webnovel

RASA SAKIT

Tapi setelah apa yang terjadi, aku tidak bisa menyalahkan siapa pun.

Pada saat kami membaringkan Gale tengkurap di papan, hanya sedikit orang yang tersisa untuk mengangkutnya pulang. Haymitch, Peeta, dan beberapa penambang yang bekerja bersama Gale mengangkatnya.

Leevy, gadis yang tinggal beberapa rumah jauhnya dari tambang di Seam, menggandeng lenganku. lbuku menyelamatkan nyawa adik lelakinya tahun lalu ketika kena campak. "Kau perlu bantuan untuk pulang?" Mata kelabunya tampak takut tapi penuh tekad.

"Tidak, tapi bisakah kau mencari Hazelle? Lalu memintanya ke rumahku?" tanyaku.

"Yeah," kata Leevy, segera memutar langkahnya.

"Leevy!" panggilku. "Jangan biarkan dia membawa anakanaknya."

"Tidak. Aku yang akan menemani mereka," jawabnya.

"Terima kasih." Aku mengambil jaket Gale dan bergegas menyusul yang lain.

"Taruh salju di sana," perintah Haymitch sambil menoleh ke belakang. Aku mengambil segenggam salju dan menekankannya di pipiku, membuat lukaku sedikit mati rasa. Air mata mengalir deras dari mata kiriku sekarang, dan dalam cahaya temaram ini yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti sepatu bot orang yang berada di depanku.

Sembari kami berjalan aku mendengar Bristel dan Thom, dua orang rekan kerja Gale, menceritakan kejadian yang terjadi. Gale pasti pergi ke rumah Cray, seperti yang sudah dilakukannya ratusan kali, karena dia tahu bayaran Cray bagus untuk membeli kalkun liar. Tapi di sana, dia malah berłemu dengan Pemimpin Penjaga Perdamaian yang baru, pria Yang

mereka dengar bernama Romulus Thread. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi pada Cray. Dia masih memilih minuman keras di Hob pagi ini, dan masih jadi peimpin di distrik, tapi sekarang tak ada seorang pun yang bisa menemukannya. Thread langsung menangkap Gale, dan ntu saja karena Gale berdiri di sana sambil memegang kalkun mati, nyaris tak ada yang bisa dikatakan Gale untuk membela dirinya. Kabar tentang Gale yang berada dalam kondisi genting menyebar cepat. Dia dibawa ke alun-alun, dipaksa untuk mengaku bersalah atas kejahatannya, dan hukuman cambuk untuknya dilaksanakan saat itu juga. Pada saat aku tiba, dia sudah dicambuk tidak kurang dari empat puluh kali. Pada cambukan ketiga puluh, Gale pingsan.

"Untungnya dia hanya membawa kalkun," kata Bristel. "Kalau dia membawa buruan yang biasanya, akibatnya mungkin bisa lebih buruk."

"Gale memberitahu Thread bahwa dia menemukan kalkun itu berjalan di sekitar Seam. Dia bilang kalkun itu berhasil melewati pagar dan dia menusuknya dengan batang kayu. Tetap saja dianggap kejahatan. Tapi jika mereka tahu dia berada di hutan dengan senjata, mereka pasti sudah membunuhnya," kata Thom.

"Bagaimana dengan Darius?" tanya Peeta.

"Setelah sekitar dua puluh kali cambukan, Darius menyela, dan mengatakan bahwa hukumannya sudah cukup. Hanya saja dia tidak melakukannya dengan cerdas dan resmi, seperti yang dilakukan Purnia. Dia menarik lengan Thread dan Thread memukul kepalanya dengan gagang cambuk. Nasibnya memang tidak bagus," kata Bristel.

"Kedengarannya nasib kita semua tidak bagus," kata Haymitch.

Salju mulai turun, tebal dan basah; membuat jarak pandang jadi makin sulit. Aku tertatih-tatih berjalan pulang di belakang ang Iain, lebih menggunakan pendengaranku daripada mata ntuk membimbingku. Cahaya keemasan menimpa salju ketika intu dibuka. lbuku, yang tidak diragukan lagi sudah meungguku setelah seharian aku menghilang tanpa kabar, langung mengambil alih situasi.

"Pemimpin baru," kata Haymitch, dan ibuku mengangguk opan seakan tak ada lagi penjelasan yang diperlukan.

Aku terpesona, seperti yang selalu kurasakan, ketika aku mengawasinya berubah dari wanita yang berteriak memanggilku untuk membunuh laba-laba menjadi wanita yang kebal rasa takut. Ketika ada orang sakit atau sekarat yang dibawa kepadanya... pada saat seperti inilah kupikir ibuku mengenal siapa dirinya. Dalam sekejap, meja dapur yang panjang sudah dibersihkan, kain steril berwarna putih dibentangkan di atasnya, dan Gale dibaringkan di sana. lbuku menuang air dari ceret ke baskom sembari memerintahkan Prim mengambil obat-obatan dari lemari obat. Rempah-rempah kering dan larutan obat dalam alkohol serta beberapa botol obat yang dibeli di toko. Aku mengamati sepasang tangan ibuku, dengan jemari yang panjang dan lancip, bergerak sigap meramu obat, menambahkan beberapa tetes itu ke dalam baskom. Merendam kain dalam cairan panas itu sementara dia memerintahkan Prim untuk menyiapkan larutan kedua.

lbuku melirik memandangku. "Matamu luka?" "Tidak, cuma bengkak dan tertutup," kataku.

"Tambahkan salju lagi," ibuku memberi perintah. Tapi aku jelas bukanlah prioritas utamanya.

"Bisakah Mom menyelamatkannya?" aku bertanya pada ibuku. Dia tidak menjawab saat dia memeras kain itu dan men angin-anginkannya agar tidak terlalu panas.

"Jangan kuatir," kata Haymitch. "Dulu banyak orang dibuk sebelum Cray. Ibumulah yang merawat mereka."

Aku tidak ingat kapan masa Penjaga Perdamaian sebelum Cray, masa ketika ada Pemimpin Penjaga Perdamaian yang suka main cambuk. Tapi ibuku pasti seumuranku waktu itu dan masih bekerja di toko obat dengan orangtuanya. Bahkan pada u;ia semuda itu, ibuku sudah memiliki tangan seorang penyembuh.

Dengan amat sangat lembut, dia mulai membersihkan daging punggung Gale yang terkoyak. Aku merasa mual, tak berguna, sisa-sisa salju menetes dari sarung tanganku membentuk genangan di lantai. Peeta mendudukkanku di kursi dan memegangi kain yang baru diisi salju di pipiku.

Haymitch menyuruh Bristel dan Thom untuk pulang, dan kulihat dia memberikan sejumlah koin ke tangan mereka sebelum mereka pergi. "Entah bagaimana nasib anggota timmu," katanya. Mereka mengangguk lalu menerima uang yang diberikan Haymitch.

Hazelle tiba, terengah-engah dan pipinya merah, ada salju di rambutnya. Tanpa bicara, dia duduk di kursi bundar di se belah meja, memegangi tangan Gale, dan menciuminya. Ibuku bahkan tidak menyambut kedatangannya. Dia masuk ke dalam zona spesial yang hanya ada dirinya dan pasien di dalamnya dan kadang-kadang bersama Prim. Kami semua hanya bisa menunggu.

Bahkan dengan tangan yang terlatih, butuh waktu lama untuk membersihkan Iuka-luka, menyusun kulit yang bisa diselamatkan, mengoleskan salep dan perban tipis. Ketika darahnya sudah dibersihkan, aku bisa melihat di mana tiap cambukan itu mendarat dan merasakannya bergema pada luka di wajahku. Kukalikan rasa sakit yang kurasakan sekali, dua kali, empat puluh kali, dan berharap Gale tetap dalam keadaan tak

sadarkan diri. Tentu saja, permintaanku berlebihan. Ketika perban terakhir dipasang, terdengar erangan dari bibirnya. Hazelle membelai rambut Gale dan berbisik di telinga putranya itu sementara ibuku dan Prim mencari-cari Obat penghilang sakit di tempat persediaan obat mereka yang terbatas, jenis Obat yang biasanya hanya bisa diperoleh dokter. Obatobatan semacam itu sulit didapat, mahal, dan selalu dicari. lbuku selalu menyimpan obat yang paling kuat untuk rasa sakit yang terburuk, tapi seperti apa rasa sakit yang terburuk? Bagiku, rasa sakit yang terburuk selalu rasa sakit yang terasa saat ini. Kalau aku yang berkuasa di sini, semua obat penghilang sakit itu pasti akan habis dalam sehari karena daya tahanku melihat penderitaan amatlah rendah. lbuku berusaha menyimpan obat-obatannya buat mereka yang sesungguhnya berada di ambang kematian, untuk memudahkan jalan mereka pergi meninggalkan dunia.

Karena Gale sudah siuman, mereka memutuskan untuk men cekokkan ramuan rempah lewat mulutnya. "ltu tidak cukup," kataku. Mereka memandangku. "ltu tidak cukup, aku tahu seperti apa rasanya. Ramuan tadi bahkan tidak bisa menghilang- kan sakit kepala."

"Kita akan mencampurnya dengan sirup tidur, Katniss, dan dia akan bisa mengatasinya. Rempah-rempah ini tujuannya lebih untuk radangnya...," ibuku berusaha menjelaskan dengan tenang.

"Berikan saja Obat itu padanya!" aku berteriak pada ibuku. "Berikan padanya! Memangnya siapa yang bisa memutuskan seberapa besar rasa sakit yang bisa ditahannya?"

Gale mulai bergerak bangun mendengar suaraku, berusaha mengulurkan tangannya ke arahku. Gerakan itu menyebabkan darah segar membasahi perbannya dan terdengar suara tersiksa dari mulutnya.

"Bawa dia keluar," kata ibuku. Haymitch dan Peeta bisa dibilang menggendongku keluar dari ruangan sementara aku mencaci maki ibuku. Mereka membaringkanku dengan paksa di ranjang yang terdapat di salah satu kamar tidur tamu sampai aku berhenti meronta-ronta.

Sementara aku terbaring di sana, menangis terisak-isak, air mata mendesak keluar dari celah mataku, aku mendengar Reeta berbisik pada Haymitch tentang Presiden Snow, tentang pemberontakan di Distrik 8. "Dia mau kita semua melarikan diri," kata Peeta, tapi jika Haymitch punya pendapat tentang hal ini, dia tidak mengatakannya.

Setelah beberapa saat, ibuku masuk dan mengobati wajahku. Lalu dia menggenggam tanganku, membelai lenganku, sementara Haymitch menceritakan pada ibuku apa yang terjadi pada Gale.

"Jadi sekarang dimulai Iagi?" tanya ibuku. "Seperti sebelum-

"Kelihatannya begitu," javvab Haymitch. "Siapa yang menyangka kita bisa sedih melihat Cray tua itu pergi?"

Cray bisa saja tidak disukai karena seragam yang dipakainya, tapi kebiasaannya yang gemar membujuk wanita muda kelaparan ke ranjangnya demi uang yang membuatnya jadi sasaran kemuakan orang-orang di distrik. Di masa-masa buruk, gadis-gadis yang amat kelaparan akan menunggu di pintunya pada saat malam tiba, bersaing demi kesempatan memperoleh beberapa keping uang dengan menjual tubuh untuk memberi makan keluarga mereka. Kalau saja umurku lebih tua ketika ayahku meninggal, aku bisa saja berada di antara gadis-gadis itu. Tapi aku malahan belajar berburu.

Aku tidak tahu persis apa maksud ibuku dengan dimulai Iagi, tapi aku terlalu marah dan sakit yntuk bertanya. Namun, pemahaman tentang masa yapg buruk kembali Iagi terekam

dalam otakku, karena ketika bel pintu berdering, aku langsung duduk tegak di ranjangku.