webnovel

Prolog

—Kerajaan Randolf, Ibukota Dolfan.

Saat ini, hari sudah malam dan beberapa orang telah tertidur. Tapi, masih dalam hiruk-pikuknya suasana malam, bahkan sampai sekarang masih banyak bar dan kedai makanan yang terbuka, dan pada jam seginilah mereka pada sibuk melayani para pelanggan yang terus berdatangan.

"Yo, Steven, apa kau sudah dengar rumor tentang pahlawan pedang suci yang ingin melakukan duel dengan pahlawan lain? Aku dengar acaranya akan diadakan minggu depan di arena kerajaan. Gimana, apa kau ingin ikut denganku untuk menonton?" ujar seorang pria yang merupakan seorang petualang, yang saat ini sedang bergosip di dalam sebuah bar sambil minum-minum.

Saat dia mengatakan hal itu, temannya— Steven terkejut, dia berhenti minum dan menyipitkan matanya dengan curiga kepada pria mabuk itu.

"Kau serius?— Tidak! Itu jelas tidak mungkin! Kau menipuku lagi, kan?" Dia tampak tidak percaya.

Di sisi lain, temannya yang mengatakan hal itu tertawa dan meneguk kembali minumannya.

"Huagh~!" Dia bersendawa keras dan setelah membanting botol kosongnya ke atas meja, wajahnya tersenyum lebar dengan sangat puas. "Yo yo, percayalah kepadaku, sobat. Apa kau pikir orang mabuk sepertiku bisa berbohong?"

"Aku bahkan lebih terkejut jika kau tidak berbohong ketika sedang mabuk."

"Oh, ayolah sobat, percayalah padaku. Aku sama sekali tidak berbohong, lagipula ini sudah diketahui oleh banyak orang, ini bukan lagi rahasia publik, jadi kenapa kau tidak mempercayainya?"

"Bisa jadi itu hanya rumor palsu, kan? Lagian juga, siapa pula yang berani menantang duel sama pahlawan pengguna pedang suci itu? Aku dengar sebelumnya dia berhasil mengalahkan Raja Gurun hanya dalam sekejab. Yah, maksudku, sebenarnya orang bodoh mana yang berani melawan orang seperti itu?" tanya Steven yang masih bersikeras tetap menolak untuk percaya.

Mendengar ocehan temannya itu, pria itu tertawa.

"Kuku, terkejutlah ketika kau mendengar ini, dari rumor yang dikatakan. Pahlawan itu berhasil mengalahkan salah satu dari Pimpinan pasukan Raja Iblis, Estella Sang Vampir Bulan Merah, dan tidak hanya itu, dia bahkan juga berhasil mengalahkan Rodan Sang Naga Jahanam di hutan para Elf yang terkenal itu, di mana bahkan petualang tingkat atas pun tidak berani untuk pergi ke sana, karena merupakan sarang dari para monster dan binatang sihir level tinggi!" jawabnya dengan suara yang sangat antusias.

Steven yang sedang mendengarkan cerita pria itu sambil meminum birnya langsung terkejut, dan menyemburkan semua bir yang ada dimulutnya.

"Uhuk! Uhuk!" Dia terbatuk-batuk.

Alhasil, temannya menjadi basah oleh minuman yang dia sembur. "Oi oi, jangan sembarangan membuang minumanmu di wajah orang. Aaah~ sayang sekali minumannya," tegur pria itu dan mengelap wajahnya yang basah oleh air bir. Dia sepertinya tidak terlalu peduli sama bajunya, dia malah lebih kecewa pada minumannya.

Sedangkan di sisi lain, pelaku dari semua itu membuka matanya lebar-lebar dan memegang bahu pria itu seperti orang kesurupan.

"Tunggu, tunggu dulu! Kau barusan bilang apa? Mengalahkan Pimpinan Raja Iblis dan Naga Jahanam?! Apa itu benar?! Kau tidak berbohong, kan?! Ayolah, Grill, kita sudah berteman lama, jadi kenapa kau selalu berbohong seperti itu?"

"Sudah kubilang aku tidak berbohong! Kau teman lamaku, lalu kenapa kau tidak pernah mempercayaiku?! Jika kau memang tidak percaya, lihat saja nanti! Aku yakin akan segera keluar pengemuman tentang duel mereka berdua."

"…."

Steven terdiam, tapi Grill sama sekali tidak memperdulikannya. Setelah melepaskan tangan Steven dari bahunya, pria itu menyeringai semakin lebar dan lebar. Kemudian, dia mengulurkan tangannya, menunjuk ke arah wajah bodoh temannya yang masih tercengang.

"Ayo kita bertaruh siapa yang akan menang di antara mereka berdua nanti?"

Seperti itu, langit malam di Ibukota kerajaan Randolf dihebohkan oleh rumor tentang duel yang akan dilakukan oleh pahlawan terkuat di dunia, dengan seorang pahlawan yang entah darimana datangnya, yang mana ini akan membuat sejarah baru di kerajaan tersebut.

Tapi, karena itu juga, mereka menjadi lengah, dan tidak sadar dengan ancaman yang juga berada di dekat mereka.

"Dual ya… Khuku, ini pasti akan menjadi sesuatu yang sangat menarik," ujar pria itu, dengan tawa yang menampakkan gigi taring yang tajam.

Saat ini, masih tetap di bar yang sama, duduk sendiri di ujung kursi yang ada di pojok bar itu sambil memakai jubah yang menutupi wajahnya, orang itu tersenyum dengan seringai yang buas.

"Aku yakin Raja Iblis juga akan sangat senang jika aku membunuh dua pahlawan terkuat sekaligus."

Bersembunyi di balik bayangan, pria itu membayangkan dirinya yang mendapatkan apresiasi terbaik atas hasil yang dia berikan. Membayangkan hal itu, membuatnya tidak bisa berhenti untuk tidak terkekeh.

"Khukuku! Ahahahahahaha!! Tunggulah para pahlawan, aku sendiri yang akan mengubur kalian semua dengan tanganku! Ahahahahaha!!" Dia berteriak, sambil terus tertawa dengan suara keras yang menggelegar sampai ke seluruh ruangan.

Tapi, ketika itu juga, pemilik bar langsung melemparnya dengan piring kosong untuk membuat orang itu terdiam, karena tawanya mengganggu pelanggan yang lain.

'Buk!'

Suara keras bergema di seluruh ruangan.

Lengah karena terlena oleh kesenangannya sendiri, piring itu dengan sempurna mendarat di wajah pria itu dan membuat tubuhnya terbanting keras, lalu pingsan tak berdaya.

"Ya ampun, akhir-akhir ini aku sering kedatangan pelanggan yang aneh," gumam wanita jangkung itu, dan kemudian dia membuang pria yang tidak lain adalah Pimpinan Raja Iblis.