webnovel

Jangan panggil aku Pelacur

Fanya, remaja yang lahir dari keluarga yang sangat hancur. Awal kehancuran keluarganya adalah setelah kepergiaan sang ayah. Hingga dirinya bertemu dengan Deka si sebuah club malam. Fanya bukannya menjadi wanita penghibur di sana, melainkan ia sebagai pelayan yang mengambilkan minum untuk para tamu. Saat ini ia masih duduk di bangku SMA kelas 11. Ia terpaksa bekerja di tenpat seperti itu hanya demi biaya sekolahnya yang sudah tidak lagi di tanggung oleh sang Ibu. Aku terlahir dari krluarga yang hancur, dan kamu ikut menghancurkan hidupku?? ~Fanya Renata Putri~ Akan aku pastikan hidupmu akan tetap baik-baik saja, karena aku akan selalu ada di sampingmu. ~ Deka Putra Atmajaya ~

Doraemon_Cantik · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
244 Chs

BAB 20

PERTHANAN FANYA

Siang ini begitu melelahkan untuk Fanya. Rupanya gadis itu menemani Bi Murni belanja kebutuhan dapur. Dan baru kali ini juga bi Murni mengajak Fanya. Katanya kalau ia mau nelajar maengerti dengan kebutuhn dapur ya Fanya tidak boleh jijik karena wanita paruh baya itu mengajak Fanya ke pasar tradisional yang tentunya itu pengalaman pertama untuk Fanya.

"asyik juga ya belanja di pasar tradisional, sealain harganya murah barang-barangnya juga banyak yang fress.

Hidup memanglah harus mencari pengalaman sebanyak mungkin agar ketika sudah berumur nanti pengalaman sudah banya dan bisa di tularkan dengan anak cucu.

Etdah, mikirin cucu Fanya jadi meringis sembari memegangi bagian dadanya yang terasa sakit.

Tidak mau bersedih kembali Fanya menyambar handuk yang ia taruh di gantungan dekat pintu kamar mandinya. Fanya pun kemudian berlalu ke kamar mandi.

"mandi pakai aroma terapi sepertinya sangat menyegarkan," ujar Fanya.

Gadis itu menuangkan sedikit aroma terapi pada bathup yang sudah ia isi dengan air hangat. Setelah menuangkan aroma terapi yang baunya langsung membuat fikirannya rilexs Fanya segera masuk ke dalam bathup tersebut.

"nyaman dan sangat menenangkan." Gadis itu begitu menikmati waktu mandinya sampai-sampai ia tidak mendengar panggilan dari luar kamarnya.

Deka yang sudah sekitar 10 menit berdiri di depan pintu kamar Fanya pun akhirnya memutuskan untuk masuk karena gadis yang di panngilnya tidak kunjung menjawab.

"awas saja aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani mengabaikan panggilanku," ancam Deka.

Ia membuka pintu kamar Fanya dan tidak lama kemudian terdengar suara teriakan dari dalam kamar tersebut.

"berisik! Ngapain sih kamu teriak-teriak, saya belim tuli ya," ujar Deka mulai kesal.

"ma ... maaf, aku hanya terkejut saja. Lagian bapak kenapa sih masuk kamar gak bilang-bilang," ucap Fanya.

"apa kamu bilang, saya dari tadi sudah teriak-teriak dan kamu tidak mendengarkan panggilan saya," bela Deka.

"maaf Pak saya sedang mandi jadi saya tidak mendengar teriakan Bapak," ucap Fanya.

Lagi-lagi gadis itu hanya bisa meminta maaf karena ia memang tidak mendengarkan teriakan Deka karena sedang asyik mandi.

"kamu berani mengabaikan saya?" tanya Deka, tatapannya begitu menusuk.

"saya ganti baju dulu Pak," sahut Fanya. Ia tidak berani menatap Deka, karena sekali saja ia menatap Deka maka nyalinya akan menciut.

"aku tunggu kamu di bawah, jangan sampai kamu terlambat. Waktu kamu 10 menit dari sekarang," ujar Deka. kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Fanya membiarkan gadis itu untuk berganti baju.

"lama-lama di kamar itu bisa-bisa aku bisa langsung memakan gadis itu," gumam Deka.

"Tuan mau saya buatkan jus?" tanya bi Murni.

"ambilkan saya air putih dingin saja bi," sahut Deka.

Ia harus mendinginkan badannya agar gairahnya pun ikut mendingin.

"benar-benar gila, 10 menit itu hanya untuk ganti baju saja, dia fikir aku bisa memakai make up secepat itu," rutuk Fanya.

"dasar bos gilla" teriak Fanya namun tidak begitu keras jadi aman Deka tidak akan mendengarnya.

Waktu hanya tersisa 2 menit dan Fanya baru selesai berganti baju, ia pun dengan cepat memoles wajahnya dengan bedak, setelah itu ia memakai lipstik tipis agar tidak terlihat menor. Terakhir Fanya mengambil tas setelah memakai sepatu yang high hellsnya tidak terlalu tinggi.

"lama sekali, kamu fikir waktu saya itu hanya untuk menunggumu," cerca Deka.

"10 menit, dan ini belum lebih!" bela Fanya.

"baiklah, kita langsung berangkat sekarang!" ajak Deka.

Fanya pun kemudian melangkahkan kakinya di belakang Deka. setelah menaiki mobil Deka mengamati dengan teliti penampilan Fanya.

"yang serius aja kamu kalau pakai make up," cecar Deka.

"memangnya kenapa Pak?" tanya Fanya. Gadis itu sudah merasa benar ketika memakai make up. Bahkan ia sudah berkaca 3 kali untuk memastukan penampilannya.

"bagi saya make up kamu tu kurang bagus, kamu gak bisa ya pakai make up?" tanya Deka.

"bisa kok Pak," sahut Fanya.

"kita mampir salon dulu, aku mau wajah kamu di rias dengan baik. Apa kata klien penting saya nanti kalau aku datang dengan gadis jelek sepertimu," ucap Deka.

Jlep! Lagi-lagi Fanya sakit hati dengan ucapan dari Deka. kalau ia jelek lalu untuk apa dia mengajaknya menemui klien yang katanya penting itu.

"dasar mulut sambel, pedesnya kok gak ilang-ilang," ujar Fanya dalam hati.

Sampai di salon, Fanya langsung di rias sesuai kemauan Deka. gadis itu sama sekali tidak di beri kesempatan untuk memilih riasan sesuai keinginannya.

"pokoknya saya mau dia kelihatan cantik," pinta Deka.

"siap Tuan, kami akan menyulap gadis itu agar terlihat cantik," sahut salah seorang wanta yang bertugas untuk merias.

"biar ku lihat apakah gadis itu bisa cantik," gumam Deka.

"dasar sakit jiwa, dia fikir aku bonekanya apa yang bisa ia peralat setiap saat. Kadang-kadang kok aku merasa capek ya nurutin kemauan dia," omel Fanya dalam hati.

"sudah selesai Tuan."

"nanti akan langsung aku kirim," ucap Deka.

Ia segera mengajak Fanya berlalu dari tempat itu tanpa lebih dulu memperhatikan penampilan Fanya.

"pelan-pelan dong jalannya, kamu kira aku ini apaan main di tarik-tarik gitu," keluh Fanya.

"kita sudah tidak punya banyak waktu, kamu mau tau kita akan kemana," ujar Deka.

"mana aku tau, kamu tidak memberitahukan padaku," sahut Fanya.

"kita akan menghadiri pesta sahabatku, bisa kamu bayangkan kalau kamu datang dengan penampilan seperti tadi?" tanya Deka.

"mana ku tau, kamu hanya memeberikan aku waktu 10 menit untuk bersiap-siap," ucap Fanya.

"jangan ngeles, bahkan kamu sudah berdiri 10 menit di kamar kamu," ucap Deka. "beruntung aku memaafkanmu, " cecar Deka.

"hehehe, maaf! Aku tadi begitu menikmati mandiku, jadi aku tidak mendengar kamu memanggilku," sahut Fanya.

Setelah 15 menit mereka telah sampai di pesta pernikahan sahabat Deka.

"mewah sekali," puji Fanya.

"jangan seperti orang kampung, jangan malu-maluin," tegas deka.

Fanya memang sengaja membuat Deka marah-marah. Entah mengapa marahnya Deka justru membuat Fanya merasa terhibur belakangana ini meskipun tentu ada kata-kata pedas yang keluar dari mulut Deka.

"kenapa kamu senyum-senyum gitu?" tanya Deka heran.

"enggak kok Pak, gak papa," sahut Fanya.

Setelah masuk ke dalam Deka langsung menyalami sahabatnya.

"akhirnya merid juga lo, gue kira gak bakalan merid elo," ujar Deka.

"emangnya elo, gue laki-laki normal kali Brow," sahut sahabnya.

"eitssss, jangan salah! Sebentar lagi juga gue merid. Gak lihat nih siapa yang gue bawa, calon suami gue nih!" ucap Deka dengan bangga memperkenalkan Fanya pada sahabatbya.

Untung ini acara pernikahan sahabat Deka yang lain, jadi ia tidak mati gaya di pesta itu. Coba aja kalau ada 3 teman rusuhnya itu pasti Deka langsung di goda habis-habisan deh.