webnovel

PROLOG

Isti, dia Istriku yang bekerja sebagai seorang Guru honorer di sebuah sekolah SMK swasta yang lumayan bonafid di kotaku sekarang ini, dia sangat senang sekali. Menjadi seorang pengajar memang bukan hal yang mudah tetapi dia punya jiwa itu. Jiwa seorang pengajar harus bisa memberikan ilmu yang akan menjadi pelajaran di sekolah. Ilmu apabila tidak dapat disampaikan dengan baik akan menjadi sebuah wacana atau kata-kata yang tidak berarti bagi yang menerima nya.

Isti, Istri yang sangat ku sayangi, dia baru saja ku nikahi beberapa bulan yang lalu. Dari seorang sosok ibu dari 2 orang anak yang menafkahi kedua anaknya sendirian, dengan gigih dia mencari nafkah. Setelah Isti bekerja sambil kuliah dan mendapatkan gelar sarjana nya dari sebuah Universitas di kota ku berada sekarang ini.

Dia diberikan kesempatan untuk menjadi guru honorer matematika, tadinya dia hanya diberikan 10 jam mata pelajaran seminggu dia terima, dan sore harinya setelah bekerja di sekolah dia lanjut bekerja di salah satu kampus sebagai administrasi.

Tetapi setelah menikah denganku, kerja malam di kampus itu tidak lagi dijalankan dan diganti dengan tugas hari sabtu dan minggu apabila diperlukan saja. Sehingga penghasilan dia sebagai admin di kampus itu berkurang setengahnya.

“Sudan bunda, tak perlu dipikirkan lagi. Tugasmu sebagai istri juga harus kamu lakukan, kalau kamu kerja terus dari pagi sampai malam kamu akan kecapekan dan aku sebagai suamimu bukan menjadi ladang pahala buat mu,” kataku.

“Ya ayah, makanya aku udah kurangi jadi admin di kampus, selain malam kan jauh juga jarak dari sana ke rumah ini. Dulu mungkin karena aku kan tinggalnya di mess kampus jadi malam pun tinggal jalan kaki pulang ke rumah,” katanya menambahkan.

“Ya sayang, sana cepat mandi dulu, abis itu sholat Isya jamaah ya,” kataku sambil mencium kening nya. Lalu dia mandi dan aku menunggu sambil menonton Televisi.

Aku tahu kalo dia itu setiap hari capek sekali, makanya difokuskan saja menjadi guru honorer di SMK tersebut. Itupun kalau pulang dari senin sampai jumat selalu sore, di atas jam 3 sore dam samai di rumah sekitar jam 5 atau jam 6 sore.

“Sudah mandi nya? Ayo kita sholat Maghrib berjamaah, dan abis selesai sholat kita masak bersama ya,” kataku. Sehabis sholat berjamaah kami berdua memasak untuk makan malam bersama anak-anak. Anak kami yang pertama sudah bekerja dan sekarang tinggal di mess kampus di kota, dan anak kami kedua masih sekolah kelas 3 sekolah Dasar. Dan sekolah anakku ini berdampingan dengan SMK tempat istriku bekerja karena masih satu yayasan.

Sesudah makan malam bersama, ku lanjutkan kerjaku sebagai penulis Novel di aplikasi ini sebentar. Pekerjaanku ini baru saja saya geluti sekitar seminggu, karena aku menulis cerita di novel ini beberapa kisah nyata hidupku. Jadi selama aku menulis jadwalnya kalau pagi dari abis sholat subuh sampai sekitar jam 9 atau jam 10 pagi. Jadi setelah itu saya melanjutkan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian atau memasak atau pun membuat kotak kayu sarang lebah ku yang sudah mulai berkembang.

Istriku ternyata masih di sampingku mengecek pesan yang masuk di handphone nya. Lalu aku menanyakan ke dia.

“Gimana bunda di sekolahan, udah mau Ujian Tengah Semester apa kamu akan tambah sibuk?” tanyaku.

“Ayah, aku ini baru aja disuruh pak kepala sekolah untuk nambah pekerjaan administrasi sekolah kaarena sudah beberapa data dan tugas admin memang aku yang handel, jadi mengenai tugas admin aku yang handel,” kata istriku.

“Seharusnya kalo aku pulang bisa jam 2 an dari sekolah tapi ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan di sekolah. Kalo Cuma jadi guru saja sih mengajar paling siang jam 1 siang selesai ayah,” jelas istriku lagi.

“Ya kalo gitu jangan terlalu sore juga kamu pulangnya, selain kamu kecapekan kamu jadi istirahatnya juga berkurang. Malamnya kamu sering bangun terus sholat tobat jadi kamu pasti kelelahan kurang istirahat,” kataku.

“ Ya doakan saja, aku bsa sehat terus ayah,” katanya.

“Ya sebaiknya sekarang banyak dikurangi, bukannya kamu juga masih di SMK satunya?” tanyaku.

“Sudah tidak sayang, aku dah fokus di SMK ini ajah biar aku bisa mengajar dengan baik dan tugasku disini juga selesai semua,” katanya.

“Semua itu kan ada hitungannya sayang, kalau memang aku liat sih hitungan honor kamu ajah sudah tidak imbang, maksudku ya dibawah standar gaji yang layak,” kataku.

“Iya sih tapi kan seiring berjalannya waktu akan banyak tambahan honor yang lain,” katanya lagi.

“Ya sudah tapi kalo hari biasa tidak ada jadwal mengajar lagi mending siang pulang, itu Ani setiap sore pulang sore terus, sampai rumah lelah, tidak belajar, malah main game terus, gimana mau pintar itu anak?” kataku ke dia.

“Ya nanti aku kasih tau ke Ani untuk belajar kalau malam hari,” katanya menegaskan.

Lalu dia membereskan piring dan gelas ke tempat cucian piring, dan dia mencuci semua piring dan gelas kotor. Kemudian Istri mengajak aku keluar rumah untuk duduk di teras.

“Yah, kamu kan punya ijazah S2 atau Master, kenapa tidak mengajar jadi Dosen di kampus tempat aku kerja?” tanyanya kepadaku.

“Emang bisa dan ada mata kuliah yang bisa saya ajar?” tanyaku.

“Ya ada, kan aku ini admin di kampus jadi kamu bisa mengajar di Jurusan Sosial seperti Ijazah sarjana mu,” katanya lagi.

“Boleh juga tuh sayang, kan emang sekarang masih masa pandemi ya jadi mengajar dengan online saja, pakai meeting room atau pake video call,” katanya.

“Ya bagaimana caranya?apa aku harus kasih lamaran ke kampus?” tanyaku.

“Iya ayah, nanti besok aku buat kan surat lamaran nya dan daftar Riwayat Hidup kamu. Dokumen nya ada tidak ayah?megang semua?” tanyanya.

“Tidak bunda, masih di Jakarta semua. Ya besok aku minta di foto saja dan dikirim pakai email sama temanku,” kataku lagi.

“Ya sudah bagus deh, kan lumayan ada tambahan lagi. Kalau honor menulis novel kamu juga kan masih lama, masih tunggu bisa dicairkan,” katanya.

“Iya malahan bisa dua bulan ini, walaupun kontrak aku sudah megang satu kontrak novel,” tegasku.

“ Ya kita berdoa saja semoga kita selalu berkecukupan dalam hal materi. Tapi ingat juga bunda, yang kita cari itu kebahagiaan dunia dan akhirat yang di Ridhoi Allah," kataku mengingatkannya.

“Iya ayah, itu pasti, aku bertemu kamu sekarang saja sudah anugerah buatku. Kamu selalu bisa memberikan ku ketenangan hidup selama ini. Walaupun baru beberapa bulan ini tapi aku merasa bahagia sekali. Aku ingin kita menua bersama,” katanya sambil memeluk dan mencium pipi ku.

“Sama–sama bunda kita harus saling melengkapi dan bergembira terus,oke,” kataku.

Akhirnya kita masuk ke dalam untuk melakukan sholat Isya berjama'ah dan kemudian kita beristirahat. Istriku tidur di dalam pelukan ku. Tak lama setelah istriku tidur, aku melanjutkan menulis novel yang tadi terpotong.

****

Jangan lupa Teman-temanku Para Pembaca, Klik LIKE dan KOMEN ya di ceritaku ini, Komen yang kalian berikan memberikan semangatku untuk lebih baik lagi...