webnovel

Kamu Seperti Kekasihku

Setelah kehilangan kekasihnya sekaligus calon suaminya yang bernama Arkana, Nindya harus menghadapi banyak masalah. Dia harus rela menikah dengan pria bernama Ray karena dia harus melakukan sebuah pernikahan bisnis. Namun, disaat Nindya berada di jurang keputus asaannya. Dia bertemu dengan pria yang 'mirip dengan Arkana.' Akankah Nindya meneruskan pernikahan dengan Ray? Atau mungkin dia memilih untuk bersama dan memperjuangkannya cintanya bersama pria yang mirip dengan Arkana? Lalu, Akankah kematian Arkana mengungkapkan banyak misteri yang tersembunyi selama ini?

Dhini_218 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
51 Chs

kita akan tetap menikah

Nindya berjalan dengan cepat, tapi karena rasa sakit disekujur tubuhnya, dia tidak bisa berjalan cepat lagi.

menahan rasa sakit itu, Nindya mulai berkeringat dingin, dia berhenti dan menyandarkan tubuhnya ditembok yang tidak jauh darinya.

"aduh, kenapa seperti ini! apakah begini rasanya? tapi kenapa Fera dan Ray melakukannya tidak sesakit ini?" ucap Nindya, dia menyeka keringat yang membasahi dahinya.

dengan nafas terengah-engah Nindya menutup matanya, dia menyandarkan kepalanya ke tembok sambil menegakkan kepalanya.

Ray melihat Nindya dari jauh, dia merasa kesal jika membayangkan Nindya yang bercinta dengan pria yang mirip dengan Arkana itu.

Tapi disisi lain, dia sangat mencintai Nindya, dia tidak ingin melepaskan Nindya untuk kedua kalinya, apalagi 3 hari lagi, Nindya akan menjadi miliknya.

Ray menenangkan hatinya dan mendekati Nindya.

Tiba-tiba tangan besar Ray melingkar di tubuh Nindya.

Nindya terkejut dan segera membuka matanya, Ray memeluknya dari belakang dan berkata "dya, jangan lari lagi!"

Nindya terkejut, karena yang memeluknya adalah Ray. tubuh Nindya menggigil dan terasa kaku di seluruh tubuhnya. Dia lebih merasa nyaman saat Axcel memeluknya daripada dipeluk oleh Ray, Nindya jijik mengingat Ray yang berselingkuh dengan Fera bahkan mereka sedang bercinta dengan intens nya.

Nindya menahan amarahnya saat mengingat dirinya juga sudah mengkhianati Ray, dia juga bersalah saat ini.

"aku tidak akan lari lagi! Ray apa yang kamu inginkan! kamu sudah tahu kalau aku tidur dengan pria lain, jadi terserah kamu sekarang, aku tidak akan menyalahkan kamu!" ucap Nindya dengan suara dingin.

Ray mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Nindya, dia masih mencium aroma parfum pria lain dan itu bau dari pria yang mirip dengan Arkana.

Amarah Ray kembali datang, namun dia tidak ingin melampiaskannya karena dia takut Nindya pergi meninggalkannya, rasa cinta Ray untuk Nindya sangat besar dan dia tidak ingin kehilangan Nindya.

"Dya, acara pernikahan kita masih akan berlanjut, asalkan kamu mau melupakan kejadian tadi siang, aku juga akan memaafkan kamu! kita sudah impas sekarang, jadi jangan dibahas lagi! bagaimana?" ucap Ray, dia mencium pipi dan leher Nindya dengan agresif.

Nindya merasakan tubuhnya menggigil, dia tidak mau disentuh oleh Ray yang menjijikan, dia baru saja tidur dengan Fera dan dia ingin menyentuhnya, tidak! Nindya tidak menginginkannya.

"baiklah, jika itu keputusan kamu! aku akan mengikutinya! Ray, bisakah kamu jangan seperti ini! ini tempat umum dan aku sangat malu!" ucap Nindya, dia berusaha melepaskan tangan Ray melilit di pinggang dengan erat.

"kamu tidak ingin di sentuh oleh ku? lalu kenapa kamu mau disentuh olehnya? apakah karena dia mirip Arkana jadi kamu mau memberikan tubuh kamu padanya?" ucap Ray dengan suara keras tepat ditelinga Nindya.

Nindya diam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa karena dia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Ray melepaskan pelukannya dan tertawa mengejek, dia masih kalah dengan pria yang baru saja dikenal Nindya, karena wajahnya yang mirip, Nindya langsung menginginkannya bahkan dia tidak bisa menahan diri nya sendiri.

"hahaha, dya kamu harus sadar kamu itu siapa saat ini? kamu adalah calon istri aku, jadi kamu tidak boleh memikirkan pria lain selain aku! kamu juga harus ingat, setelah kembali ke rumah, buang pakaian ini, aku tidak suka melihatnya apalagi ada bau pria itu menempel di tubuh kamu!" ucap Ray dan dia menarik tangan Nindya dengan kencang memaksanya untuk ikut pergi dengannya.

Nindya merasa sangat kesakitan, bukan karena cengkraman tangan Ray yang begitu kasar tapi tubuhnya juga sedang terasa sakit semua.

"aduh, Ray sakit! tolong pelan-pelan Ray!" ucap Nindya, dia menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang menyerangnya saat ini.

Ray berhenti dan melihat kearah Nindya, dia melihat Nindya berkeringat dingin dan berwajah pucat

Ray langsung khawatir dan berkata "dya, kamu tidak apa-apa kan?"

Ray langsung menggendong Nindya dan masuk ke dalam lift.

Nindya tidak mau memeluk Ray, dia sangat jijik dengan Ray apalagi pakaian Ray masih tercium parfum Fera yang masih tertinggal disana.

Ray membawa Nindya masuk ke dalam mobil dan membantunya untuk duduk.

Nindya menatap kearah Ray dan berkata "terima kasih!"

Ray memeriksa wajah Nindya yang pucat dan berkata "kamu sakit? mana yang sakit, ayo katakan?" ucap Ray sambil memandang jejak tanda cinta yang ada dileher dan tulang selangka Nindya.

"aku baik-baik saja Ray, kamu tidak perlu khawatir!"

"bohong, ayo katakan apa yang sakit? apakah si brengsek itu, memaksa kamu untuk tidur dengannya?" ucap Ray, dia berteriak dengan keras.

Nindya memalingkan wajahnya dan berkata "aku tidak tahu, aku dan dia sedang dalam pengaruh obat jadi aku tidak tahu apa yang terjadi, yang aku tahu adalah dia dan aku sudah melakukannya dan aku mengira dia adalah Ar," ucap Nindya, dia mengatakan yang sejujurnya.

Ray terkejut, tentang kata obat.

Ray mengingat jika Fera sering memberikan dia obat untuk memuaskannya, setiap dia meminum obat itu, Ray merasakan fantasi luar biasa saat bercinta dengannya, Ray selalu menganggap jika Fera adalah Nindya.

mungkinkah itu tindakkan Fera?

Ray memegang kedua pipi Nindya dan memaksanya untuk melihatnya.

"dya, lihat aku!"

Nindya menoleh dan bertanya "apa lagi? kamu tidak percaya? terserah kamu saja!" ucap Nindya, dia tidak ingin memohon apapun pada Ray.

"dya, saat itu apa yang kamu rasakan? kenapa kamu terkena pengaruh obat?" ucap Ray dengan serius.

"aku tidak tahu, aku dan axcel pergi ke cafe tempat biasa aku dan Ar sering bertemu, kami minum dan aku merasa tubuh aku tidak enak, terasa panas dan seperti ada api yang membakar hatiku, bukan hanya aku Axcel pun merasakannya, jadi kami sama-sama tidak sadar saat melakukannya!" ucap Nindya, dia berkata apa ada nya.

"lalu, kamu melihat pria itu seperti Arkana jadi kamu mau menyerahkan tubuh kamu?" ucap Ray sambil menggertakan giginya, dia menahan dirinya agar tidak marah atau menyakiti Nindya.

"iya, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, hanya dia yang bisa melakukannya! Ray, apakah kamu menyesal meneruskan pernikahan ini?" ucap Nindya dengan tatapan penuh pertanyaan.

Ray tertawa dan berkata "tidak! kamu milikku Nindya, anggap saja kamu sedang membalas dendam padaku! baiklah, aku tahu siapa pelakunya sekarang, dia ingin pernikahan kita batal jadi dia melakukan ini agar aku membenci kamu, hahahhaha ... cara yang sangat bagus kamu Fera!" ucap Ray, dengan tatapan penuh amarah.

Nindya menaikkan alisnya dan bertanya "Fera? apakah dia sejahat itu padaku? hingga ingin aku tidur dengan pria lain? secinta itu kah dia padamu Ray?" ucap Nindya, dia masih ingin mengetahuinya.

dia merasa sangat menyesal karena sudah mengambil kekasih sahabat nya tapi dia juga tidak bisa berbuat apapun, karena dia juga menikah dengan Ray karena terpaksa bukan karena cinta.