"Yuk, biar om antar pulang," Jefri bangkit berdiri setelah membayar makanan mereka.
"Aku ke toilet sebentar ya, om," Renessa bangkit dari kursinya hendak berjalan ke belakang.
"Nes, Om tunggu di mobil ya?" Kata Jefri pada gadis itu sementara Renessa mengangguk singkat sebelum bergerak menjauh.
Renessa keluar dari toilet dan akan mencuci tangannya ketika ia menyadari dua wanita cantik terlihat sedang beradu mulut di dekat wastafel. Renessa berdecak kesal namun ia tidak mau ikut campur dalam urusan ini dan hanya berniat mencuci tangannya di wastafel.
Ketika Renessa sedang mencuci tangan, salah satu dari wanita itu menyiram minuman es kopi pada lawannya yang untungnya berhasil menghindar dengan gesit. Sialnya, Renessa yang berdiri tepat di belakang wanita itu yang terkene siraman kopi. Ia hanya sadar seseorang menyiraminya dengan es kopi setelah ia merasakan sensasi dingin yang membasahi rambut hingga baju bagian kirinya.
Renessa berbalik dan ingin memarahi kedua wanita itu namun mereka mulai saling menjambak dan menarik rambut masing-masing. Pada akhirnya Renessa mengabaikan keduanya dan membersihkan tumpana kopi pada rambut hingga bajunya. Ia menghabiskan waktu yang cukup lama karena bajunya berwarna putih dan tumpahan kopi membuat bajunya terlihat sangat kotor.
Beberapa orang yang masuk ke dalam toilet mulai berusaha melerai kedua wanita itu membuat suasana di dalam toilet menjadi semakin riuh. Renessa tidak tahu bagaimana akhir dari perkelahian itu karena ia buru-buru berjalan keluar setelah merasa penampilannya sudah sedikit lebih baik, mengingat Om Jefri sedang menunggunya.
Renessa melirik arlojinya dengan kesal. Karena kedua wanita itu, ia harus membuat Om Jefri menunggu 15 menit. Renessa mendengus kesal saat melewati meja tempat ia dan Om Jefri duduk sebelumnya dan melihat tasnya masih berada di sana.
**
Andreas melirik jam tangannya dengan sedikit kesal ia sudah 10 menit menunggu Sarah namun jejaknya tidak terlihat di manapun. Andreas mengambil clutch bag yang ditinggalkan Sarah dan membukanya, memeriksa isinya. Ia mengerang ketika menemukan handphone dengan casing berwarna pink yang menjadi warna favorit Sarah masih berada di dalam sana. Ini artinya ia tidak bisa menghubungi wanita itu.
"Maaf, itu tas saya," Suara lembut seorang gadis mengagetkan Andreas. Andreas mendongak dan menemukan seorang wanita cantik dan elegan berdiri di samping meja tempatnya duduk. Wajah gadis itu terlihat sedikit kesal. Rambut dan sedikit bajunya terlihat basah dan Andreas dapat mencium aroma kopi samar dari tubuh gadisitu.
"Maaf?" Andreas bertanya binggung karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan gadis itu.
"Tidak apa-apa. Terima kasih ya," kata gadis itu kemudian dengan santai mengambil clutch bag di tangan Andreas lalu berjalan cepat ke arah lift.
Andreas terpaku beberapa saat sebelum ia sadar bahwa ia baru saja dirampok oleh seorang gadis cantik. Andreas dengan cepat berdiri dan berjalan menuju lift yang sudah bergerak ke bawah. Ia dengan tidak sabar menekan tombol turun, namun ia tahu bahwa usahanya sia-sia karena lift itu tidak akan kembali bergerak ke atas.
Andreas bergegas menuju tangga darurat dan setengah berlari menuju ke lantai dasar. Ia harus menemukan si perampok cantik itu atau Sarah akan mengomelinya jika tahu clutch bag kesayangannya dirampok di depan matanya.
**
"Om, kok malah berdiri di sini?" Ayana mendekati Om Jefri yang berdiri sendirian di lobi.
"Tadi ada teman om yang juga baru selesai lunch di sini, ngobrol sebenatar, baru saja mobilnya lewat," Kata Om Jefri.
"Oh,,," Renessa menjawab singkat sambil mengangguk.
"Ini tas kamu," Om jefri menyodorkan clutch bag di tangannya pada gadis itu. Renessa terpaku ketika melihat dua clutch bag serupa di tangannya.
"Hah?" Tubuh Renessa membeku dan dengan cepat membuka clutch bag yang diambilnya dari lantai atas. Handphone dengan casing berwarna pink cerah menyambut Renessa saat ia membuka tas yang tadi direbutnya.
Ia tidak sempat memeriksa isinya saat dengan cepat mengambil ta situ dari seorang pria. Ia langsung menutup tasnya dan setengah berlari menuju ke arah lift karena merasa ia telah membuat Om Jefri menunggu terlalu lama. Renessa mengerang ketika ia menyadari apa yang baru saja dilakukannya.
"Loh kok tasnya ada dua?" Tanya Om Jefri ketika menyadari bahwa Renessa sedang memegang dua tas yang sama dengan ekspresi panik.
"Om tunggu di sini sebentar ya, aku ke atas lagi," Renessa berkata dengan terburu-buru dan setengah berlari melangkah menuju lift. Sayangnya lift sudah bergerak ke atas jadi ia harus menunggu sebentar.
Renessa ingin sekali memutar kembali waktu dan menampar dirinya lima menit yang lalu. Bagaimana bisa ia merebut clutch bag milik orang dan berkata bahwa benda itu miliknya. Ayana benar-benar ingin menghilang saat itu juga. Seharusnya ia memeriksa isinya dan tidak merebut benda itu dari tuannya dengn seenaknya.
Ketika sedang menunggu dengan panic, seorang pria muncul dari tangga darurat dari ujung koridor. Renessa segera menyadari pria itu sebagai sang pemilik tas. Pria itu mendekatinya dengan wajah kesal namun sebelum ia sempat mengatakan apapun, Renessa segera menyodorkan clutch bag di tangannya dan berkata dengan suara nyaring, "Maaf, pak , eh, mas, saya pikir ini tas saya."
Pria itu melipat tangannya dengan kesal setelah menerima clutch bag dari Renessa dan menatap gadis itu dengan tatapan menyelidik, meminta penjelasan.
"Tas saya mirip dengan tas yang mas pegang, dan saya kebetulan duduk di sana sebelum mas datang. Saya pikir itu tas saya, ternyata tas saya sudah di bawa orang yang datang Bersama saya," Kata Renessa dengan menyesal.
Pria terlihat tidak percaya namun ketika matanya menagkap tas serupa di tangan Renessa yang lain, ia sedikit mempercayai perkataan gadis itu.
"Lain kali lebih hati-hati lagi, ya" Kata pria itu singkat. Merasa bahwa urusannya sudah selesai, Renessa segera berbalik dan berjalan dengan cepat ke arah Om Jefri yang menatapnya binggung.
"Yuk, om," Kata Renessa sambil menarik tangan Jefri agar mereka bisa segera pergi dari tempat itu.
Namun mereka belum berjalan jauh ketika pria tadi kembali memanggil di belakangnya. Renessa ingin pura-pura tidak mendengar dan menghilang saja dari tempat itu. Ia ingin berlari dan menarik Om Jefri untuk pergi dari tempat itu namun, Om jefri sama sekali tidak bisa membaca pikirannya dan berhenti menunggu pria yang bergerak mendekati mereka.
"Sepertinya tas ini punya kamu," kata pria itu menyodorkan clutch bag yang tadi diberikan Renessa setelah ia berada cukup dengan gadis lucu itu. Renessa tertegun untuk beberapa saat sebelum sadar bahwa ia telah memberikan tas yang salah.
"Maaf, saya sedang buru-buru jadi tidak sempat memeriksa isinya," Kata Renessa sambil tersenyum kaku. Ia merasa kali ini wajahnya sudah semerah tomat. Om Jefri hanya menatap Renessa dengan geli.
"Terima kasih ya, mas," Kata Renessa dan dengan buru-buru menarik tangan Jefri untuk menjauhi tempat itu.
Jefri tertawa terbahak-bahak ketika Renessa akhirnya menceritakan tentang kejadian clutch bag di dalam restoran tadi di dalam mobil. Ia tidak menyangka Renessa bisa seceroboh itu. Ternyata kebetulan seperti itu benar-benar ada di dunia ini. Ia awalnya menyangka kejadian seperti itu hanya terjadi di film-film namun setelah mendengar dan melihat sendiri kejadian tadi ia akhirnya dapat mepercayai kebetulan semacam itu.
Bagaimana bisa orang dengan clutch bag yang sama duduk di tempat yang sama hanya setelah selang waktu beberapa menit?
"Kok bisa-bisanya kamu bersikap seceroboh itu?" Kata Jefri tidak percaya setelah tawanya reda, kamu pasti pangling ya lihat ketampanan pria tampan itu?" Goda Jefri.
"Aku tidak tahu om, aku hanya tau kejadian tadi adalah kejadian paling memalukan seumur hidupku," Balas Renessa dengan sedikit erangan kesal. Ia tidak ingat seperti apa tampang pria itu saking malunya dengan kejadian tadi. Ia bahkan tidak berani menatap wajah pria itu sedikitpun ketika pria itu menukar kembali tas mereka.
Merasa bahwa gadis di sampingnya benar-benar kesal, Jefri segera memberi penghiburan, "tidak apa-apa, lagi pula ini tidak akan terjdi setiap hari. Kamu juga tidak akan lagi bertemu dengan pria itu."
Renessa menghela napas berat mendengar kata penghiburan Om Jefri. Ia benar-benar berharap ia tidak akan lagi bertemu dengan pria itu lagi. Ia bahkan tidak akan lagi menginjakan kakinya restoran itu seumur hidupnya walaupun tempat itu menyajikan makan yang sangat enak.
Jefri kembali tertawa ketika melihat Renessa yang kembali mengerang dengan penuh penyesalan mengingat kejadian tadi.