webnovel

Inverse : When The Past Changes

Warn! 21+ : berisi kekerasan dan adegan sexual sesuai rating cerita. Akankah takdir berubah saat masa lalu berusaha kita ubah? Daniel Alvern Adyatama, seorang ilmuwan yang menciptakan sebuah mesin waktu bernama Chronos. Ide gilanya ini bermula saat bertemu dengan seorang gadis muda bernama Caelia Eloise yang mana sudah dinyatakan meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Gadis itu adalah korban dari sebuah kecelakaan yang menewaskan Adeeva, ibu kandung Daniel dan juga Caelia. Melihat bahwa Caelia tumbuh sehat, Daniel jadi bertanya-tanya. Hingga akhirnya, dia mempercayai sebuah mitos mengenai dunia paralel. Di sisi lain, Caelia memiliki sebuah buku peninggalan neneknya yang membahas mengenai dunia paralel dan mesin waktu. Melalui pengetahuan buku kuno tersebut, mereka menciptakan Chronos. Akankah semua berjalan semestinya? Atau justru, kehancuran melanda? ——————————- - Cerita murni pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama tokoh, alur, dan yang lainnya, maka itu terjadi secara ke tidak sengajaan -

Depaaac_ · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
117 Chs

29. Pergilah

29.

"Ada apa denganmu?" Kedatangan Caelia yang terlalu mendadak disertai dengan kata-kata aneh yang tidak masuk akal, Daniel langsung menyeret gadis muda itu memasuki kamar. Awalnya, Daniel berniat memeriksa kondisi calon istrinya tersebut. Memastikan bahwa Caelia benar-benar dalam kondisi yang baik.

Tetapi, melihat Caelia yang tampaknya kalut dengan wajah kusut, Daniel justru tidak lagi mengkhawatirkan fisik gadis itu. Kini, dia justru mengkhawatirkan bagaimana perubahan Caelia yang terlalu signifikan.

Caelia terlihat seolah mendapat sebuah tekanan hingga membuat wajah yang tadinya ceria, mendadak muram.

"Ayo kita putus, Om… Caeya tidak mau bertemu lagi dengan Om… Ayo kita akhiri hubungan ini." Katanya, membuat Daniel kini tampak lebih kebingungan.

"Jelaskan apa yang terjadi padamu dan siapa mereka yang telah membawamu? Jelaskan semuanya, Caeya!" mengabaikan ucapan Caelia sebelumnya, Daniel justru menuntut penjelasan pada gadis itu. Dia membutuhkan kejelasan atas semua yang terjadi hari ini.

Hal-hal yang berada di luar kuasanya.

Bagaimana tidak? Gadis yang tadi diculik tanpa diketahui keberadaannya kini ada di depan dia. Datang secara tiba-tiba seolah dirinya hanya baru pergi dari pasar.

"Om tidak perlu tahu apapun—"

"Saya perlu mengetahuinya, Caeya!" potong Daniel dengan nada bicaranya yang sangat tinggi.

Caelia sebenarnya tersentak. Dia tidak pernah dibentak oleh siapapun. Tetapi, hari ini untuk kali pertama dirinya dibentak oleh Daniel hingga membuatnya ketakutan.

"Om membentak Caeya?" lirih gadis itu dengan sorot mata kecewa.

Fuck! Daniel menyesal. Dia tidak sadar telah meninggikan nada bicaranya pada gadis itu. Padahal, Daniel tahu bahwa Caelia memiliki hati yang lembut dan polos. Ibunya mendidik Caelia dengan penuh kelembutan. Terlebih, gadis itu tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Dipastikan, Caelia jarang diperlakukan kasar oleh seseorang.

"Saya minta maaf. Saya hanya membutuhkan penjelasan." Ucap Daniel, meminta maaf dengan sangat tulus.

Sayangnya, Caelia sudah terlanjur kecewa. Dia bahkan beringsut mundur, menjauh dari Daniel.

"Caeya tidak suka dibentak…" lirihnya, menatap Daniel ketakutan.

"Saya minta maaf. Oke?" Daniel berusaha mendekat, berharap bisa mendekap gadisnya. Namun, Celia menolak. Dia semakin menghindar dengan wajah ketakutan.

"Kita putus, Om… jangan temui Caeya lagi." Kata Caelia.

Daniel tentunya tidak putus asa. Dia mencekal tangan Caelia paksa, menarik tubuh itu mendekat padanya. "Jangan berbicara sembarangan, Caeya!" Geram Daniel. Dia berusaha untuk tidak mengeluarkan amarahnya meskipun pada kenyataannya, Daniel sangat murka dengan ucapan Caelia.

Dia membutuhkan kejelasan atas apa yang terjadi hari ini. Selain itu, dia juga tidak mau melepaskan Caelia begitu saja. Gadis itu tiba-tiba meminta mengakhiri hubungannya tanpa alasan yang jelas.

"Caeya mau putus sama Om! Caeya tidak mau berhubungan sama Om lagi! Caeya mau mengakhiri hubungan ini… jangan sentuh Caeya, lepas!" teriak gadis itu kesetanan. Mati-matian dia berusaha menarik tangannya dari Daniel, berharap bisa melepaskan diri.

"Katakan alasannya!" tegas Daniel yang sudah gagal menahan amarahnya.

Teriakan mereka berhasil terdengar hingga ke luar ruangan. Baik Zianne dan Nathan yang mendengar hal itu segera berlarian menghampiri mereka.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Nathan, merasa terkejut melihat kericuhan yang ada.

"Katakan alasannya, Caeya!" merasa tidak ada jawaban, Daniel mendesak Caelia untuk menjawab pertanyaannya. Tetapi, gadis itu masih bungkam dengan air mata yang sudah menetes sangat deras.

Caelia bukannya tidak mau menjawab. Tetapi, dia tidak bisa menjawabnya. Dia hanya perlu menjauh dari Daniel.

"Caeya tidak suka Om membentak Caeya—"

"Saya tahu bukan itu alasannya, Caeya!" potong Daniel cepat. Dia tahu gadisnya sedang mencari alasan. Wajah Caelia seolah menjelaskan semuanya.

"Hiks… hiks… C-caeya tahu Om hanya memanfaatkan Caeya…" dengan isakan yang terdengar menyedihkan, Caelia mulai mengeluarkan sebuah kebohongan. Ya, kebohongan yang sialnya berhasil membuat Caelia merasa sangat sakit hati.

"Memanfaatkan?"

"Hiks… I-iya… hiks… Caeya tahu Om hanya membutuhkan buku itu untuk proyek Om, bukan Caeya. Caeya tahu Om hanya memanfaatkan Caeya untuk bertemu dengan Nyonya Adeeva! Caeya tahu itu… dan Caeya tidak suka dimanfaatkan." Gadis itu menutup kedua wajahnya, menangis histeris tanpa bisa ditahan kembali.

Daniel yang mendengar hal itu merasa teriris hatinya. Tangannya mengepal kuat dengan dada yang naik turun bergemuruh. Mata tajam miliknya memandang Caelia datar, tanpa ekspresi.

"Kalau begitu, pergilah. Kau benar, saya hanya memanfaatkanmu."