Disisi lain, Vino seperti biasa menjalani harinya. namun tiba - tiba ada seorang sahabatnya datang dengan tergesa - gesa. "eh Vin...." kata sang sahabat sambil memukul pundaknya seperti biasa. "eh...kenapa lo...tergesa - gesa gitu, abis liat hantu ya" balasa vino sambil tertawa. disambut tawa sahabat mereka yang lain.
"udah deh, tidak usah banyak bacot, gua mau nanya serius nih sama lo" kata sahabatnya lagi. "emang lo mau nanya apaan, Tanya aja pakai sok - sok serius lagi" kata vino Dan kembali disambut tawa sahabat mereka yang lain. " ya elah...nih anak malah bengong,,eh...Ron ngomong lo mau nanya apa, kalo vino Tak bisa jawab, gua, atau Sam juga bisa jawab" kata salah satu sahabat mereka Sandy. "kalian Tak akan bisa jawab, hanya vino yang bisa" ketus Roni. "ya elah...ketus banget...ya udah lo Tanya gih" kata Sam melerai."Vin....lo sama si Tasya sejak kapan putusnya?" Tanya Roni pada vino. seketika mereka semua terdiam, tidak Ada lagi gelak tawa yang menghampiri. suasana cangung seketika tercipta."Kita memang sahabatan, tapi ...gua rasa lo tidak perlu urusin urusan pribadi gua lah" kata vino acuh. "kenapa tidak cerita ke Kita kalau memang sudah putus?" Tanya Roni kembali. "memangnya kenapa sih kalau mereka putus Ron?" Tanya Sam Kali ini. "yah....tidak apa - apa juga sih, gua tadi denger aja pas sin Tasya ngomong sama Dena, Sinta, kalau dia ngurus kepindahan ke Singapura" kata Roni sambil meminum minuman punya Sandy. Roni tidak menyadari enam pasang Mata sahabatnya kini memandang kearahnya dengan intens.
"Tasya mau pindah ke Singapura?kamu serius?" tanya Sandy yang tidak bisa memyembunyikan ke kepoannya tentang pacar....atau mantan pacar sahabatnya itu. "iya, Singapura" jawab Roni santai sambil mulai makan makanan Vino.
"kenapa dia pindah kesana?" Kali ini Sam juga kepo. "Owh....papanya kan beberapa bulan lalu kecelakaan dan koma, lalu dirawat di Singapura karenanya Tasya sama adiknya mengurus kepindahan mereka untuk menyusul orang tua mereka diSingapura, dengar - dengar waktu itu kondisi papanya koma" kata Roni menghentikan makan, juga omongannya untuk memandang Vino."lo juga tidak pernah cerita ke kita, kalau bokap Tasya koma, gua inget banget...lo tidak pernah cerita" kata Roni membuat yang lain juga mrnuntut jawaban dari Vino. "pantesan waktu itu....gua ngeliat si Tasya lari dari arah kelas lo sambil nangis, jangan - jangan itu saat kalian putus ya,, lalu papanya kecelakaan" kata Sam mengingat kejadian dimana dirinya melihat Tasya berlari sambil menangis. "wah...parah lo bro....mutusin cewek pas dia lagi kena musibah" kata Sandy menimpali.
Vino syok mendengarnya. dirinya benar - benar tidak menduga ada kejadian yang begitu memilukan terjadi pada Tasya, sementara dirinya.....segera vino meninggalkan sahabat - sahabatnya untuk mencari Tasya. dirinya langsung menuju fakultas Tasya, namun ketika dirinya hampir sampai dirinya bertemu dengan Sania. Yah....dirinya kini ingat, dia mengabaikan Tasya Karena Sania, dirinya terbawa kenangan lama. namun kini dirinya harus bertemu dengan Tasya. "Vin....tunggu mau kemana sih, kok buru - buru....dan...inikan bukan fakultas kedokteran" kata Sania sambil menahan tangan vino. "San...please, gua buru - buru" kata vino sambil melepaskan tangan Sania. "vino....ih...kamu jahat banget sih sama aku" manja Sania. Biasanya Vino akan tidak tega melihat Sania begitu dan akan langsung menuruti permintaaannya. Namun kini dirinya harus bertemu Tasya dulu.
"eh....vino?" saat mendengar namanya diaebut, reflek vino menoleh, dan disana sosok yang dicarinya sedang berdiri memandang dirinya.
ketika menyadari Tasya memperhatikan tangannya yang digengam Sania, segera vino melepaskan tangannya. Dan dengan segera berlari menuju Tasya lalu memeluknya. "Vino....kamu apa - apaan sih" Rajuk Sanie sambil berlari menjauh. kalau biasanya Vino akan mengejarnya namun tidak Kali ini, dirinya menguatkan hati untuk tidak mengejar Sania.
"gimana kabar kamu?" Tanya Tasya mengawali percakapan mereka. sekarang mereka duduk dibawah pohon ditaman kampus. "aku baik, bagaimana denganmu?" Tanya vino balik. Tasya tersenyum. "yah...seperti yang kamu lihat, aku baik - baik saja" jawab Tasya.
setelah basa Basi yang tidak penting mereka berdua sama - sama terdiam. sampai akhirnya vino memecah keheninga diantara mereka berdua. "sebenarnya kamu anggap hubungan Kita itu apa?" Tanya vino. setelah mengatakan itu sebenarnya muncul penyesalan dalam hati vino. Tasya kembali tersenyum mendengar pertanyaan dari vino, pertanyaan itu sama dengan pertanyaan yang dulu pernah hadir dalam pikiran juga hatinya. "kami tahu Vin,,kamu adalah orang yang membawa perubahan besar pada diriku, kenapa? karena aku yang masuk kampus ini dengan nilai pas - pasan, karenamu aku mendapatkan beasiswa , padahal kalau dipikirkan buat apa kan aku mengejar beasiswa mati - matian, kamu tahu aku selalu menjadi yang terbaik, agar kamu tidak malu Punya pacar seperti diriku, aku juga mengabaikan diriku, dengan selalu memberikan bekalku padamu, jadi menurutmu aku menganggap apa hubungan Kita" kata Tasya membuat vino kembali terdiam.
"kamu tahu....saat itu....aku ingin mengakhiri hidupku, disaat papaku koma, aku ingin berbagi bebanku pada seorang yang katanya pacarku, tapi ketika aku menelpon dirimu tidak pernah sekalipun kamu angkat, Dan....disaat aku mencarimu,, aku menemukanmu bersama gadis lain" cerita Tasya.
"sya....aku....aku minta maaf"kata vino sambil mengengam tangan Tasya.
"jangan minta maaf,kamu tidak salah, seperti yang kamu bilang aku aja yang kurang dewasa, yang selalu saja mengadu, mengeluh tentang sedikit kesulitan yang aku alami" kata Tasya sambil menyeka air matanya.
Vino benar - benar merasa bersalah, saat itu ketika Tasya menelponnya berkali- Kali dirinya sedang ketaman hiburan bersama Sania. Dan saat Tasya melihatnya...dirinya sedang makan. kue yang dibikin Sania khusus untuk dirinya. Bahkan saat Tasya mencarinya ke perpus untuk berbagi cerita. dirinya malah mengatakan Tasya kekanakan selalu mengeluh apapun hal sepele. padahal saat itu dirinya tidak memberi kesempatan Tasya untuk bercerita. Bahkan saat Tasya mengatakan ingin membicarakan sesuatu yang penting, dirinya malah bealasan kalau harus ketemu professor, padahal dirinya hanya nongkrong bersama sahabatnya.
Dirinya juga mengingat Selama hampir tiga tahun mereka bersama, memang setiap saat Tasya selalu Ada untuknya, saat dirinya tidak bisa bayar uang kuliahnya, Tasya jugalah yang membayarkannya, bahkan makan siang ya pun selalu diberikan Tasya. Namun karena Sania dirinya mengabaikan Tasya, bahkan dirinya menambahkan garam diluka Tasya.