Pagi yang cerah itu Kennard yang baru saja datang ke sekolah langsung disambut oleh beberapa siswi perempuan. Hari ini hari Valentine jadi dia mendapatkan beberapa bunga dari beberapa anak perempuan lain di sekolahnya. Kennard menerimanya sambil tersenyum ramah. Val yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa cemburu dalam hati.
Kenapa hanya aku satu-satunya perempuan yang dikasari olehnya? Padahal pada perempuan lain dia selalu baik. Batin Val sambil melangkah pergi.
Siangnya setelah pulang sekolah Val pun membereskan peralatan tulisnya dan memasukkannya ke tas. Namun Kennard dengan cepat mengambil tas Val dan mengeluarkan semua isinya.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Mencari pembalutmu. Hahahahaha."
"Dasar mesum! Kau tak akan menemukannya disana. Aku tak pernah membawa pembalut ke sekolah." Kata Val sambil memperebutkan tasnya.
"Wohohohow, ada burung lovebird sedang pacaran." Kata Brainard sahabat Val.
"Persetan denganmu, bung." Kata Val kepada Brainard yang masih saja berebut tasnya dengan Kennard.
"Yah, sayang sekali. Padahal aku ingin menunjukkannya ke semua anak." Kata Kennard sambil melepaskan tas Val.
Val langsung memutar bola matanya.
"Hari ini hari Valentine. Ini coklat untukmu." Kata Val sambil memberikan coklat kepada Kennard.
Kennard langsung menggeleng dan pergi. Namun Val langsung memberikannya pada Brainard sahabatnya untuk diberikan pada Kennard. Brainard pun memberikannya pada Kennard dan berkata itu dari Val. Kennard pun menerimanya dengan sembunyi sembunyi.
"Yah, itu sudah kebiasaannya tiap tahun untuk menjadi gengsi."
Sorenya sekolah Val ada acara pertandingan sepak bola. Dan tentunya Kennard dan Brainard ikut bertanding. Seperti biasa Val juga menonton mereka bertanding hingga permainan selesai.
Setelah pertandingan usai dengan hasil tim sepak bola sekolah SMAku yang memenangkan pertandingannya. Saat itu ibuku sedang menelfonku dan memarahiku karena tidak mengangka telefonnya dan keluar malam malam. Lalu, Kennard pun seperti biasa mengusiliku lagi. Ia menendang bola ke arahku dengan lumayan keras sampai ponselku terjatuh. Hal itu membuatku jengkel sehingga aku mengumpat kepadanya dan langsung pergi. Aku sudah lelah setiap hari diganggu olehnya. Tidak bisakah dia lembut sedikit sebagai teman? Tapi setidaknya ini bukan pertama kalinya bagiku untuk menyalakan diriku sediri. Itu salahku terlalu berharap kepadanya.
Itu salahku menaruh perasaan kepadanya selama 3 tahun padahal aku tahu mustahil rasanya bila dia membalas perasaanku karena dia menyukai anak lain. Yah, orang sepertiku mungkin tak pantas dicintai. Bahkan ibuku bilang bahwa lebih baik aku tak pernah dilahirkan karena pekerjaanku hanya membuatnya susah saja. Kau tahu apa? Kau benar aku hanya anak yang tak berguna dan hanya bisa membuat malu. Kalian tidak perlu pura pura baik padaku karena kalian akan membicarakanku dari belakang. Aku juga tak minta dilahirkan ke dunia dengan penuh penderitaan ini. Rasanya aku lebih baik mati saja. Perasaan kosong dan kesepian. Itulah perasaanku setiap harinya. Memiliki banyak teman, namun masih saja merasa kesepian. Aku ingin bebas melakukan apa pun yang aku mau tanpa ada yang menggangguku. Seperti halnya burung yang bisa terbang kemanapun tanpa batas. Aku tak memberitahukan kepada siapapun tentang tekanan tekanan di dalam hidupku setiap harinya. Karena aku selalu memasang wajah ceria, gila, dan bahagia yang mengatakan aku baik baik saja. Aku tidak mau seorang pun tahu karena menurutku tak ada seorang pun yang mengerti aku.
Jadi dalam perjalanan pulang menonton pertandingan sepak bola Kennard. Val dengan memakai hoodie hitam celana jins hitam, dan beanie biru tua pergi ke restoran yang sekaligus ada barnya untuk mengisi perutnya yang lapar sebelum pulang. Meskipun pikirannya setiap harinya dihantui oleh tekanan tekanan. Sesampai disana, Val pun memesan makanan dan minuman. Lalu menunggu di sebuah tempat duduk dekat dengan bar. Sambil menunggu Ia tak sengaja mendengar dan mengintip perbincangan sekolompok anak SMA yang sedang minum minum di bar.
"Acara minum minumnya kurang seru tanpa Carlos."
"Sebaiknya kau telfon dia untuk kesini."
"Dia tidak akan mau."
"Biar aku yang menelfonnya. Aku tahu caranya membuat Carlos datang." Ucap salah satu anak sambil menyeringai dan membuka ponselnya dan mengaktifkan speakernya agar teman temannya bisa mendengar perbincangan mereka.
"Hey! Carlos! Kemarilah ke bar dekat restoran Atlas Manhattan! Aku menantangmu untuk minum empat botol di bar bersama kami!"
"Aku tidak akan melakukan hal bodoh demi kalian."
"Kenapa? Kau takut?"
"Aku tidak takut. Hanya saja aku tidak mau. Kau selalu saja menyuap tempat-tempat itu dengan mudah."
"Kau takut kalah. Bilang saja kau tidak punya nyali. Bahkan aku saja bisa mengalahkanmu. Aku bertaruh 900 juta dollar kau tidak akan kuat minum empat botol itu."
"Ck! Baiklah aku akan kesana dan mengalahkanmu keparat! Jika kau kukalahkan maka kau harus memberikanku 900 juta dollar!"
Anak yang menelepon seorang anak bernama Carlos pun menutup telefonnya dan menyeringai.
"Dia memang mudah terpancing jika ada hal yang menyangkut harga dirinya."
"Tapi jika dia menang maka kau yang akan bayar, karena uangku sedang disita oleh ayahku karena dia memergokiku berpesta di club."
"Santai saja, mana mungkin murid teladan seperti Carlos Marquez bisa menghabiskan 2 botol?"
Apa apaan yang kudengar tadi? Sudahlah. Persetan dengan semuanya. Lagipula ini bukan urusanku. Lebih baik aku mengerjakan tugas agar nanti aku bisa bersantai. Batin Val sambil mengeluarkan laptopnya dan mulai mengerjakan tugas.
Akhirnya makanan pun datang. Val pun akhirnya memakan makanannya dengan lahap sambil mengerjakan tugasnya. Namun tiba tiba terdengar suara mobil sport mengebut dari kejauhan dan akhirnya ban mobilnya berdecit tepat dibelakang bar restoran.
Jangan bilang ini adalah reunion sekolah dari kelompok gangster. Batin Val sambil memutar bola matanya. Lalu melanjutkan makannya sambil mengetik paragraf demi paragraf di laptopnya. Namun, tetap saja suara mereka tetap terdengar karena Val duduk di tempat duduk dekat bar.
"Hey Carlos! Kukira kau tidak akan datang!"
"Kalian memang bedebah. Jika aku sudah bilang kan menantangku maka aku akan melakukannya. Tidak usah basa basi lagi. Keluarkan saja 4 botolnya dan setelah itu aku akan pulang."
"Berisik sekali." Ucap Val lalu Ia pun mengeluarkan headphonenya sehingga Ia tidak dapat mendengar apapun.
Waktu pun berlalu Val pun telai selesai dengan makanannya dan juga pula telah selesai mengerjakan tugasnya. Val yang masih mengenakan headphonenya pun membereskan semuanya lalu pergi ke supermarket terdekat untuk membeli sekaleng Coca Cola.
Setelah membeli sekaleng soda Ia pun memutuskan untuk berjalan pulang sambil meminum sodanya. Namun ketika Ia memasuki gang tiba tiba tangannya ditarik dan tubuhnya terpojok di dinding sampai headphone yang Ia pakai terjatuh begitu pula dengan sekaleng soda yang ada di tangannya. Sosok itu menempatkan kedua tangan ke tembok. Posisi ini benar benar menyudutkan Val dan menghalangi Val untuk kabur. Pertamanya jika dilihat dari kejauhan mata Carlos terlihat seperti berwarna hitam namun jika dilihat secara dekat maka bisa dilihat bahwa mata miliknya berwarna biru. Mata biru yang indah, kulit wajahnya yang putih dengan pipi kemerahan, rambutnya yang cokelat, dan bibirnya yang kemerahan bisa Val lihat dengan jelas karena wajah mereka lumayan dekat.
Apa apaan ini?! Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?
"Are you lost little wolf?." Kata Carlos sambil memainkan rambut Val.
"You will not be able to run from me." Kata Carlos dengan suara serak sambil mendekatkan wajahnya kepada Val dan menciumnya. Mata Val langsung membelalak. Seketika itu Val langsung meninju perut Carlos dengan keras dan meninju hidung Carlos hingga langsung berdarah.
"Argh fuck!" Ucap Carlos menahan rasa sakit di perut dan hidungnya.
"Kau berani melawanku?!" Kata Carlos
Bug! Val langsung meninju pipi Carlos dan langsung berlari kabur.
Aku dipukul perempuan?! Dia berani melawanku?!
"Carlos! Kau tidak apa apa?! Kenapa kau baru saja mencium seorang anak laki laki! Apa kau gay?!"
"Dia itu perempuan. Aku mabuk, karena itu aku menciumnya. Pukulannya yang membuatku sadar kembali.
"Sial bung, kau baru saja dikalahkan oleh perempuan."
"Aku tidak kalah melainkan berhasil dipukul oleh perempuan. Setidaknya pukulannya membuatku sadar agar kau bisa membayar 900 juta dollar seperti yang kau janjikan."
"Ayolah bung setidaknya bolehkah aku hanya membayarmu 600 juta dollar saja." Kata temannya sambil memelas.
"Tentu saja tidak! Berkatmu, tukang suap segalanya, aku mabuk! Aku jadi orang bodoh lalu mencium seseorang yang tidak aku kenal! Harga diriku sudah jatuh karena dia pasti akan mengira aku anak mesum yang mau macam macam dengannya! Lalu aku dipukul olehnya sampai hidungku berdarah dan perutku lebam. 600 juta dollar tak akan sepadan. Kau mungkin bisa menyuap semua orang di dunia ini, tetapi kau tak akan bisa semudah itu menyuapku." Kata Carlos yang masih mengelap hidungnya yang masih saja berdarah dengan bajunya.
"Baiklah- baiklah aku akan membayarnya besok lusa. Jeez rasanya ngeri melihat pukulan anak itu." Kata temannya sambil mengambil headphone yang tergeletak tak jauh dari mereka.
"Apakah headphone ini miikmu?" Tanya temannya itu sambil menyerahkan headphone itu pada Carlos.
Carlos pun mengambilnya dan mencoba mengingat sesuatu.
"Tidak, aku rasa itu milik anak perempuan yang tadi kucium. Aku harus mencari tahu tentangnya. Kemudian mengembalikan headphone ini dan minta maaf."
"Hufft, Beruntung hidungku tidak patah meskipun rasanya seperti mau patah." Ucap Carlos sambil mencoba mengelap darah yang terus terusan keluar dari hidungnya.
Sementara itu Val.
"Berengsek! Sial! Sial! Hidupku memang terkutuk!" Umpat Val terus menerus sambil berlari pulang ke arah apartemen. Ia malah berlari pulang ke apartemen padahal jaraknya lumayan jauh. Namun Val sudah tidak berfikir jernih sampai sampai Ia tak memesan taksi untuk pulang ke apartemen.
"Sialan! Headphone 450 dollarku jatuh gara gara kakak kelas bajingan tadi!" Val terus terusan mengumpat sepanjang malam.
"Kenapa ini harus terjadi padaku?!"
***
Carlos Marquez