"Kau pulang, heh? Pukul berapa sekarang? Apa kau tidak tahu waktu? Kau benar-benar bodoh!"
"Maafkan aku, Takumi-kun, tadi aku-"
"Aku tidak butuh penjelasan darimu! Kau telah mengganggu tidur nyenyakku! Datang dan pergi seenak jidatmu! Kau pikir aku tidak lelah menunggumu?"
Sakurako menggigit ujung bibirnya, takut. Sementara Itsuki mengernyit tidak suka melihat cara Takumi membentak Sakurako.
"Hei, bisakah kau bicara lebih baik padanya?" desis Itsuki.
Kini Takumi beralih menatap pemuda yang mengecat rambutnya menjadi pirang itu. "Ah, aku lupa kalau kalian baru bersenang-senang. Bukankah lebih baik kalian tidak perlu pulang? Lagi pula gadis ini hanya menumpang. Tidak ada gunanya!"
Sakurako menunduk mendengar setiap kata yang diucapkan Takumi begitu dingin dan menusuk. Sedangkan, Itsuki mengeraskan rahang, dengan tangan mengepal siap menerjang namun ditahan sekuat tenaga.
Itsuki mendengus panjang, berusaha meredamkan amarahnya sekuat tenaga. Lalu ia menggenggam tangan mungil Sakurako, menatap lembut manik Amethys itu.
"Rako-chan, sepertinya dia tidak menerimamu. Ayo, ikut denganku! Lebih baik tinggal di rumahku." Itsuki menyelipkan senyuman lembut yang menenangkan.
"Tapi," Sakurako bimbang, lalu ditolehkan wajahnya memandang Takumi yang kini membuang muka. Sakurako sangat menyesal karena membuat Takumi marah seperti itu.
Sudah beberapa saat, tapi Takumi masih enggan untuk menatap ke arah Sakurako. Bahunya naik turun seperti tengah menahan emosi. Dan itu membuat Sakurako semakin sedih.
Itsuki tidak suka melihat kejadian ini. Dia merasa bahwa Takumi marah Sakurako juga karena dirinya. Itsuki bertindak cepat.
"Sudahlah, Ayo kita pergi saja dari sini, Rako-chan!" Itsuki menarik tangan Sakurako agar segera pergi. Itsuki menarik tangan mungil itu secara lembut.
Sakuraki memandang Takumi sekali lagi, untuk terakhir kali, namun pemuda itu tetap tak menaruh simpati. Takumi malah bertindak sok sibuk dengan terus fokus pada layar ponsel pintarnya.
Akhirnya, Sakurako mengikuti langkah Itsuki, pergi dari kediaman Akazawa. Hatinya masih sedih, tapi dia mengikuti ucapan Takumi yang sudah jelas-jelas mengusirnya tadi. Bagi Sakurako yang tidak mengenal siapa saja di lingkungan ini, Itsuki satu-satunya teman selain Takumi. Jadi, Sakurako yang polos itu mau saja diajak oleh Itsuki.
Setelah Itsuki dan Sakurako mengangkat kaki dari kediaman itu, Takumi langsung menutup pintu dengan debuman kasar. Meninju pintu dengan keras, melampiaskan amarah.
"Sial! Sial! Sial!"
Takumi terus saja mengumpat. Entah apa yang ia rasakan kini. Di sisi lain, ia ingin sekali mengejar Sakurako dan mengajaknya pulang. Namun, sisi arogannya sangat enggan melakukan hal memalukan seperti itu.
***
"Untuk sementara kau bisa menginap di tempatku, Rako-chan. Aku tinggal bersama bibiku, jadi kau jangan khawatir!" ucap Itsuki, lembut.
Sakurako tak merespons, tatapannya kosong. Ia benar-benar merasa bersalah pada Takumi saat ini.
"Rako-chan?"
Hening.
"Oi, Sakurako!"
"Iya, Takumi-kun," Sakurako menoleh ke sumber suara, "Ah, maaf, Itsuki-kun! Kau bicara apa tadi?"
"Kau bisa tinggal di tempatku untuk sementara," ulang Itsuki.
Sakurako tersenyum singkat. Ia seperti menanggung beban berat.
"Ahahaha, terima kasih, Itsuki-kun."
"WOY!!"
Suara kencang dari arah belakang mereka.
Belum sempat Itsuki menoleh, ia merasakan ada yang menarik bahunya, kasar.
Duagh!
To be continued ....