webnovel

HANYA AKU UNTUK DIA

RATE 20+ Ada adegan dewasa [mohon BIJAK dalam memilih bacaan] Lima tahun kurajut renda kasih dengan seorang pemuda dan tidak pernah ada problematika. Dia selalu sabar dan mengalah terhadap aku (manja dan kekanak-kanakan), aku anak semata wayang. Panggil aku Inez ... Inez Prita Yulivan. Ketika dia membicarakan hubunganku secara serius dengan orang tua, kukira mereka setuju karena selama ini kami tidak ada pertentangan, namun semua keliru. Tanggapan orang tuaku adalah MENOLAKnya, hanya karena sepekan lalu Ayah bertemu seseorang. Bagaimana aku akan melanjutkan kehidupan dan kisah cinta kami? Aku dipaksa ayah menikahi pemuda yang memiliki masa lalu kelam, namun kaya. Pada akhirnya aku ingin dihamili kekasihku ... Agar mereka berubah setuju. Pergolakan bathin .... pemberontakan diri .... Lika-liku untuk memperjuangkannya ... Semua tercurah disini, belum lagi saat persabahatan di guncang dilema cinta. Aku tetap berharap, hanya dia yang menjadi jodohku di akhir kisah ini. HANYA AKU UNTUK DIA Anti Plagiat, Kejujuran akan berdampak pada Akhirat dan Duniamu.

Lika_FR · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
442 Chs

19 Kantor Kerja

Seorang Gadis muda terlihat pagi-pagi sudah mengawali ceklok dan masuk ke kantor hari ini, dia berlari-lari sambil melihat-lihat sekitaran, ruang demi ruang dia intip seperti sedang mencari seseorang, setelah sampai pada sebuah ruangan dia segera menghentikan aktivitas lari dan berjalannya tadi, dia mendekat perlahan.

"Mas Arman, boleh Rika masuk?" sapa gadis bernada manja itu yang kebetulan suasana kantor kami masih sepi, karena masih terlalu pagi. "Ada apa Rik?" balas Arman yang memang sudah sampai kantor duluan, sehabis mengantarku tadi dia langsung meluncur ke kantor sehingga dia datang pagi-pagi sekali dari yang lain. bahkan OB saja belum datang.

"Mas Arman kok gak kelihatan sih beberapa hari ini? Rika sampai cari-cari lho" jawab gadis itu dengan nada bahasa yang diimut-imutkan juga mimik wajah cemberut, Rika adalah gadis muda yang baru dua tahun lulus SMU, kira-kira usianya 20 tahun, dia adalah karyawan juga seperti kami, namun dia di bagian Foto Copy dan Printing, memang sejak awal aku sudah tahu dia ngefans terhadap Arman, meskipun dia sudah tahu bahwa Arman adalah pacarku, Rika masih saja bergelagat seperti itu, aku saja yang tak menggubrisnya aku pikir ah, hanya anak kecil dan bukan tipe Arman juga, jadi aku santai dan biasa saja.

"Ya aku kan marketing Rik, kebanyakan emang keluar kantor kan? emang ada perlu apa sama aku?" Arman menjawab sambil mencari-cari berkas yang akan ia bawa untuk menemui costumer yang di jadwalkan hari ini,

"yaa berapa kali aku bawain kue, aku bikinin sendiri buat mas Arman, tapi masnya gak ada, aku kan jadi sedih" kesewotan menghiasi perkataanya. kayak dia pacarnya aja__hadeeeeh. anak bau kencur.

"tapi kuenya kan bisa dibagi ke yang lain jadinya kan tetap manfaat Rik?" sama sekali Arman tidak memandang gadis itu, menjawab sambil sibuk sendiri.

"bukannya gitu, aku kan bikin buat mas Arman bukan buat yang lain, jadinya ya aku kecewa kalau di makan yang lain, tapi mas aku tadi bikin rujak buah, seger deh nanti bisa buat bekal makan siang mas" segera berlari dia menyodorkan tupp*r w*re berisi rujak buah dengan costumer bumbu gula merah "tapi jangan bilang siapa-siapa ya? nih jangan di taruh di tempat umum ya mas, biar gak dimakan orang-orang, aku tahu mas Arman suka pedes banget, jadi aku bikin pedes banget tadi biar mas Arman suka" saking dekatnya jarak dia dengan Arman, sampai berbicarapun dengan berbisik. "Iya, taruh situ dulu ya Rik, terima kasih ya?" Arman masih tetap menhecek kelengkapan berkas-berkas yang ia butuhkan tak mengindahkan pemberian gadis itu, "Mas coba dong dicicipi dulu satu potong aja, nanti bilang ke aku, nih bumbunya kurang apa? ya ... aku ambilin ya" Rika terus menyodorkan bahkan sedikit memaksa agar rujak bikinan itu bagaimana caranya agar segera masuk pada mulut Arman. "iya nanti ya Rik, aku masih repot nih" sela Arman ketika itu.

"Ayolah mas, satu potong saja apa susahnya, dia pegang sepotong buah nanas ditangan yang dia niatkan untuk dicicipi Arman, sambil bergerak-gerak manja badannya itu, disuapkan maksudnya mumpung masih sepi sekali, karena sudah tambah dekat saja jarak mereka karena Rika yang berusaha menyuapi Arman, Arman jadi merasa kurang nyaman, terlebih enggak enak juga bila dilihat orang nanti, "iya ya aku ambil sendiri ya? aku cicipi ya?" Arman langsung ambil sendiri potongan rujak buah dan segera memakannya, dia membiarkan yang dipegang Rika tadi tak disentuhnya. "emmm ... sudah enak kok, sudah ya? nanti pasti aku makan, nih sekarang aku masih menyiapkan berkas, takut ada yang kelupaan, jadi sudah dulu ya?" pinta Arman secara baik-baik agar Rika kembali ke ruangannya, tapi Rika senyum-senyum masih memegangi potongan rujak tadi. "Mas Arman enggak ada berkas yang ingin di foto copy lagi? mumpung sepi dan enggak ngantri lho. "iya, kalau aku butuh pasti aku kesana."

"Hap ... nyam nyam" tiba-tiba ada yang menyahut potongan rujak yang ada di tangan

Rika dengan mulutnya langsung mengunyah, setelah tadi terdengar deru suara sepatu dia.

"Aaaaaah ... kamu enggak ada sopannya sih Bobby, aku mau ngasih mas Arman, malah kamu yang makan, kena sentuh jariku lagi, idiiiiiih" dihentak-hentakkan kakinya karena marah juga dikibas-kibas tangan Rika karena niat dia yang ingin menyuapi Arman malah di telan oleh Bobby, salah satu Office Boy di kantor ini, memang dia naksir Rika, tapi karena masih remaja, cara-cara yang ditunjukkan terkesan Lebay dan Gokil. sering sekali membuat Rika gedeg dan marah-marah di godanya. Mata Bobby tertuju pada kotak tembus pandang di meja dekat dengan Arman.

"Waaaah rujak enak nih, mas banyak itu ya, aku mau dong mas Arman rujaknya, aku punya plastik koq kalau mau dibagi kesini" celoteh Bobby sambil menatap dengan mata berbinar-binar melihat rujak yang siap santap,

"aaaah ... enggak, enggak boleh! banyak di luaran sana penjual rujak, nih yang ini buatanku cuma buat Mas Arman, ngerti

enggak kamu?" teriak Rika kepada Bobby.

"humm malah berantem disini? ayo adik-adik, aku mau kerja segera ke tempat dan tugas masing-masing, "siap mas, tapi bagi rujak buatan Rika dong mas, aku pasti segera kerja

mas" rengekan Bobby membuat Arman menuju kotak makan itu.

"ya ya sini plastikmu aku bagi"

"mas, jangan dong mas, aku bikinnya pakai

hati lho, bukan buat dia, tapi buat Masnya saja" ocehan Rika yang sambil menggerak-gerakkan tangan dan kakinya.

"Rika, enggak baik kalau membuat tetangga kepingin dengan masakan kita, bisa jadi dosa lho, bagi-bagi kan malah enak dapat pahala juga." tutur Arman.

"dia tuh sebenarnya enggak pingin mas, dia cuma buat goda Rika saja" jawabnya sewot.

karena Arman tidak ingin ada keributan, keduanya sudah diusir masih saja bertahan disitu, segera Arman bagi rujak itu dan diserahkan kepada Bobby dalam bungkus plastik, Bobby kegirangan sampai melunjak-lunjak kakinya. si Rika yang menampilkan wajah mencucut sambil menjulurkan lidah

sebagai ekspresi sangat marah.

Bobby segera berlalu sambil tersenyum-senyum meledek Rika, potongan rujak di plastik itu di ambil dia dan segera di kecup-kecup dan di ciumnya dengan lama juga dia merem-meremin mata, seakan sedang memciumi kekasihnya, sambil memperlihatkan ke Rika terus. tak urung Rika yang sudah sewot itu semakin marah.

"Awasss kamu ya, besok tak kasih rujak yang ada racunnya baru kamu tau rasa!"

"Mas Arman jahat sama aku, rujakku dibagi ke orang yang aku enggak suka, padahal kan aku sudah bilang tadi, huh!" segera Rika berlari meninggalkan ruang kerja Arman.

Arman hanya melotot dan menarik nafas panjang atas pemandangan pagi ini sambil geleng-geleng kepala, "perasaan aku pernah ABG, pernah Remaja tapi ya enggak seLebay mereka itu" gumam Arman dalam hati sambil memegangi keningnya.