webnovel

Part 1

Namaku Valencia Zanqueen. Semua teman temanku dan juga guruku memanggilku Val. Aku adalah anak yang sangat tomboy. Penampilanku persis seperti laki laki. Aku tak akan mau memakai hal hal yang berhubungan dengan perempuan. Yah... kecuali saat memakai seragam sekolah sih... Jika aku memakai seragam laki laki saat di sekolah bisa bisa aku dipanggil kepala sekolah termasuk orang tuaku. Sekolahku jauh dari rumah, jadi aku tinggal di apartemen di kota New York yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolahku. Aku mengalami terkadang mengalami depresi yang tidak diketahui siapapun karena ibuku yang terlalu keras padaku dan selalu menuntut lebih dariku. Tapi yang penting saat ini aku tinggal di apartemen, jadi aku tak perlu memikirkan tentangnya. Pulang ke rumah pun aku tidak pernah. Karena setiap pulang ke rumah yang ada pasti hanyalah pertengkaran.

Hari hari kelas 7 sampai kelas 9 ini kulewati dengan membosankan. Tidak ada yang spesial hanya kegiatan biasa di sekolah. Setiap hari aku hanya bangun, kemudian pergi ke sekolah, belajar, bercanda dengan teman teman, istirahat, membaca novel, mengerjakan ulangan, mengikuti kelas jurnalis di sekolah yang membosankan, pulang, membaca novel, setelah itu les, mengerjakan pr dan tugas. Saat waktu luang aku hanya bermain game online, bermain gitar, membaca novel, dan menonton film. Aku sangat jarang pergi keluar apartemen. Bisa dibilang aku ini anak rumahan. Begitulah inti dari hari hariku. Membosankan. Itulah kata yang selalu terlintas di pikiranku. Paling tidak, hal yang menghiburku adalah ketika bermain bersama Ben dan teman temannya yang di cap nakal oleh beberapa guru. Ben adalah teman sekelasku. Dia adalah anak nakal di sekolah karena itu dia adalah teman yang seru untuk bercanda. Meskipun dia selalu berlebihan saat bercanda dan sangat mesum. Karena aku berteman dengan beberapa anak nakal aku pun akhirnya ikutan nakal. Jadi tidak jarang aku bisa menjadi mesum, toxic, dll. Sebagai anak nakal tentunya Ben punya teman laki laki yang sangat banyak. Salah satunya adalah Kennard.

Aku memang punya perasaan suka kepada Kennard selama 3 tahun lebih. Aku mengenal Kennard karena dia adalah anak yang setiap pagi selalu duduk di kursiku saat di bangku kelas 7 itu. Tidak hanya itu kami pernah satu bus bersama saat pergi ke pabrik dalam rangka acara sekolah. Meskipun kami tidak satu bangku tapi beberapa saat aku menatapnya dan dia juga menatapku selama beberapa saat. Kami tak berbicara saat itu karena kami tak saling kenal. Kami hanya tahu saling tahu nama panggilan kami satu sama lain. Dia juga pernah sekelas denganku saat remidi bahasa Peramcis. Dia duduk sebangku dengan Ben saat itu. Jadi, mereka tepat duduk di depanku. Seperti biasa terkadang aku memberi jawaban kepada Ben, namun kali ini Ben yang membantuku. Dia membantuku dengan cara memberikan jawaban remidi Kennard kepadaku secara diam diam. Kennard hanya menoleh kepadaku dan tertawa diam diam. Namun kami juga sama sekali tidak berbicara.

Pertamanya aku dan Kennard tak berbicara satu sama lain. Hanya saja aku mengenalnya dari Vivienne dan beberapa temanku yang lain. Vivienne adalah sahabatku dari kelas 7. Vivienne adalah gadis yang unik. Dia tomboy namun tidak setomboy aku. Dia berkacamata, memiliki sedikit rambut sebagian pirang di rambutnya, dan dia anak yang pintar. Vivienne mengenalnya dari kelas 6 SD. Vivienne bilang Kennard adalah anak yang nakal, mesum, terkadang bar bar, dan juga kasar. Pertamanya aku tidak percaya saat Vivienne bilang begitu padaku tapi lama kelamaan kami mengenal satu sama lain. Karena kita saling berkunjung ke kelas kami masing masing. Dia selalu mengunjungi kelasku tiap pagi karena dia ingin mengunjungi Ben dan bercanda dengan Ben. Sedangkan aku berkunjung ke kelasnya karena aku mengunjungi Vivienne.

Tentu saja sebagian besar anak kelas 7 mengenalku dan tidak sedikit pula yang mengenal Kennard jadi beberapa orang bilang bahwa kami cocok dengan alasan sama sama toxic, bar bar, pemalas, dan mesum.

Pertama kalinya aku dekat dengannya adalah ketika kami selalu berpapasan setiap hari berkali kali. Tentu saja kami terkadang saling menyapa dengan sebutan toxic. Kemudian suatu hari dia tiba tiba saja membongkar bongkar kotak pensilku dan melemparkannya padaku sambil tertawa. Dulu aku tak pernah mengira dia anak yang nakal tapi karena dia sudah membuktikan bahwa dia nakal. Aku tak akan mau kalah darinya. Aku langsung saja pergi ke kelasnya dan pergi menuju tasnya. Tentu saja dia mengejarku karena dia tahu aku akan melakukan sesuatu pada barang barangnya. Ketika aku sampai di kelasnya aku langsung mengobrak abrik mejanya dan menjatuhkan semua buku bukunya. Tapi beberapa buku tak bisa kujatuhkan karena tangannya sudah menahan buku bukunya agar tidak kujatuhkan. Kemudian mataku beralih ke pianika. Tentu saja dia juga bisa membaca niatku saat melirik pianikanya. Jadi ketika tanganku beralih memegang pianikanya, dia langsung juga menahannya. Saat itu kami berebutan pianika. Dan saat itu pula teman teman kami menyoraki kami.

Sialan! Mereka tak bisa diam ya?! Batinku

Karena aku tahu Kennard tak mau kalah denganku. Begitupula dengan aku, tentu saja mereka semakin bersorak. Jadi lebih baik aku mengalah dan kembali ke kelasku saja. Tapi sebelum aku kembali ke kelas aku langsung menunjukkan jari tengahku terlebih dulu kepada Kennard dan teman temanku. Kennard hanya tertawa saat itu.

Tapi tidak setiap hari dia bisa bergurau seperti itu denganku di kelas 7 Kebanyakan dia hanya diam dan cuek. Saat disekolah, terkadang tanpa sadar aku memperhatikan Kennard. Ketika aku menyadari aku memperhatikan dirinya. Aku langsung menampar diriku sendiri. Aku berfikir apa sih?! Dasar Val bodoh! Kenapa kau memikirkan bocah gila itu?! Itulah yang aku batinkan. Begitulah hari hariku di kelas 7 dan 8. Sampai pada suatu liburan kenaikan kelas. Biasanya selama liburan aku selalu bermain game online dengan teman dekatku Ben, Ryan, dan sahabatku Brad. Tapi malam ini berbeda. Ketika aku mau bermain hanya dengan adikku. Ben tiba tiba menelponku dan menyuruhku bermain dengannya. Tentu saja kupikir kami hanya bermain bertiga namun ternyata ada Kennard yang juga ikut bermain. Tentu saja suasana tidak pernah canggung saat kami bermain. Kami selalu bercanda, tertawa, membicarakan hal mesum, dan berkata kotor sepanjang permainan berlangsung.

Sayang sekali Ben tidak naik ke kelas 9 karena dia terlibat kasus serius di sekolah. Ditambah lagi nilai Ben yang hancur dan beberapa tugas yang sering ia tidak kerjakan. Semuanya terasa sepi tanpa bocah itu di kelasku.

Hari hariku kelas sembilanku awalnya lebih membosankan dibandingkan kelas 7. Jadi sekedar usil aku pun mengirimkan pesan kepada Kennard. Isi pesan itu hanya berisikan ejekan ejakanku padanya.

Pertamanya dia hanya membalasnya dengan omongan kasar terkadang dia juga hanya membacanya. Tapi tak lama kemudian dia menjadi tambah mengejekku di sekolah. Dan dia selalu saja menggangguku. Namun isi pesan itu juga terkadang berubah dengan balasan balasan normal seperti obrolan normal dalam pertemanan.

Setiap hari gurauannya adalah memukulku dan pukulannya itu menyebabkan tanganku lebam. Dia bilang dia memukul biar fisikku kuat. Memang dia sungguh bocah tengik sialan dan teman tersial yang aku punya. Aku sudah membalasnya dengan pukulanku. Tapi itu tetap tak mempan baginya.

Selain sapaan toxic, ejek ejekkan, kejar kejaran seperti bocah, dan pukul pukulan setiap harinya. Kita terkadang saling berbagi bocoran soal ulangan serta berbagi jawabannya pula, dan membagikan jawaban pr atau tugas kami. Aku selalu tanpa sadar memperhatikannya dari kejauhan. Pandanganku seperti tak mau lepas darinya.

Sampai suatu hari saat aku baru saja keluar kantin. Dia tiba tiba muncul di depanku dan mengejekku. Ekspresi itu. Selalu ada di wajahnya ketika bertemu denganku. Ekspresi yang menunjukkan bahwa Ia gengsi dan malu ketika ingin mengatakan sesuatu padaku tapi dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

"Ada apa Ken?" Tanyaku

Dia tak menjawab tapi dia malah berpura pura menendangku.

Ada apa sih yang salah dengan otaknya ini? Batinku

Pertamanya kukira dia mau menendangku sungguhan tepat di kepala ternyata dia hanya berpura pura. Dia terus saja berpura pura menendangku tapi sampai tendangan ketiga. Dia terpeleset dan terjatuh ke belakang.

Semua anak anak yang melihatnya tertawa terbahak bahak termasuk aku.

"Hahahahahahaha rasain mangkanya jangan usil. Karma duniawi itu ken." Kataku kepadanya sambil tertawa.

"Sialan!" Katanya sambil menahan sakit dan langsung bangkit. Kemudian mengejarku. Tentu saja aku langsung lari tapi langkah kakinya lebih besar dan dia lebih cepat dariku. Jadi aku tertangkap saat aku mau berlari naik ke atas tangga olehnya. Dia memegang tanganku supaya aku tidak kabur. Kemudian dia duduk dia sampingku dan melepas tanganku.

"Aduh, sakit sialan!" Katanya sambil terus terusan berkata kotor dan menahan sakitnya.

Sedangkan aku hanya tertawa dan mensyukuri dia terjatuh.

"Rasain! Ngomong ngomong kau terluka tuh, di sikutmu. Mangkanya jangan mukul mukul orang. Orang tidak salah kamu pukul. Karma duniawi itu, Ken." Kataku sambil menunjuk sikutnya yang luka.

"Terserah. Aku tidak peduli." Balasnya.

Lalu hari demi hari lalui di kelas 9. Kami semakin dekat. Tapi semakin kurang ajar dia setiap harinya. Pernah suatu hari aku membuang sampah lalu ia menendang kakiku hingga aku terjatuh. Paha ku lebam karena ia menjatuhkanku. Setiap kali aku mau kemanapun ia selalu memukulku dan menendang nendang kaki terkadang pelan dan terkadang lumayan sakit. Ia juga tak henti hentinya mengejekku. Pernah sekali dia memecahkan kotak kaca di kelas karena kami bergurau.

Dia terkadang juga merebut tas, dan gitarku di sekolah. Terkadang aku mengelitikinya agar dia menyerahkan tas atau peralatan sekolahku yang lainnya.

Setiap saat makan bersama setelah pulang sekolah pun dia mencuri beberapa makananku dan langsung memakannya. Ia juga tak lupa selalu mengejekku. Terkadang Ia menanyakan apa aku punya uang atau tidak. Lalu saat aku mengeluarkan uang Ia langsung mengambilnya. Setiap pulang bersama pun Ia juga terus terusan mengejekku dan menunjukkan jari tengahnya.

Kennard menyukai sepak bola. Jadi dia masuk ke dalam tim sepak bola sekolah. Dan aku sering menontonnya bertanding. Kennard juga gemar bermain gitar jadi terkadang kami belajar gitar bersama.

Hal yang membuat dia menghancurkan hatiku adalah dia menyukai anak perempuan lain saat kelas 7. Hal itulah yang selalu mengingatkanku untuk selalu move on darinya. Tapi rasanya sulit. Saat ini kami sudah kelas 10. Kami tetap saja melakukan aktivitas biasa seperti di kelas 9. Namun bedanya aku sudah move on darinya. Meskipun masih ada bagian dariku yang measih menyukainya.

***

Kennard Paxton. Anak muda asia yang menjengkelkan, berambut hitam pendek dan setinggi 170 cm serta memakai kawat gigi transparan. Lahir 29 January 2005.

Next chapter