webnovel

I Hate You, Because I Love You!

Peringatan 18+ dan 21+ Ada beberapa tindakkan kekerasan dalam novel ini! Lebih bijak lagi dalam memilih bacaan^^ "Disalahkan banyak orang, kalian tahukan rasanya seperti apa? Aku lelah, Ayah, Ibu. Kenapa kalian gak bawa aku aja? Biar aku juga tenang hidup diatas sana.." Fareszha Henderick Putri. Gadis belia, yang harus menanggung kebencian dari banyak orang. Seolah, satu masalah saja tidak cukup untuk gadis ini hadapi. ****** Kebencian itu seperti sebuah candu, semakin kau membencinya, disitu pula rasa ingin melukai orang yang kamu benci semakin menjadi jadi. Benci juga bisa menjadi obsesi, itu yang dikatakannya. Memang, bisa saja perasaan itu berubah, kapanpun tuhan mengkehendakinya. "Sampai kapanpun, aku tetap membencimu! Dan perasaan itu tidak akan pernah berubah, kau camkan itu!" Ada krisar?? bisa hubungi aku di instagram @rizwriter_5 @reynrii_

Iamreyn · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
97 Chs

Eleven. After one week's

Selama satu minggu, waktu belajar Reszha untuk Try Out menjadi terganggu karena kerusakan yang Mike buat. Dan minggu ini, adalah waktunya nilai Try Out Reszha bersama teman–temannya keluar. Jujur saja, Reszha takut jika nilainya jelek, yeah, selama ini kam yang Reszha andalkan prestasi non akademik, ia tidak terlalu lihai dalam masalah pelajaran. Memusingkan, katanya. Tapi dibalik semua itu, setiap kenaikan kelas ia selalu berada dalam 10 besar, 1 diantara orang pintar yang ada di kelasnya. Dan masuk 30 besar diperingkat keseluruhan sekolah, dari 3000 murid SMP Fareszha.

"Awas aja kalo sampe nilai lo anjlok Zha. Bakal gue pites tuh kepala si siapa tuh? Mike!" Kesal Intan, seraya tangannya ia lipat ke dada. Reszha yang melihat wajah kesal sahabatnya hanya bisa tertawa kecil, sembari ia menggelengkan kepala kecil. Reszha yang kena masalah, kok Intan yang marah–marah? "Biarin aja, kecil gedenya nilai gue, yang bakal diliat tetep prestasi non akademiknya, Tan." Balas Reszha, seraya tangannya mengelus lembut pundak Intan.

Intan hanya bisa menghela mafasnya kecil, jika ia jadi Fareszha, maka dirinya akan langsung mendatangi Mike, dan meminta pria itu untuk membereskan semua kerusakan yang ia buat. Tapi memang dasar Reszhanya saja yang tidak mau ambil pusing, katanya, daripada jadi masalah baru, lebih baik didiamkan saja. "Clea Narintan Malik?" Mendengar namanya disebut, Intan langsung bergegas masuk ke dalam ruangan, dan meninggalkan Fareszha yang ia beri lambaian tangan sendiri di depan ruanganan itu.

Karena bosan, Fareszha sekarang memilih untuk memainkan ponselnya, gadis itu membuka aplikasi game favoritnya, untuk menghilangkan kejenuhan yang terjadi karena menunggu nilainya tidak kunjung dipanggil. Sistem sekolah Reszha berbeda, nilai mereka tidak dipajang di mading, melainkan diberitahukan langsung pada muridnya, seraya guru–guru memberikan pesan–pesan istemewanya.

"Fareszha Hendrick Putri." Reszha langsung mematikan ponselnya, dan ia memasukan ponsel itu ketika tahu namanya dipanggil. Tidak banyak berpikir, Reszha masuk ke Ruang guru, untuk datang ke meja wali kelas yang memanggil namanya tadi. Wali kelas Reszha, tersenyum hangat ketika melihat murid favoritnya disini, namun sepertinya, hal yang ingin ia beritahukan tidak sefavorit biasanya. "Kamu lagi ada masalah? Jangan terlalu banyak pikiran, Zha." Ucap gurunya, seraya menatap kembali lembaran kertas nilai Reszha.

Mendengar hal yang diucapkan gurunya, Fareszha hanya tersenyum, seraya kepala gadis itu menggeleng kecil. "Tapi nilai Bahasa Inggris kamu turun, biasanya kamu tuh dari tahun ke tahun nilai tetep konstan, gak naik, gak turun." Lanjut wali kelasnya lagi. Ah, nilai bahasa ya, kemarin lembar soal Reszha robek, dan ia harus mengisi kembali lembar jawaban seingatnya, karena soalnya sudah di ambil, dan lembar jawabannya tidak terlalu jelas.

"Anu mu, kemarin kan lembar jawaban Reszha robek, karena waktunya mepet jadi Reszha isinya agak ngasal, hehe.." Balasnya, dan sang wali kelas hanya menggeleng mendengar ucapannya. Ada–ada saja Fareszha, nilainya jadi turun hanya karena ia secara tidak sengaja merobek kertas jawabannya. "Yaudah, lagian ini Try Out, nanti ada yang ke dua, kamu lebih hati–hati ya." Ucap Wali kelasnya, dan Fareszha mengangguk kecil.

Setelah semua keluh kesah ia dengar, Fareszha pamit pergi keluar, agar pembagian nilai Try Outnya tidak membuang waktu lagi. Di luar, sudah ada Intan yang tersenyum pada Reszha, melihat wajah ceria sahabatnya, Reszha yakin jika gadis itu mendapatkan nilai bagus lagi tahun ini. Secara ia selalu jadi lima besar dari 30 murid sekolah yang cerdas dan pintar. "Gue masuk 3 besar kali ini!" Ucapnya, dengan senyum bahagia yang tak tergantikan. Fareszha ikut bahagia mendengarnya, dan tak lupa gadis itu memeluk erat tubuh Intan. "Big Congrast for you!" Balasnya, dan Intan tersenyum senang.

"Gimana nilai lu?" Tanya Intan, masih dalam raut wajah bahagianya. Fareszha membalasnya dengan helaan nafas, ranknya turun satu karena hanya karena nilai Bahasa Inggrisnya, sayang sekali. "Inggris gue turun, jadi rank turun satu di kelas. Rank 6. Terus dapet rank ke 15 lagi dari 30 rank keseluruhan." Jawab Reszha dan Intan mengerucutkan bibirnya, benar, kali ini ia harus datang ke rumah Mike untuk menghajar pria itu. Awas saja jika pria itu kembali berulah, karenanya nilai Rezha jadi turun kan?! Pikir Intan.

'You have my heart..'

Reszha merogoh ponsel yang ia taruh si saku roknya, dan melihat siapa orang yang menelfon dirinya. "Kak Ardian? Ngapain?" Guman Reszha, seraya menarik logo telfon berwarna hijau ke atas. "Hallo Zha? Malam ini Oma mau kita kumpul ke rumah besar. Katanya ada hal penting yang mau diomongin, masalah kamu juga." Ucap Ardian tanpa basa–basi, dan hal itu sontak membuat Reszha mautkan kedua alisnya. Ada urusan apalagi mereka memanggil Reszha untuk ikut berkumpul? Toh disana juga gadis itu akan terkena celaan dan hinaan seperti biasanya.

"Ada masalah?" Tanya Intan ketika Reszha menutup telfonya. Mendengar pertanyaan Intan, Fareszha menggeleng seraya tersenyum kecil. Toh tanpa diberitahu pun Intan juga akan datang, karena memang mereka masih bersaudara. Ingat Lala? Intan adalah putri sulungnya. Bukan dunia ini sempit, tapi memang alurnya sudah disetting. "Gue langsung pulang ya, lagian kesekolah kan cuma buat tau nilai doang. Bye Tan!" Pamit Cassa, dan Intan yang melihat reaksinya langsung menautkan kedua alisnya. Hey, mereka kan satu arah? Kenapa Reszha pamit izin pulang duluan? Pasti ada sesuatu yang tidak beres disini.

Intan yang tidak mau banyak berpikir lagi, kemudian menyusul Reszha secara diam–diam. Belum sampai di gerbang sekolah, Nadya sudah mencekal tangan Reszha, dan Intan tahu apa yang ingin gadis itu lalukan. Membully Reszha, lagi. Padahal Nadya tahu, jika semua orang yang ada disini memihak pada Reszha, tapi gadis itu tetap bersihkukuh untuk menjatuhkan harga diri seorang Fareszha, yang memang sudah sering sekali dihina.

Tapi, belum sempat Nadya melakukan sesuatu, Reszha menghempaskan tangan Nadya yang mencekal lengannya. Haish, baru saja Intan ingin turun tangan, tapi syukurlah jika Fareszha mau melawan kali ini, dan Nadya kini sedang menatap Fareszha dengan tatapan tudak percayanya. Siapa yang takut padanya memang? "RASAIN NAD!" Ledek Intan, ketika gadis itu berjalan tepat di depan Nadya. Kemudian, gadis itu kembali mengikuti Fareszha secara diam–diam, agar ia tidak ketahuan dan Reszha malah balik memarahinya nanti.

Dan sekarang, kita beralih ke tempat Nicho dan Ardian berada, mereka sedang berada di ruangan kerja Nicho yang ada di kantor. Sedari tadi, Ardian terus menatap Nicho yang mondar–mandir tidak jelas, ada apa dengan pria itu? Apakah ia gugup karena akan bertemu dengan Reszha lagi? Padahal kan sudah satu minggu berlalu, tapi Nicho masih memikirkannya saja.

"Kenapa? Kayaknya stres banget." Celetuk Ardian, yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Nicho. "Bagaimana aku tidak stres? Akhir–akhir ini sikap ku pada Reszha sering berubah–ubah. Padahal aku sadar jika aku membencinya, tapi kenapa aku belakangan ini sering merasa iba pada gadis sialan itu?" Keluh Nicho panjang, dan hal itu membuat Ardian tersenyum puas. Akhirnya, kalimat benci bisa jadi cinta sedikit demi sedikit mulai terkabul.

"Jika kau memiliki rasa iba, bukan kah itu manusiawi? Memangnya kau harus terua berbuat jahat pada Reszha? Tidak bukan?" Balas Ardian, dan Nicho semakin berdecak kesal. Sungguh, ia sudah pusing memikirkan perlakuannya pada Reszha akhir–akhir ini. Prilaku Nicho, seolah kembali lagi pada Nicho yang dulu selalu bersikap lembut pada Reszha kecil.

"Hidup itu seperti sebuah plot twist Nicho, jangan terlalu dipikirkan." Ucap Ardian, dengan kedua bola matanya yang terpejam. Benar kata Ardian, hidup itu tidak bisa ditebak, bisa saja, Nicho akan jatuh hati pada Reszha akhirnya, atau itu sebaliknya. Masa depan tidak ada yang tahu, bukan?

"Jika memang seperti itu, akan kah tuhan mengembalikan Ema padaku?"

~~~~