webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
228 Chs

Jerman ?

Setelah menghabiskan waktunya dengan makan siang di kafe yang tak di rencanakan itu, Nate dan Nara kembali ke rumah nya.

Nara memarkirkan mobil nya di halamannya yang luas.

Keduanya tampak santai memasuki rumahnya, hingga ...

Suara tangis tiba tiba saja terdengar di telinga Nara.

"Nate, sepertinya di rumah ada masalah, aku mendengar suara isak Mom,"

Nate menajamkan pendengarannya sembari menganggukan kepalanya.

Dengan cepat keduanya melangkahkan kaki nya masuk ke dalam ruang tengah dimana sumber suara yang sejauh ini mereka dengar.

"Mom! Mengapa kau menangis?" tanya Nara sedikit memekik berlari ke arah sang ibu.

"Kalian sudah pulang rupanya ..., ayo kita pergi, kakak kakak kalian juga sudah menunggu kalian datang," ujar sang ibu yang justru langsung beranjak dari tempat duduknya sembari menggandeng tangan Nara dan Nate.

Refleks Nara menolehkan kepalanya pada Nate  meminta jawaban.

Nate yang juga tak mengerti akan situasi yang terjadi tentu saja menggelengkan kepalanya pelan, sembari mengendikkan bahunya.

Hanya jawaban itu yang dapat Nate berikan pada Nara.

"Mom, ada apa sebenarnya? Mengapa Mom tampak sedih? apakah ada hal buruk terjadi sebelum kami pulang?" tanya Nate mencoba menggali informasi dari sang ibu.

Bukan sebuah informasi yang Nate dapatkan, melainkan sang ibu yang semakin terisak, bahkan tubuhnya terlihat semakin melemah.

"Mom!" pekik Dru dari kejauhan saat mendapati ibu nya yang akan pingsan dan terjatuh begitu saja jika saja Dru tak menyadari nya.

Dengan cepat ke empat anaknya mendekati sang ibu.

"Ka, bisakah kau memberitahu ku apa yang sebenarnya tengah terjadi?" tanya Nara kali ini pada Dru.

Dru tak menjawab, melainkan menyuruhnya masuk ke dalam mobilnya.

Mau tak mau Nara menuruti perkataan Dru. Jika Dru, Nara, dan juga sang ibu dalam satu mobil, dengan di supiri oleh supir pribadi Dru, maka Nate langsung menaiki mobil Ed yang juga telah siap berangkat.

"Kita akan kemana ka?" tanya Nate pada Ed.

"Kau nanti juga akan tau Nar, untuk beberapa waktu ke depan kemungkinan kita akan menginap disana."

Nate mengerutkan keningnya bingung.

Ia tak mengerti sebenarnya dibawa kemana ia saat ini.

"Kau ingat uncle Hence?"

Untuk beberapa waktu Nate tak langsung menjawab, melainkan mengingat ingat siapa yang di maksud oleh Ed padanya.

"Ah, aku ingat, bukannya masih sepupu Dad?"

"Kau benar, kita akan kesana,"

Refleks Nate terlonjak kaget, bahkan karena sangat kaget Nate memekik suara nya pelan mengekspresikan ke kagetannya.

"Bukankah Uncle Hence di Jerman, karena mengembangkan rumah sakit disana?" tanya Nate pada akhirnya pada Ed semakin penasaran akan teka teki yang belum di ungkapkan keluarganya pada Nate dan juga Nara.

Tak ada suara jawaban tegas yang Nate dengar, melainkan hanya sebuah anggukan kepalanya sebagai jawaban.

'Ada apa ini? Mengapa harus di bawa ke uncle Hence? Ada perlu apa ? dan dimana Dad?'

Hati Nate seakan bergejolak mencoba menganalisis pikiran pikirannya itu.

"Ka, Dad dimana?"

Pertanyaan itu yang tiba tiba saja keluar dari mulut Nate pada akhirnya, sebab ia merasa sangat janggal dengan situasi saat ini, dimana seluruh keluarga nya ada kecuali sang ayah.

"Dad, sudah lebih dahulu kesana, dan kita menyusuli Daddy kesana."

"Ka, bukankah ini terlalu terburu buru, kita belum merapikan pakaian kita dan sekar—"

Belum sempat Nate mengilah dengan hal hal yang menurutnya masuk akal sebagai jawaban, apalagi  saat ini ia tengah menjadi Nara.

"Kau tenang saja, aku telah menyiapkan seluruh pakaian mu dan juga Ka Dru telah menyiapkan pakaian Nate, lagi pula kita kesana akan menggunakan pesawat pribadi Daddy yang jarang sekali di pakai olehnya."

Kali ini Nate tak mampu mengilah, bagaimanapun juga semua perkataan yang keluar dari belah bibir nya akan di alihkan pada hal lain, den ujung ujung nya dengan terpaksa ia menuruti kemauan dari kakak dan orang tuanya.

'Mengapa harus ke Jerman? dan mengapa Mommy menangis?' Monolog Nate dalam benak.

di mobil lainnya....

"Mom, bangunlah," ujar Nara lembut sembari mengusap pipi ibunya.

"Ka Dru, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Mom seperti ini? Apakah ada masalah sebelumnya?" tanya Nara jujur ingin tahu semuanya cerita yang tengah terjadi di keluarganya.

Dru tak menjawab sama sekali, tatapannya hanya fokus menatap kearah depan.

"Ka ... tak bisakah kau memberitahuku? Aku tak mengerti mengenai kondisi yang terjadi," ujar Nara kembali.

Lagi lagi Dru tak menjawab, melainkan hanya fokus dengan stir mobilnya saja.

Nara yang kesal tak kunjung mendapatkan jawaban akhirnya memejamkan maniknya, mengambil nafasnya dalam dalam, dan setelah membuka maniknya kembali, ia hanya fokus berusaha membangunkan sang ibu, di bandingkan mendengarkan panggilan sang kakak yang memanggil dirinya.

"Nate!" pekik Dru lebih keras di bandingkan sebelumnya.

"Oh kau memanggilku? Ada apa?" tanya Nara pada Dru ketus.

Dru mengerutkan keningnya. Entah mengapa ia merasa seperti bukan seperti Nate yang ia kenal.

'Mengapa Nate mudah merajuk? Bukankah Nate cenderung ...' benak Dru dalam hatinya.

Nara belum menyadari bahwa ia tengah di perhatikan dari spion tengah oleh sang kakak.

"Ada apa?" tanya Nara saat tak mendengar sebuah jawaban dari Dru.

"Kau sedikit aneh Nate, ah dan kau tak usah memaksa Mom bangun Nate, kau tak nisa perhatikan baik baik? Bukankah dengan kau membangunkan Mom secara paksa, Mom semakin tersiksa akibat ulahmu?

Perkataan Dru seketika membuat Nara menghentikan tingkahnya yang sebelumnya masih sibuk membangunkan sang ibu.

Di perhatikan betul oleh nya wajah sang ibu yang terlihat sangat letih dan sedih.

Ia baru menyadari nya!

Seketika rasa bersalah langsung terasa oleh nya. Ia merutuk dirinya sendiri yang sedari tadi tak menyadari apa yang tengah terjadi.

"Oh iya bisa kau tolong periksa di tas ku apakah paspor ku, paspormu, dan paspor Mom sudah ada di dalam tasku?"

"Paspor ? Untuk?" bingung Nara dengan tangannya yang mencari paspor di dalam tas Dru di bangku belakang.

"Untuk apa paspor ini? Kita sedang tak ingin melakukan perjalan jauh bukan? Lalu ini ... tunggu ... kita akan kemana Ka?!" tanya Nara yang cukup terkejut menyadari kejanggalan yang semakin terlihat.

"Kita akan memgunjungi uncle Hence dan Daddy."

Nara mendengar kan baik baik perkataan Dru, bahkan telinganya sengaja ia tajam kan demi mendengar perkataan dari Dru yang memang sudah ia tunggu sedari tadi.

"A...-ah uncle Hence ... Hah?! Kita akan ke Jerman?!" pekik Nara kaget, bahkan suara nyaring Nara hampir saja membuat Dru refleks menginjak rem secara mendadak sekaligus, jika ia tak berhasil mengontrol emosinya itu.

"Yak! Bisakah kau tak mengagetkanku? Aku tak memakai supir hari ini jika kau ingat!"

'Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa harus ke Jerman? Lalu Louis?'

———

Leave a comment, vote, and gift