webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
228 Chs

Menemani Ed

Keheningan kini terjadi di dalam mobil yang di kendarai oleh Nara.

Nate yang berada di bangku penumpang tampak diam seribu bahasa, mangacuhkan sang adik yang berada di sampingnya itu.

"Nate, kamu masih marah padaku?" tanya Nara hati hati.

Nate tetap tak menjawab pertanyaan Nara, melainkan ia memilih memejam kan maniknya, melipatkam kedua tangannya di dada, dan menyamankan tubuhnya untuk bersandar di bangku sebelah pengemudi itu.

Sungguh ia masih kesal dengan Nara yang dengan seenaknya saja mengutarakan pertanyaan konyol padanya.

Tak bisakah Nara melihat tersiksa nya Nate menjadi Nara, tetapi tetap ia lakukan demi sang adik tercintanya?

Nara yang semakin merasa bersalah, tanpa sadar mengeluarkan cairan bening yang keluar dari kedua maniknya. Kedua manik nya tak sanggup menampung cairan bening yang telah tertampung pada kelopak maniknya itu.

Perlahan telinga Nate mendengar isakan tangis Nara samar.

Merasa janggal akan hal tersebut, secara perlahan Nate menolehkan kepalanya ke arah Nara.

"Hei, kau menangis?" tanya Nate merasa tak enak pada Nara.

"Ma...-maaf kan aku, aku tadi hanya asal bicara, jangan mendiamkan aku, aku tahu aku bersalah, seharusnya kata kata tadi tak keluar dari mulutku," ujar Nara pada Nate.

Nate menghela nafasnya panjang, dan setelah nya menganggukan kepalanya, sembari mengusap kepala Nara lembut.

"Sudah jangan menangis, aku memaafkan mu, lain kali kau jangan asal bicara, kau tak tahu betapa tersiksanya aku menjadi dirimu," ujar Nate dengan nada suara yang terdengar lembut.

Sebuah anggukan kepala Nara berikan pada Nate.

Hati nya yang sebelumnya terasa sesak, kini mulai lega. Rasanya benda yang mengikat tubuhnya, kini mulai terlepas dari dirinya.

"Terimakasih Nate sudah memaafkan ku, kau boleh menegurku sesuka hatimu jika aku salah, tapi jangan mendiamkan ku ... please," ujar Nara sedikit melirik sekilas pada saudara kembarnya itu.

Sebuah senyuman tipis Nate berikan pada Nara. Bagaimana pun ia sendiri sebenarnya sadar bahwa memang sedari dulu adiknya paling tidak suka di diamkan seperti tadi, sebab gadis itu akan merasa seperti terasing dan di abaikan oleh kakak kakak nya, terlebih selama ini limpahan kasih sayang itu selalu menyelimuti Nara.

"Lain kali kau harus belajar untuk tidak menjudge seseorang, karena kau tak akan tahu bagaimana sifat asli seseorang itu, beserta hatinya, dan karena alasan itu pula aku memberi kesempatan pada Louis untuk mendekati mu bukan?"

Mendengar nasihat panjang Nate, seakan menyadarkan dirinya bahwa apa yang di katakan Nate memang benar.

"Sekali lagi aku minta maaf, mungkin tanpa sengaja aku mengatakan padamu seperti itu, karena aku merasa iri padamu, yang dapat dekat dengan pemuda pujaan ku."

Nate memutarkan maniknya malas. Walaupun ia tahu adiknya menaruh perasaan pada pemuda itu, tetap saja sebagai kakak laki laki Nara, ia tak ingin jika Nara lebih memerhatikan pemuda itu di bandingkan dirinya.

"Jika kau pada akhirnya berkencan dengan Louis, kau tak melupakan kami sebagai kakak mu bukan?" tanya Nate sedikit cemburu.

Suara kekehan kecil dari belah bibir Nara terdengar cukup keras di telinga Nate.

"Aku serius bertanya Nara," ujar Nate melirik Nara.

"Ya, ya, aku tahu, tetapi aku merasa lucu saja kau menanyakan hal ini."

"Mengapa lucu?" tanya Nate pada Nara.

"Kau, Ka Dru dan Ka Ed adalah kakak ku, jadi mana mungkin aku melupakan kalian, lagi pula aku tak ingin nanti nya aku di kucilkan atau di jauhi serta tak mendapatkan kasih sayang dari kalian, bagiku kalian adalah harta yang paling berharga untukku jadi tak dapat di ganti oleh apapun, sekalipun Louis."

Sebuah senyuman jelas terlihat di raut wajah Nara.

Mendengar ucapan yang jelas di katakan oleh Nara, maka kini tak ada keraguan lagi atau oun kekhawatirkan lagi yang harus ia fikirkan jika sang adik memiliki kekasih.

"Baiklah, aku akan membantumu, dan terimakasih jika kau menganggap kakak kakakmu ini seperti itu, kami menyanyangimu," ujar Nate.

"Wow, ini luar biasa, aku tak menyangka kau akan mengatakan dengan jelas padaku, biasanya kau akan lebih sibuk berkilah padaku."

'Aku hanya gengsi Nara.'

Nate tak menjawab, melainkan memilih memalingkan wajah nya ke arah lain.

"Ck, dasar kau ini." decak Nara saat sekilas melirik mendapati Nate yang sudah memalingkan wajah ke arah jendela, seolah tak mendengarkan dirinya.

***

Ed kini telah sampai di rumah nya. Hati nya yang hancur, membuat dirinya menjadi lemah dan malas untuk melakukan suatu hal.

Langkah kaki nya tampak lemah menuju kamar nya sendiri.

Suasana rumah kini sangat sepi. Sepertinya orang orang di rumah sedang tak ada disana.

'Ternyata seperti ini rasanya sakit hati,' benak Ed.

Baru saja Ed hendak melangkahkan kaki nya masuk, terdengar suara mobil berderu masuk ke dalam halaman parkir rumah nya yang luas.

Manik Ed langsung teralihkan pada mobil tersebut.

Tak lama langkah kaki riang keluar dari mobil tersebut.

"Ka Ed," pekik Nara.

"Ah, Nate."

'Nate? Ah iya aku lupa,' benak Nara.

"Kalian dari mana?" tanya Ed pada Nara dan Nate.

Dengan tenang Nate menjelaskan bahwa mereka habis makan siang bersama di luar.

"Ada apa dengan wajah mu? Mengapa tak enak dilihat seperti biasanya?" tanya Nate pada Ed.

Ed menghela nafasnya lemah, dan menggelengkan kepalanya.

"Oh iya, kalian ingat dua hari lagi wisuda ku?" tanya Ed tiba tiba berusaha mengalihkan.

Nara refleks menepuk keningnya pelan.

"Astaga aku lupa," lirih Nara.

Ed mengerutkan keningnya pelan. Jujur saja Ed sedikit merasa janggal dengan adik laki laki nya itu.

"Kau baik baik saja Nate?" tanya Ed hati hati.

Nara memiringkan kepalanya menatap Ed seakan tak mengerti maksud perkataan Ed.

'Astaga Nara, tak bisakah kau membuat sikap yang tak aneh seperti itu? Bagaimana jika Ka Ed curiga, dan berakhir mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi?' benak Nate dalam hati.

"Maklum Ka, dia habis kekenyangan, kau tahu hari ini dia banyak sekali menghabiskan makanan, untuk itu karena energinya full, maka ia menjadi seperti ini," ujar Nate dengan tak tahu dirinya.

Seketika Nara memberikan tatapan tajam pada Nate, sedangkan Ed tampak tertawa mendengar penjelasan Nate yang menurutnya sangat konyol.

"Baiklah baiklah, kalian cukup menghiburku, mmm di bandingkan kita di rumah, bagaimana jika kalian menemaniku keluar, dan mencari pakaian mungkin yang ingin kalian kenakan saat hari wisuda ku?" ujar Ed yang tiba tiba saja mengusulkan ide itu.

Nara dan Nate tentu saja setuju, kapan lagi ia akan di beli pakaian secara cuma cuma oleh Ed yang sibuk.

"Let's go!"

Seulas senyuman tipis Ed berikan melihat respon kedua adiknya. Paling tidak ia dapat sedikit melupakan masalah nya jika bersama adiknya bukan?

Semoga saja !

'Terimakasih mau menemaniku yang sedang bersedih hati ini, kuharap aku dapat melupakan sejenak hal hal yang mempengaruhi pikiran ku.' Monolog Ed dalam hati dengan perasaanya yang mulai dapat ia kendalikan.

———

Hallo … sejauh ini bagaimana cerita nya menurut kalian?

Jika mau kasih saran bisa langsung tulis di kolom chat yaaa … nanti seya baca kok ^^, kalau mau baca buku ini lebih cepat kalian juga bisa baca versi ing nya ya ~~

Versi ingnya : Bro, I Love Him!

Terimakasih,

Seya

Leave a comment, and vote