webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
228 Chs

Sue

Setelah cukup lama Nara menghabiskan waktunya dengan isak tangis, gadis itu akhirnya lelah dan terlelap di ranjang kecil yang berada disana.

Nate yang sedari tadi menenangkan Nara hanya diam menatap sang adik. Sesekali ia mengusap kening Nara lembut.

Ia tahu bahwa sang adik pastilah terpukul mendengar kabar seperti itu. Bagaimana tidak?

Sedari kecil Nara selalu di perlakukan layaknya tuan putri yang selalu di limpahkan kasih sayang oleh sang ayah.

Apapun permintaan gadis itu, pastinya tak ada penolakan dari sang ayah. Namun dari banyaknya permintaan gadis itu sedari kecil. Hanya satu penolakan sejauh ini yang sempat di tolak oleh sang ayah.

Tak lain saat gadis itu meminta pada sang ayah untuk berkuliah di tempat yang tak dapat di pantau oleh sang ayah.

Namun Nara yang pada akhirnya meminta alasan sang ayah atas penolakannya justru tersentuh atas jawaban dari sang ayah, yang tak lain karena sang ayah mengatakan bahwa salah satu obat sang ayah adalah melihat wajah Nara secara langsung.

Mau tak mau Nara akhirnya mengalah, dan menerima permintaan sang ayah yang menginginkan Nara tetap berkuliah di mana sang ayah berada.

Tap Tap Tap

Deg!

Nate yang menyadari bahwa ada suara langkah kaki yang mendekat ke arah kabin mereka. Mau tak mau berpura pura tidur di ranjang lainnya yang ada di ruang kabin tersebut.

Ia tak ingin ada yang menyadari kejanggalan yang terjadi di antara dirinya dan Nara.

Terdengar suara helaan nafas pelan dari belah bibir pemuda yang baru saja sampai di kabin dimana Nate dan Nara berada.

"Pantas saja tak ada suara dari kalian berdua, ternyata kalian tidur," ujar Dru sembari mengangguk anggukan kepalanya pelan menatap Nara dan juga Nate yang tertidur di hadapannya.

'Aneh, mengapa aku masih saja terus menerus merasa ada yang salah dengan mereka, tapi apa?' Monolog Dru dalam benak yang tak dapat menjelaskan akan kecurigaan dan perasaan aneh yang ia rasakan.

Setelah merasa ia cukup memerhatikan kedua adiknya, Dru memilih untuk duduk kembali di bangku nya.

.

.

"Bagaimana keadaan Nara?" tanya Lauren pada Dru yang baru saja akan duduk kembali di bangkunya.

"Sepertinya ia lelah, untuk itu Nara, dan juga Nate terlelap, tetapi saat ini mungkin hal itu jauh lebih baik, di bandingkan melihat Nara tersiksa mengetahui hal yang terjadi pada Dad yang masih belum ada kemajuan, apalagi uncle Hence belum mengabari apapun hingga sekarang," ujar Dru yang dibalas dengan anggukan dari Ed, maupun Lauren.

'Haruskah ku tanyakan pada yang lain mengenai perasaanku yang merasa janggal dengan Nate dan Nara?' benak Dru dalam hatinya.

"Ada apa ka? Sepertinya ada yang ingin kau tanyakan pada kami?" tanya Ed pada Dru.

Dru tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya. Untuk saat ini ia belum yakin dengan perasaan akan kejanggalan yang terjadi, oleh karena hal itu Dru merasa bahwa ia harus memastikan terlebih dahulu sebelum ia membeberkan akan perasaannya, sehingga ia sendiri pun memiliki pegangan yang kuat dan akurat atas praduga nya.

'Sekarang bukanlah waktu yang tepat.'

***

Seorang gadis tampak berdecak kesal dengan jemari jemarinya yang tak lepas dari laptop yang ada di hadapannya.

Sungguh menurutnya hari ini adalah hari tersial yang ia alami. Sejauh ini dalam setiap misi yang ia ambil atas permintaan kliennya selalu berhasil dengan mulus tanpa ada celah sedikit pun. Para klien kliennya selalu puas atas kerja yang ia lakukan, hanya saja untuk satu hal ini, lebih tepat nya yang baru saja terjadi hari ini, berakhir dengan berantakan, bahkan tak telak ia memilih untuk memutuskan kerja sama dengan kliennya secara sepihak, dan berakhir ia mengganti rugi cukup besar sesuai dengan perjanjian yang ada.

Dimana dalam perjanjian singkat itu tertulis, jika salah satu pihak memutuskan kerja sama dalam kurun waktu yang telah di tetap kan atau misi belum selesai, maka pihak yang di rugikan boleh meminta tuntutan pembayaran ganti rugi, yang di mana jumlah nominal sejumlah dengan nominal pembayaran yang di sepakati.

"Ugh ... mengapa gadis itu mengacaukan semuanya sih! seharusnya aku mengecek detail pemuda itu sebelum mengiyakan klien itu," ujar seorang gadis.

"What?! Celaka aku salah sasaran! Gadis itu adalah kembarannya? Bagaimana bisa? Apakah mereka memang benar benar mirip? Bukankah pemuda itu tampak tam— Astaga Sue apa yang kau fikirkan." Monolog gadis itu sambil mengusak rambutnya kasar.

Click

"Done!  Pembayaran sudah, misi dianggap berakhir, aku tak ada hutang, lebih baik aku mendinginkan kepalaku dengan berendam air hangat, mungkin itu lebih menenangkan," ujar Sue sembari beranjak dari tempatnya mengambil handuk, beserta potong pakaian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

'Nate ... pemuda menarik.'

Deg!

"Wah ... sepertinya ada yang salah dengan alam bawah sadarmu Sue."

***

Sudah hampir dua jam lebih Louis berada di kediamannya, atau lebih tepatnya ia menghabiskan waktunya itu dengan berdiam diri di kamarnya, tanpa keluar sama sekali, hanya saja dari waktu yang seharusnya ia dapat memanfaatkannya dengan beristirahat memejamkan maniknya, tampak nya tak dapat ia lakukan.

Manik pemuda itu masih terbuka sama seperti sebelum ia memasuki kamarnya itu.

"Ugh... mengap sedari tadi aku memikirkan Nara? Apakah ia baik baik saja?" lirih Louis pelan.

Dengan penuh pertimbangan pada akhirnya Louis memilih untuk mencoba menghubungi Nara, dengan anggapan ia dapat meyakinkan diri bahwa setelah mendengar suara dari Nara ia dapat meyakinkan dirinya bahwa dugaannya salah.

Dering pertama ...

Tak ada jawaban sama sekali dari Nara.

Dering kedua ...

Hening ...

Semakin dering telefon yang ia coba untuk menghubungi Nara tak diangkat, maka semakin besar rasa khawatir yang ia rasakan.

'Nara baik baik saja bukan? Mengapa tak dapat aku hubungi?' benak Louis.

Sungguh perasaannya semakin berkecamuk tak menentu.

Louis yang sebelumnya masih dapat berbaring rapi pada akhirnya ia telah duduk sempurna memastikan dan berharap bahwa Nara dalam keadaan baik.

"Woah ... mengapa perasaanku mengatakan bahwa ada hal yang terjadi dengan Nara sehingga ia tak dapat mengangkat ataupun membalas pesanku ?" lirih Louis pelan, dengab jemarinya yanv sedari tadi tetap mencoba menghubungi Nara.

Sebuah pesan singkat tak lupa ia juga berikan pada Jack, dengan harapan bahwa Jack dapat membantunya menemukan keberadaan Nara berada.

"Tenanglah Louis semuanya akan baik baik saja, dan tak usah kau campur adukkan dengan kejadian hari ini secara keseluruhan, kau tak boleh menyesal, dan kau harus berfikir positif pada Nara.'

———

Leave a comment, and vote