keluarganya" kata Dena lagi.