webnovel

Kalian mau jadi pacarku?

Jessica Hartanto telah menjalani separuh dari masa sekolah menengah akhirnya seolah dia bukan siapa-siapa. Tetapi semua berubah saat negara api menyerang. Eh. Maksudnya tiba-tiba berubah saat sang wakil ketua OSIS menembaknya. Profil sang wakil ketua osis tidak kalah biasa dengan Jessica, tapi cara spektakulernya ketika menyatakan perasaannya pada penutupan acara class-meeting semester ganjil itu membuat orang-orang bertanya, siapa itu Jessica? Tiba-tiba semua pria di angkatan itu ingin menjadi kekasih Jessica. ... Cerita ini dibuat khusus untuk WPC #Aku memiliki seorang kekasih Mohon dukungannya, terima kasih. 25 November 2019 Rynn_

Rynn_ · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
7 Chs

Menarik Perhatian

Jessica akhirnya memilih mengikuti Ibu Magda tanpa banyak berbicara.

"Eh, tadi si Jessica jadi masuk?" Kevin datang dengan rasa ingin tahu, menyerbu Reynold yang duduk diam di kursinya.

"Dia masuk,"

Reynold menjawab singkat dan lesu.

"Trus dimana tuh cewek?" Pandangan Kevin berpendar ke seluruh ruangan kelas. Masih ada beberapa siswa tersisa, namun Jessica tidak ada diantara mereka.

Aldo yang tadi mengekori Kevin, menarik kursi didepan Reynold dan duduk. "Udahlah bro, jangan ngegalau kalau Jessica memang nolak lo." Aldo mengatakannya dengan sikap seperti seorang bijak yang berusaha memberi motivasi dan semangat. Padahal lo nggak tau apa yang ada dikepalanya.

"Gue yakin Jessica belum kasih jawaban apapun buat Reynold. Gue liat tadi dia dibawa bu Magda ke ruang guru." Yohanes yang menjawab, kebetulan ternyata kelas Yohanes ada di sebelah. Yohanes adalah saksi mata kalau Jessica masuk sedikit terlambat dan kalau cewek itu digiring ibu Magda tepat setelah bel istirahat ber bunyi jadi masuk akal kalau Reynold belum bicara apapun dengan Jessica.

Sementara pandangan Reynold menggelap. Kehadiran Kevin dan Aldo tidak membantu, malah Aldo semakin membuatnya geram. Sepertinya cowok itu akan ada di garis depan orang yang akan mengasihaninya kalau Jessica jadi menolak Reynold. Sialan.

"Wah, kenapa tuh cewek, cari gara-gara apa dia sama bu Magda?" Kevin mengheboh sendiri.

***

"Kamu pikir saya memanggilmu ke ruang guru karena Reynold?"

Jessica tidak mengiyakan, terlalu berlebihan kalau sampai ibu Magda memanggil hanya gara-gara keributan yang Reynold buat kemarin. "Saya yakin masih banyak hal lain yang ingin ibu bicarakan. Tapi kalau ibu memang ingin membahasnya, saya juga tidak keberatan."

Oh, kuharap tidak. Jessica jelas keberatan didalam hatinya. Namun dia tidak takut dengan kecaman apapun yang akan diberikan ibu Magda padanya, toh Jessica tidak salah apapun dalam hal ini.

Ibu Magda sekali lagi memberikan senyuman langkanya pada Jessica. "Kamu memang beda dari yang lain. Saya selalu menyukai kamu, Jess."

"Terima kasih untuk pujiannya." Jessica tidak melakukan semua itu untuk mendapatkan pujian dari siapa pun. Ya, dia mungkin perlu pujian dari seseorang, seseorang yang pantas sedangkan yang lainnya tidak penting.

"Kamu tahu Annastasya?" ibu Magda kembali bertanya.

Kali ini Jessica mengiyakan, jika ada satu siswa saja yang Jessica akui eksistensinya sudah pasti itu Annastasya yang ibu Magda sebutkan.

Siapa yang tidak tahu siswa paling berprestasi disekolah ini? Si juara umum katanya berhasil nyabet 5 medali emas untuk Olimpiade Matematika dan Sains di dua semester kebelakang. Ya, Annastasya Madelin itu lah orangnya. Tapi apa hubunganya dengan Anastasya?

"Perolehan nilai ujian Fisika tengah semester kali ini dipimpin oleh kamu. Kali ini kamu menang 2 poin dari Anna."

WoW. Jessica tidak tahu harus bilang apa, padahal Jessica sepertinya sudah sengaja melewatkan lambang satuan agar poinnya berkurang. Tapi kali ini sepertinya Anna melakukan kesalahan dan nilainya berakhir dua poin bawah Jessica.

"Selamat ya, akhirnya kamu berhasil mengungguli nilai Anna." Ibu Magda kembali memujinya. "Kamu tahu kalau nilai-nilai kamu selalu 'hampir' sempurna. Jawaban kamu selama ini selalu betul, tapi selalu aja ada kurangnya."

Ya, Jessica tahu persis. Jessica tidak merasa senang dengan hal ini karena dia memang sengaja membuat nilainya lebih rendah daripada Anna. Jadi pujian ini sebenarnya sama sekali tidak berarti.

"Sebenarnya, saya panggil kamu ke sini karena saya ingin minta bantuan sama kamu. Annastaya tidak bisa mengikuti olimpiade seorang diri, karena jadwal olimpiadenya bertabrakan jadi dia harus pilih salah satu dan kami perlu kandidat lain untuk ikut olimpiade itu.

Saya harap kamu bersedia membantu, tentu bukan membantu Anna, tapi membantu sekolah kita. Di sekolah ini tidak banyak murid yang pandainya seperti kalian dan kamu adalah kandidat paling tepat yang bisa ibu mintai tolong."

Jessica sudah pernah mendapat tawaran seperti ini sebelumnya. Beberapa guru mata pelajaran yang lain menawarinya ikut Olimpiade, namun selalu dia tolak. Alasanya selalu sama, 'masih ada murid lain yang lebih baik daripada saya' dan itu mengacu pada Anna.

Jadi untuk urusan akedmik Annastasya lah bintangnya dan tanpa sepengetahuan Anna, Jessica adalah orang yang selama ini mendukung cewek yang satu itu maju ke bawah sorotan.

"Saya minta maaf, bu. Saya mungkin tidak bisa membantu."

"Saya tahu kamu akan menolak saya, guru-guru lain mungkin sudah menyerah tapi saya tidak seperti mereka." Bu Magda tampak berpikir, "kalau begitu kamu harus bantu saya mengajari orang lain untuk bisa ikut Olimpiade."

Apa? Lho-lho, kok jadi melebar begini ya ceritanya? Guru-guru lain tidak pernah datang padanya dengan ide seperti ini. Mereka langsung menunjuk orang lain tanpa melibatkan Jessica lagi, tapi ibu Magda tampaknya senang membuatnya kerepotan.

"Bagaimana? Kamu bisa pilih, apa kamu akan ikut olimpiade itu atau bantu saya untuk mengajari kandidat lain yang akan saya pilih untuk Olimpiade."

Astaga, guru yang satu ini!

Adakah pilihan yang tidak melibatkan Jessica pada sesuatu? Kenapa sepertinya banyak orang yang ingin menjeratnya hari ini. Jessica tidak suka di jerat atau di jebak, permintaan bu Magda seperti rantai yang mencoba melingkari lehernya. Memangnya dia ini hewan piaraan apa?

"Kamu bisa pilih untuk membantu saya atau tidak, terserah kamu. Tapi saya akan mengingat pilihan kamu ini bahkan setelah kamu lulus nanti."

Cih, apakah kata-kata bu Magda barusan bisa Jessica kategorikan sebagai ancaman? Wanita tua ini sedang mengancamnya atau apa? Jessica sebetulnya sangat-sangat tidak ingin terlibat hal semacam ini.

Jessica harus membuat keputusan, makin lama dia berdiri di ruangan guru ini, rasanya makin pengap. Ruangan besar itu rasanya sempit sekali buat Jessica.

"Saya tidak akan ikut Olimpiadenya," Jessica menjawab dengan tegas sekali lagi. Dia memang seseorang yang konsisten. "Saya akan berusaha bantu ibu untuk membimbing siswa lain yang akan ibu pilih."

Ibu Magda mau tidak mau harus menelan kekecewaan karena Jessica bersikukuh menolak mengikuti olimpiade kali ini. Ya, setidaknya kali ini dia mendapakan bantuan kecil dari siswanya yang satu ini.

Waktu istirahat pertama masih tersisa beberapa menit lagi saat Jessica keluar dari ruang guru. Dia menabrak sesorang di depan ruang guru. "Eh, sory-sory!"

"Iya, sory juga, nggak apa-apa kok. Lo udah selesai sama bu Magda?" orang yang ditabrak Jessica ini sepertinya sudah menunggu di depan ruang guru cukup lama untuk tahu kalau Jessica telah berurusan dengan Ibu Magda barusan.

Jessica mengangguk kecil sebagai jawaban dan segera berbalik pergi. Sementara orang yang Jessica tabrak barusan itu tetap memandang kepergian Jessica sampai cewek itu menghilang dari koridor pandangannya.

Pandangannya masih mentap lurus-lurus pada jejak langkah Jessica. "Kayaknya gue memang harus perhatiin lo bener-bener Jess!" orang ini berguman sendirian.

Entah apa maksudnya, akhir-akhir ini sudah cukup banyak orang yang memperhatikan Jessica, terlebih sejak pengakuan Reynold kemarin. Tambah satu orang lagi yang memperhatikan Jessica, tidak akan jadi masalah bukan?

Ada ralat, maaf Yones bukan teman sekelas Jessi dan Reynold ya maafkan aku (rev. 14 Mei 2020)

12 Mei 2020

Rynn_creators' thoughts