Cuaca yang sudah hampir menggelap tidak membuat seorang Shil merasa khawatir. Semua para temannya telah pergi lebih dulu meninggalkannya sendiri di sebuah halte yang tidak jauh dari tempat di mana Pameran Fotografinya berada.
Gadis itu sedari tadi terdiam merenung dengan apa yang telah terjadi kepadanya setelah mendengar sesuatu yang membuatnya merasa sakit hati sehingga sampai saat ini ia masih belum bisa melupakan perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh orang lain kepada dirinya.
Kedua matanya menatap kosong kearah sepasang sepatu yang digunakannya dengan sendu, Shil merasa tidak percaya diri dengannya sendiri sekarang. Sepertinya ia akan mulai membolos terlebih dahulu untuk besok. Itu semua karena dirinya yang belum siap bertemu dengan seorang laki-laki yang baru saja menolongnya tadi.
"Emang Shil salah apa ya?" gumamnya dengan perasaan sedihnya. "Kenapa semuanya kaya benci sama aku?"
Lalu, gadis tersebut menggelengkan kepala dengan kedua mata yang memerah, ia meyakinkan dirinya untuk tidak menangis dan dirinya mengatakan kepadanya sendiri untuk tak terlihat lemah seperti ini.
"Enggak, Shil gak boleh nangis, kalau aku nangis nanti Lele marah."
Kemudian Shil mulai mendongakkan kepalanya bertepatan dengan senyum yang mulai terlihat setelah mengatakan hal seperti itu kepada dirinya sendiri, dan ia merasa yakin akan itu.
Di seberang jalan ada seorang laki-laki yang saat ini sedang menatapnya dengan kedua mata yang memincing, jika diperhatikan dari kejauhan sepertinya gadis itu tidak ada yang menjemputnya sehingga membuatnya merasa tertarik untuk mendekatinya.
Tetapi ia masih ingin melihatnya dari kejauhan seperti ini untuk memastikan bahwa yang dirinya lihat memang benarlah gadis itu.
Kerutan dikeningnya mulai terlihat saat terkejut memandang Shil yang ternyata sedang menangis membuat laki-laki itu memukul stir mobil dan menghela nafasnya. Jujur, ia paling tidak bisa melihat gadisnya seperti itu, entah sejak kapan awal mulanya terjadi kepadanya.
Kembali kepada seorang gadis yang sedang menundukkan kepalanya saat ini, laki-laki itu langsung berjalan sedikit melajukan mobilnya agar mendekat sehingga membuat Shil yang mendengar suara deruman pun langsung mendongak lalu mengerutkan keningnya.
"Siapa?" ujarnya dalam hati. Tidak lama kemudian kedua matanya langsung membola ketika melihat seorang laki-laki yang begitu tidak asing dimatanya tersebut saat ini sedang berada dihadapannya sekarang.
"K-kamu ... ngapain di sini?!" ujar Shil dengan tatapan tajamnya. Kemudian gadis itu memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya kembali menatap seseorang yang berada dihadapannya. "Aku udah bilang 'kan, jangan pernah ganggu aku lagi!"
Laki-laki itu yang sedari tadi berada dihadapannya pun langsung menghela nafasnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Ia benar-benar sangat senang karena dirinya memiliki seorang sahabat yang begitu sangat berguna untuk kali ini saja, mungkin.
"Emangnya kalau aku ke sini kenapa?" Ia menatap gadis dihadapannya itu dengan senyuman manisnya yang jarang diperlihatkan kepada semua orang membuat Shil sedikit terkejut, dan dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung merasa senang. "Kamu tahu? Aku udah pulang sebenernya."
"Kalau kamu udah pulang, ngapain kamu ke sini, hah? Dari mana kamu tahu kalau aku ada di sini?!"
Melihat dari cara bagaimana gadis dihadapannya yang begitu emosional seperti ini membuat Yashelino merasa yakin bahwa sepertinya Shil memang sedang tidak baik-baik saja.
"Shil," panggilnya lembut. "Kamu kenapa?"
"Apa?! Jangan berani-berani panggil nama aku!"
"Aku tahu pasti kamu lagi kepikiran sama ucapan-ucapan mereka, 'kan?"
Dan tepat setelah itu Shil merasa terkejut ketika mendengar perkataan dari laki-laki yang berada dihadapannya saat ini membuat gadis tersebut langsung menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan teduhnya yang diberikan oleh Yashelino kepadanya.
Sedangkan Yashelino, laki-laki itu langsung mengulum senyumannya karena merasa gemas dengan tingkah laku dari Shil yang berada dihadapannya saat ini.
"Kakak gak usah ikut campur," ujar Shil. "Jangan sok tahu tentang apa yang aku rasain sekarang."
Mendengar hal tersebut membuatnya menjadi semakin tidak tega untuk membiarkannya, maka dari itu tanpa pikir panjang Yashelino langsung menarik pergelangan tangannya sehingga kini gadis tersebut berada di dalam pelukannya.
Yashelino memberikan sebuah kenyamanan untuk pertama kalinya kepada seorang gadis yang bahkan ia sendiri tidak yakin bahwa dirinya akan menaruh hatinya. Hingga saat ini laki-laki itu masih merasa yakin bahwa Yashelino hanya merasa kasihan kepada Shil, bukan karena yang lain.
"Aku tahu kamu bohong, Shil." Ia mengusap rambut gadis tersebut dengan begitu lembut seolah dirinya sedang mencoba untuk menenangkan Shil. "Lampiasin aja, jangan ditahan ya."
Detik itu juga Shil benar-benar menangis dengan begitu kencang membuat Yashelino yang mendengarnya langsung menyunggingkan senyuman tipisnya. Ternyata selama ini ia sedang mempermainkan seorang anak kecil yang menjelma menjadi gadis dewasa sehingga membuat dirinya selalu ingin menjaganya setiap saat.
"Good girl," bisik Yashelino tepat ditelinga gadis tersebut. "Aku anter kamu pulang ya?"
Shil yang sudah merasa tenang pun kini menjauhkan diri dari pelukan laki-laki itu. Sedangkan Yashelino yang melihatnya langsung menggelengkan kepala dengan senyum yang masih tertahan sehingga membuat gadis tersebut yang memperhatikannya menjadi salah tingkah.
"A-aku bisa pulang sendiri kok," cicit gadis itu dengan kepala yang menunduk serta bibir bawah yang segaja di gigitnya. "Jadi kakak gak perlu anter Shil pulang."
"Gak bisa gitu dong," ujar Yashelino tidak terima dengan penolakan gadis yang berada dihadapannya saat ini. "Kamu itu pacar aku, dan udah seharusnya aku nganter kamu pulang."
Sepertinya Shil salah mendengar bahwa seseorang yang berada dihadapannya saat ini baru saja mengklaimnya sebagai milik laki-laki itu sendiri. Tanpa sadar saat ini jantungnya berdegup sangat kencang sehingga membuat gadis tersebut langsung menggelengkan kepalanya.
Yashelino yang tidak sabaran pun langsung menarik pergelangan tangan dari Shil saat ini untuk mengajaknya memasuki mobil, sedangkan gadis itu yang terkejut pun kini akhirnya pasrah saja tidak bisa berbuat apa-apa.
"Masuk," ujarnya setelah membukakan pintu mobil untuk gadis itu.
Memastikan bahwa gadis itu sudah benar-benar memasuki mobil, dengan cepat Yashelino langsung menutup pintunya kembali lalu berjalan mendekati pintu di sisi yang lain. Barulah setelah itu laki-laki tersebut bisa melihat dengan jelas bagaimana Shil yang saat ini sudah berada disampingnya.
"Rumah kamu di mana?" tanyanya kepada Shil yang sedang memainkan jari-jemarinya dengan begitu lucu. Sialnya, Yashelino tidak bisa berhenti gemas dengan tingkah gadis disampingnya tersebut sehingga membuat laki-laki itu langsung memalingkan wajahnya ke depan sembari menyalakan mesin mobilnya. "Aku antar kamu pulang sekarang."
Shil yang sedari tadi diam pun diam-diam melirik kearah samping di mana Yashelino berada. Ia mengakui bagaimana kesempurnaan yang begitu melekat pada diri laki-laki tersebut sehingga membuat dirinya yang mengetahui hal itu langsung kembali memalingkan wajahnya kearah lain ketika seseorang tersebut menyadari bahwa sedang diperhatikan.