webnovel

Bab 18

"Steve?!" seru Nyonya Felton terkejut mendapati anaknya datang bersama Dave.

Helena yang ikut menyambut kedatangan Dave juga sama terkejutnya. Ia bisa melihat Steve sedang membawa koper sama seperti Dave.

Bukannya hanya Dave saja yang tinggal di sini? Lalu apakah Steve berubah pikiran? Helena membatin dengan sedikit berharap.

Ia tiba-tiba gugup membayangkan akan bertemu Steve setiap hari.

"Setelah ku pikir-pikir, aku juga ingin tinggal di kediaman dengan Mom." Steve mengelus lehernya dengan perasaan malu.

Ibu Steve langsung saja memeluk dan mencium pipi anaknya. Sepertinya pemilik kediaman itu senang sekali karena akhirnya Steve bisa tinggal lagi di kediaman.

Sebelumnya Steve hanya datang ke kediaman seminggu sekali.

"Mom senang sekali!"

"Mom!" Steve berusaha melepaskan tangan ibunya yang kini bergerak mencubit pipinya.

Dave yang melihat tingkah anak dan ibu itu hanya tersenyum. Ia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu.

Helena yang terkejut dengan keberadaan Steve, ternyata lebih terkejut lagi saat matanya menangkap gambaran wajah Dave yang tersenyum.

"Anda tersenyum," kata Helena pada Dave tiba-tiba.

Dave langsung melihat ke arah pemilik suara. Ia mendapati Helena sedang melihatnya seolah ia melakukan hal aneh.

Steve dan ibunya ikut menatap Dave saat Helena berkata seperti itu.

Namun mereka tidak melihat ada senyuman kecuali hanya wajah tanpa ekspresi dari Dave.

Tentu saja itu karena Dave menghilangkan senyumannya saat Helena bersuara tadi.

"Apa?" tanya Dave pada Helena.

Steve langsung tertawa. Nyonya Felton juga ikut tersenyum.

Helena dan Dave otomatis melihat Steve yang tertawa.

Helena bingung apa yang ditertawakan oleh Steve.

Sedangkan Dave hanya menatap Steve dengan malas. Ia lalu bergerak melangkah melewati tiga orang di hadapannya.

"Aku akan ke kamar duluan." Dave masuk dan menghilang dari ruang tamu.

"Dave itu memang orangnya kaku sekali," ucap Steve setelah tawanya mereda.

Helena mendengarkan.

"Tapi jangan lupa kalau dia itu manusia juga." Setelah berkata seperti itu Steve tersenyum geli.

"Jadi jangan lupa kalau dia juga bisa tersenyum," sahut Nyonya Felton.

Mereka berdua memaklumi reaksi Helena, karena memang Dave jarang tersenyum.

Helena hanya membalas perkataan dua orang itu dengan anggukan dan sebuah senyuman.

"Nyonya Michelle," panggil seseorang tiba-tiba dibelakang Steve.

Mereka mengalihkan perhatian dan melihat siapa yang bersuara.

Ternyata itu adalah sopir yang melayani keluarga Felton. Sopir itu sudah berumur empat puluh tahun dan sudah menikah.

"Oh, ada apa Ray? Sudah mau pergi?" tanya ibu Steve yang ternyata memiliki nama Michelle.

Michelle Felton adalah nama asli ibu Steve.

"Iya, Nyonya. Saya pamit sekarang untuk pulang." Ray menjawab dengan sopan.

"Baiklah, hati-hati." Nyonya Michelle membalas dengan senyuman.

Setelah itu Raymond membungkuk dan pergi.

"Ada apa Mom?" tanya Steve pada ibunya.

"Mom memberikan libur sementara untuk Ray, karena Mom punya sopir pengganti." Nyonya Michelle tersenyum setelah menjawab.

"Eh?"

"Dave 'kan mau tinggal di sini. Awalnya Mom sudah putuskan Dave yang jadi sopir Mom. Tapi karena putra Mom juga di sini. Jadi bersiaplah kalian berdua jadi sopir Mom."

Setelah itu Nyonya Michelle tertawa melihat wajah Steve, putranya yang melongo.

Nyonya Michelle mendadak mendapatkan ide.

"Oh, Steve. Tugas pertamamu adalah mengantar dan ikut pergi ke swalayan dengan Helena untuk berbelanja. Ibu akan memberikan daftar belanjanya padamu."

Nyonya Michelle mengedipkan sebelah matanya pada Steve.

"Belanja?" tanya Steve.

Nyonya Michelle mengangguk dengan senyum lebar.

"Nah, Helen sayang, pergilah dengan Steve." Nyonya Michelle memberikan senyumnya pada Helena.

"Ah, iya." Helena mengangguk dengan perasaan canggung.

Ia tiba-tiba merasa dadanya bergetar membayangkan jika pergi berduaan dengan Steve. Ia tiba-tiba gugup dengan ibu Steve yang saat ini seolah sedang mendekatkan mereka berdua.

Steve tak bisa menolak dan akhirnya hanya menghela napas. Tapi kemudian ia tersenyum.

"Baiklah, apa pun permintaan anda, Ratu."

Nyonya Michelle sekali lagi ingin mencubit pipi putranya dengan gemas. Tapi Steve langsung menghindar.

Pipinya bisa bengkak kalau dicubit terus. Steve mengundurkan diri untuk ke kamar dan membawa kopernya.

Helena yang melihat itu merasa lucu. Ia ingat pipinya sering dicubit oleh Nyonya Michelle. Ternyata itu memang kebiasaan ibu Steve.

Helena tidak tahu kalau sebenarnya hanya dirinya yang diperlakukan seperti itu oleh Nyonya Michelle selain putranya Steve. Bahkan Dave juga tidak.

Yah, meski Nyonya Michelle ingin melakukannya juga, pasti Dave akan menolak, mengingat sifatnya yang kaku itu.

*****

Helena berusaha tidak mengerutkan keningnya saat ini. Ia sekarang berada di dalam mobil yang sedang di kendarai oleh Steve.

Awalnya ia mengira bisa duduk di kursi penumpang di samping Steve. Tapi ternyata ia salah.

Saat ia dan Steve hendak pergi seperti permintaan Nyonya Michelle, Dave tiba-tiba datang.

Saat Helena hendak menyentuh pintu mobil bagian depan, Dave datang dan tiba-tiba menyentuh pintunya lebih dulu.

Dave langsung berkata, "Aku ikut. Kau duduk di belakang, ya."

Setelah mengatakan itu tanpa menunggu jawaban dari Helena, Dave masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang di samping Steve.

Helena hanya terpaku di depan pintu mobil seolah belum mengerti apa yang tiba-tiba terjadi.

"Dave?" tanya Steve heran dengan kedatangan sepupunya yang ikut masuk ke mobil.

"Aku ikut," jawab Dave singkat.

"Oh." Steve tidak bertanya lagi.

Sedangkan Helena segera menguasai dirinya, ia berusaha bersikap normal dan masuk ke mobil. Ia duduk sendirian di jok mobil bagian belakang.

Akhirnya Helena hanya bisa diam saja, meski dalam hatinya saat ini entah mengapa merasa kesal kepada Dave.

Apa-apaan dia? batin Helena.

Helena yang awalnya merasa gugup karena mengira bisa berdua saja dengan Steve, sekarang kesal pada Dave.

Tapi setelah Helena berpikir lagi, mungkin ada baiknya Dave ikut. Karena sebenarnya ia bingung bagaimana bersikap di depan Steve jika ia hanya sendirian.

Karena saking gugupnya, Helena berharap ada orang yang ikut dengan mereka. Dan Dave benar-benar datang meski Helena berharap jika ada orang yang ikut itu adalah Nyonya Michelle.

Mobil mereka sudah sampai dan Steve sudah memarkirkan mobilnya.

"Ayo, Helen." Steve mengajak Helena masuk.

Helena mengangguk dan mengikuti kedua pria yang masuk ke swalayan yang penuh dengan pengunjung di setiap harinya.

Dave dan Steve langsung mengambil troli belanja. Mereka bertiga langsung bergerak memenuhi keranjang belanja dengan barang yang ada di daftar.

"Kalau kalian mau membeli sesuatu ambil dan taruh saja di keranjang, oke?" Steve bersuara saat mereka bertiga berjalan di antara rak-rak makanan.

Helena membalas dengan anggukan dan tersenyum kecil. Sedangkan Dave hanya melirik dari sudut matanya.

Saat mereka melewati rak peralatan dapur, Helena memandang sebuah gelas porselen dengan gambar bunga violet yang tampak sangat menarik di matanya.

Lama menatap benda itu, Helena tak sadar Steve berada di sampingnya.

"Kau suka itu?" tanya Steve dengan ramah.

Helena tersentak.

"Ambillah kalau kau suka. Aku juga suka dengan gambarnya. Gambarnya memang bagus." Steve berkata lagi tentang tawarannya.

"Eh," gumam Helena ragu.

Steve bergerak mengambil gelas porselen dengan gambar bunga violet. Ia lalu meletakkannya di atas tangan Helena.

"Ah, terima kasih." Helena memandang gelas di tangannya dengan tersenyum.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari saku celana Steve. Steve spontan bergerak mengambil sesuatu yang mengeluarkan bunyi dari sakunya.

Steve sudah menduga ada panggilan masuk di ponselnya tapi kemudian ia tertegun saat mengetahui siapa yang menelepon. Karena ia sama sekali tidak menduga akan mendapat panggilan itu.

*****

wah siapa ya yang menelepon? terimakasih kepada pembaca yang berkunjung ke karyaku ini :) tinggalkan jejak komentar dan jangan lupa follow akun penulisnya ya ;)

Dwi_Nacreators' thoughts