Andreas kembali ke rumah sakit tempat si gadis misterius dirawat. Ia cukup sibuk sejak kemarin untuk mengurus beberapa dokumen perpindahan dari rumah sakit di daerah vila ke rumah sakit swasta dekat apartemennya.
Sebenarnya ia tidak berencana memindahkan gadis misterius ini ke kota, namun kondisi wanita ini sempat kritis beberapa kali dan Dokter Jimmy merasa bahwa pasien sebaiknya dipindahkan ke rumah sakit besar yang memiliki peralatan yang lebih canggih dan lengkap. Mungkin saja mereka melewatkan sesuatu yang penting tentang kondisi pasiennya karena kekurangan alatalat yang memadai. Andreas merasa bahwa perkataan Jimmy cukup masuk akal dan segera meminta salah satu temannya yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta untuk mengurus surat kepindahan si gadis misterius.
Andreas kembali memasuki kamar VIP tempat gadis itu di rawat dan duduk di salah satu sofa. Ia membawa sebuah laptop yang diambilnya dari kantornya tadi. Ia meletakan laptop itu di meja dan membukanya.
Tangannya dengan lincah bergerak di atas keyboard, mengetikan sesuatu di sana. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dikerjakannya. Yang terlihat hanya layar biru dengan tulisan dan kode yang tidak jelas. Setelah beberapa menit, Andreas sudah bisa masuk dengan aman ke dalam database kepolisian. Ia dengan sekilas memeriksa data pencarian orang hilang sejak tiga hari yang lalu, namun tidak menemukan apapun.
"Bapak Andreas?" Suara lembut seorang wanita mengalihkan perhatian Andreas dari laptop di hadapannya.
"Ya?" menoleh ke arah asal suara dan menemukan seorang perawat berdiri di sana.
"Dokter Ibnu ingin berbicara dengan keluarga pasien," si perawat berkata dengan sedikit centil. Perawat itu menatap Adrian dengan penuh ketertarikan saat menyadari bahwa wali dari pasien VIP ternyata lebih tampan dari dugaannya. Rekan perawat yang bertugas pagi ini sudah menceritakan ketampanan Bapak Andreas yang daya tariknya bahkan melebihi artis luar negeri namun tidak ada yang mempercayainya.
Sekarang si perawat sedikit menyesali keputusannya untuk tidak merapikan rambutnya atau memperbaiki makeup-nya terlebih dahulu sebelum melakukan kunjungan. Mungkin saja pria tampan dan kaya ini akan jatuh hati padanya setelah melihat kecantikannya.
"Adiknya, ya pak?" Sang perawat mencoba mencari tahu. Ia penasaran siapa wanita beruntung yang memiliki wali setampan bapak Andreas ini. Sebenarnya bukan hanya ia seorang, beberapa perawat yang bertugas di bangsal VIP juga penasaran dengan identitas si pasien misterius ini.
"Bukan, dia anak saya," Jawab Andreas dengan wajah serius. Mata si perawat terbelalak mendengar perkataan pria tampan di sampingnya. Ia ingin menoleh saat itu juga dan memeriksa ekspresi pria itu apakah ia sedang bercanda atau tidak namun dari aura yang terpancar, sepertinya ia serius dan terlihat sedang tidak ingin berbicara.
"Di mana ruangan Dokter Ibnu?" Tanya Andreas setelah menutup laptopnya.
"Mari saya antar," si perawat mencoba menjawab dengan ramah sambil menuntun Andreas menuju ruangan Dokter Ibnu.
Andreas tersenyum geli melihat sikap si perawat yang langsung berubah setelah ia mengatakan bahwa si perempuan misterius adalah anaknya. Ia terkadang sedikit jengah pada perhatian berlebihan para wanita di sekitarnya kemanapun ia berada.
Ketika ia berada di kantor, ia akan melakukan beberapa gesture menggelikan seperti mengusap rambut Alvian yang membuat sahabatnya menatapnya dengan marah. Ia tahu Alvian tidak menyukai tindakannya yang menggelikan namun ia tetap saja tergoda untuk melakukannya. Ia merasa setelah gosip tentang hubungan terlarang antara sang boss dan sekretarisnya menyebar, perhatian para wanita di kantornya berkurang drastis.
Tidak ada lagi wanita dengan rok mini berdiri di depan pintu ruangannya saat jam lembur, tidak ada lagi wanita yang berusaha menabraknya dengan sengaja, atau wanita yang 'kebetulan' bertemu dengannya saat mabuk.
Ia sebenarnya beberapa kali memecat mereka atau memindahkan para wanita ini ke divisi ataupun perusahaan lain ketika sikap mereka sudah keterlaluan, namun ia tidak bisa terus melakukan hal seperti itu karena akan menurunkan kredibilitas perusahaannya. Pegawai yang terus berganti berarti pegawai baru yang harus dilatih. Pada akhirnya perhatian para wanita ini mulai berkurang saat ada seorang pegawai yang melihat Alvian dan Andreas berada dalam posisi yang cukup provokatif.
Sebenarnya jika si pegawai ini datang lima menit lebih awal, ia akan menemukan keduanya sedang memperebutkan sachet gula terakhir di pantry sebelum Alvian terpeleset dan menindih tubuh Andreas di bawahnya.
Andreas hanya sadar ketika gossip itu sudah menyebar luas keesokan harinya. Foto 'panas' dirinya dan Alvian yang sudah di blur tersebar di beberapa chat pegawai kantornya. Ia sebenarnya bisa dengan mudah menghapus foto-foto yang sengaja dibuat provokatif itu dan menemukan pelaku penyebar foto. Namun melihat efek menakjubkan dari rumor tentang ketertarikannya pada sesama jenis, Andreas dengan cepat menerima situasi itu. Hanya Alvian yang masih tidak dapat menerima semua situasi ini. Menurutnya gossip seperti ini hanya akan mengusir jauh-jauh jodoh di sekitarnya.
Karena sekarang ia berada di rumah sakit dan Alvian tidak berada di sampingnya, ia membuat sedikit improvisasi. Tidak ada yang mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya karena ia sudah meminta bagian administrasi untuk merahasiakan hal ini. Jadi tidak ada yang akan tahu bahwa wanita yang di bawanya dua hari yang lalu adalah wanita yang diselamatkannya di sungai yang membentang di samping vilanya. Yang mengetahui identitas Andreas dan wanita yang dibawanya hanya dokter dan bagian administrasi tentu saja.
"Wali dari pasien kamar VIP 803?" tanya sang dokter ketika Andreas duduk dengan nyaman di kurisnya.
"Iya, dok. Bagaimana kondisinya?" Tanya Andreas. Ia tidak perlu menjelaskan apapun karena semuanya sudah tertulis pada surat yang pengantar dari Dokter Jimmy.
"Seperti keinginan anda, saya sudah membuat pemeriksaan menyeluruh pada pasien seperti permintaan anda. Seperti dugaan Dokter Jimmy, wanita itu memiliki memar mencurigakan di bagian bahu, tangan, dan kepala. Selain itu kami juga menemukan trauma kepala di mana pasien sepertinya sempat diserang menggunakan benda tumpul di bagian belakang kepalanya. Beberapa tulang pasien juga sepertinya remuk," dokter Ibnu menghela napas berat, "kondisi pasien cukup juga cukup mengkhawatirkan karena tidak menunjukan tanda-tanda akan sadar dalam waktu dekat."
"Apa yang ingin anda katakan? Anda tidak perlu berbelit-belit, dok," Andreas bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Mungkin sebaiknya anda menyerahkan masalah ini pada pihak yang berwajib. Pasien yang anda bawa saat ini berada dalam keadaan koma dan tidak banyak yang bisa kami lakukan. Anda juga pasti tidak akan mau mengeluarkan biaya dan waktu anda untuk mengurus wanita asing yang tidak jelas asal usulnya ini, kan? Anda tidak perlu khawatir pihak kepolisian pasti akan memberinya tempat yang aman dan mengatur segalanya dengan baik," Dokter ibnu berusaha menjelaskan pada Andreas.
Sebenarnya Dokter Ibnu tidak suka orang-orang kaya seperti pria di hadapannya ini. Dia pasti ingin menaikan nilai dirinya sendiri dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan seperti si pasien wanita yang ditolongnya entah dari mana. Ia tidak percaya ada seseorang yang mau menyusahkan dirinya untuk menolong wanita yang tidak jelas akan mati hari ini atau besok. Ia yakin Andreas hanya ingin mendapatkan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya atas kebaikan yang dilakukannya.
"Saya akan mempertimbangkan saran Anda," Jawab Andreas sambil tersenyum simpul. Sang dokter mengangguk puas mendengar jawaban Andreas.
"Anda tenang saja, dia akan baik-baik saja di tangan pihak yang berwajib," Kata sang dokter sambil tersenyum ramah pada Andreas yang sudah berjalan ke luar ruangan. Begitu pintu tertutup senyum di wajah sang dokter menghilang sepenuhnya digantikan dengan wajah masam.
Sang dokter menggelengkan kepalanya dan menyimpan kembali dokumen pasien kamar VIP 803, mengambil file lainnya yang berisi data pasien kamar VVIP yang berisi mertua seorang Menteri dan juga putri seorang politikus ternama. Ia tidak ingin membuang waktunya dengan mengurus pasien tidak penting. Ia tidak mengerti kenapa Jimmy ingin bersusah payah mengirim pasien seperti ini padanya.