webnovel

Chapter 1: Ucapkan selamat tinggal kepada desa Elf ini

Hari ini, adalah hari terakhir di mana aku dan Alicia tinggal di desa Elf. Sudah lebih dari sebulan semenjak kami menetap di sini dan aku sudah memberi mereka semua ilmu yang kumiliki tentang cara melakukan reboisasi hutan.

Tidak hanya, aku bahkan menciptakan kristal yang dapat melindungi mereka dari serangan monster. Hanya saja efeknya tidak sekuat Crsyta sebelumnya, itu tidak bisa menahan monster yang sekelas dengan Rodan dan Estella. Tapi, seharusnya itu cukup untuk menahan monster-monster lainnya.

Untung saja ada benda seperti itu di dalam skill [System Alchemist]ku.

"Apa anda sungguh akan memberikan semua [Heal Potion] ini kepada kami?" tanya Tia sedikit ragu ketika aku memberikannya ratusan [Heal Potion] tingkat tinggi secara gratis.

"Jangan khawatir, aku masih punya banyak. Tolong jangan ragu untuk meggunakannya sesukamu. Aku yakin itu juga akan membantu untuk mempercepat perbaikan hutan ini," jawabku dengan senyuman canggung.

Akan tetapi, Tia tampak masih belum bisa menerimanya. "Apa anda tau, Riku-sama. Jika anda menjual semua ini di pasar manusia, anda bisa saja membeli tanah yang bagus dan sebuah kastil kecil. Apa anda yakin memberikannya kepada kami secara gratis seperti ini?" Dia terlihat sangat tidak enak.

Tapi, sungguh, aku ingin dia menerimanya.

Aku bahkan berpikir bahwa semua itu masih belum cukup untuk membayar semua kekacauan yang kami timbulkan.

Kumohon terimalah niat baikku atau aku yang akan bermasalah.

"Tia-san, aku melakukan ini bukan karena aku ingin kalian membalasnya. Aku melakukan ini karena aku sudah menganggap kalian semua sebagai temanku, bukankah itu hal yang wajar untuk membantu searang teman."

"Riku-sama…"

Tia terlihat sangat terharu ketika dia mendengar apa yang kukatakan, begitu juga dengan dua Elf lain yang juga ada di sana, mereka membawa sekotak [Heal Potion] yang kuberikan.

Sesaat kemudian, Tia memejamkan matanya sejenak dan dia berjalan perlahan mendekatiku. Saat itu, dia memberi sinyal tangan untuk menyuruhku menunduk, aku bingung, tapi aku menunduk sesuai yang dia inginkan.

Setelah itu, Tia meraih telapak tanganku dan dia tiba-tiba menciumnya.

"Eh?"

Aku terkejut, mataku terbuka lebar.

Apa ini?

Kenapa dia tiba-tiba mencium tanganku?

Itu sangat lembut— Tidak, bukan itu, apa maksudnya ini?!

Selagi aku bingung memikirkan arti dari tindakan tersebut, Tia mengangkat kepalanya dan melihatku dengan tatapan yang hangat.

"Dengan begini, jika Riku-sama berniat untuk kembali ke sini, kami para Elf dapat mengenali anda. Ini akan menjadi tanda bahwa anda adalah teman kami."

"Tanda…"

Apa maksudnya dengan tanda?

Karena penasaran, aku melihat bekas dari kecupan Tia sebelumnya. Di sana, aku merasakan adanya cahaya hangat yang tersisa— Tidak, itu bukan berarti aku masih bisa merasakan bekas ciumannya, tapi itu adalah sesuatu yang lain.

Tepat di punggung telapak tanganku, aku melihat sebuah simbol yang berbentuk seperti sebuah spiral angin dan dihiasi dengan dedauan. Itu masih berbekas di sana, tapi cahayanya sudah redup. Aku menatapnya dengan wajah yang berseri-seri.

"Ini keren..." seruku refleks.

"Fufu, saya senang jika anda menyukainya. Baiklah, mari kita tinggalkan ini untuk nanti. Sekarang mari kita nikmati lagi pestanya," ujar Tia, dan kami segera meninggalkan ruangan itu untuk pergi keluar.

Saat aku keluar, sinar rembulan yang indah langsung menyiramiku dan suara meria dari para Elf yang berada di alun-alun desa terdengar sampai ke sini.

"Woy~ Riku, hehe~ apa kau sudah menyelesaikan urusanmu? Hic~! Cepat ikutlah ke sini atau aku akan menghabiskan semua hidangannya loh~"

"Ugh, apa kau sudah mabuk?"

Begitu aku berjalan untuk masuk ke dalam pesta, Alicia segera menghampiriku dan merangkul bahuku dalam keadaan yang mabuk parah. Di tangannya, dia memegang gelas yang berisi penuh anggur merah, itu sedikit tumpah ketika wanita itu meminumnya lagi dengan sempoyongan.

Aku mengernyit dan segera menyingkirkan wanita mabuk itu dariku. Dia dengan patuh pergi meninggalkanku dan kembali minum-minum dengan para Elf.

Padahal belum ada beberapa menit semenjak pesta dimulai, tapi dewi itu sudah mabuk. Apa dia telah kehilangan martabatnya sebagai seorang dewi?

Bukankah dia pernah bilang kalau dia kebal terhadap efek buruk apapun?

"Hey, Riku, ke sinilah!" Seseorang memanggilku.

Aku berbalik untuk melihat siapa itu. Di sana, Regim melambaikan tangannya ke arahku, jadi aku berjalan mendekatinya setelah mengambil segelas alkohol anggur merah dari gentongnya.

"Duduklah di sini, aku yakin kau sangat lelah setelah semua pekerjaan berat itu, kan? Bersantailah sekarang, dan nikmati dirimu sendiri," ujar Regim saat dia menggigit daging bakar dari hasil buruan itu dan menawarkanku tempat duduk.

Aku duduk di sampingnya dan meminum anggur merahku. Itu dengan cara yang nikmat melewati tenggorakanku dan langsung menghempaskan semua rasa lelah yang kumiliki.

"Aaaah~ ini menyegarkan."

"Ahahaha, itu cara minum yang bagus. Kau benar-benar sudah terbiasa, padahal sebelumnya kau batuk-batuk ketika baru mencobanya."

"Yah, itu karena pertama kaliku."

Di dunia ini, kau sudah bisa minum-minum jika umurmu sudah 15 tahun, sedangkan sekarang aku sudah 18 tahun, jadi tidak ada aturan yang bisa melarangku lagi.

Sebelumnya aku sudah pernah mencobanya, tapi itu sangat keras sampai membuatku ingin menangis dan pingsan, itu langsung membuat otakku mendidih. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa menikmati minuman seperti itu lagi, tapi sekarang aku benar-benar terbiasa.

"Sudahlah, kau tidak perlu mengungkitnya lagi, kan?"

Itu adalah cerita yang memalukan, jadi aku harap dia melupakannya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kondisi di sana? Apa tidak ada masalah ketika kalian sedang menanam benih pohonnya?" tanyaku, mengubah topik pembicaraannya ke arah lain.

Regim menggigit dagingnya sekali, setelah dia mengunyah dan menelannya, dia menjawab, suaranya santai. "Yah, tidak ada masalah yang serius. Seperti biasa, kami bertemu dengan beberapa monster, tapi tidak ada yang terluka. Jadi bisa dibilang lancar. Bagaimana denganmu, kudengar kau bertemu sarang semut Medusa, bukankah di sana jauh lebih kacau?"

"Uuh, tolong jangan ingatkan aku lagi. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa tanganku membatu. Berkat itu aku tidak bisa tidur nyenyak."

"Be-Begitu, kah? Yah, tetap semangat, sobat."

Hutan ini benar-benar bukan tempat yang mudah. Jika waktu itu bukan karena sihir [Recovery] milik Alicia, yang dapat menghapus semua efek buruk, aku pasti sudah berubah menjadi batu sekarang.

Serius, bukan berarti aku membenci tempat ini, tapi aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan menghibur diriku di kota manusia menggunakan semua uang hasil dari menjual potionku. Aku yakin itu pasti akan sangat menyenangkan.

"Oh ya, Riku, bagaimana hubunganmu dengan Elvy setelah itu, apa kau berhasil menemuinya?" tanya Regim sambil meneguk minumannya.

Tapi, mendengar itu aku memalingkan tatapanku dan tertawa kaku.

"Tidak ada hasil."

"Ya ampun, apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian berdua? Bukankah sebelumnya kalian berdua sangat dekat."

"Itu…"

Aku menggaruk pipiku dengan canggung, bingung bagaimana untuk menjelaskannya. Tidak mungkin aku mengatakan jika aku membuat gadis itu menangis. Aku benar-benar sangat buruk.

Semenjak saat itu, aku tidak pernah bisa berbicara dengan Elvy lagi. Aku sudah mencoba untuk mendekatinya, tapi dia selalu menghindariku. Itu memakan waktu selama satu bulan penuh dan bahkan sampai sekarang pun aku masih belum bisa berbaikan dengan Elvy.

"Mungkinkah dia marah karena aku pergi meninggalkannya…"

"Hmm, kurasa tidak hanya itu."

"… Tidak hanya itu? Apa maksudmu, Regim-san?"

Apa ada yang lebih dari itu alasan dia menjauhiku?

"Yah, kau tau, akhir-akhir ini gadis itu terlihat sangat gelisah. Bagaimana aku harus mengatakannya ya, dia terlihat sangat ingin menemuimu, tapi dia tidak bisa."

"Tunggu, apa maksudnya itu? Aku hanya semakin bingung."

"Ahahaha, yah, aku juga tidak tau apa yang dipikirkan anak zaman sekarang. Kau tidak perlu secemas itu, aku yakin itu baik-baik!" ujar Regim, yang meneguk kembali minumannya, membuat dia mabuk sepenuhnya.

Pria ini tidak bisa andalkan, padahal di sini aku sangat kesusahan.

Yah, kurasa aku juga tidak bisa terlalu mengharapkannya. Ini adalah masalahku sendiri, jadi aku harus menyelesaikannya dengan tanganku sendiri.

Awalnya aku berniat untuk meminta maaf di pesta kali ini. Tapi, bahkan setelah aku menunggu Elvy sampai sekarang, dia masih belum muncul-muncul. Aku benar-benar kehilangan harapanku.

"Elvy…"

Semakin aku memikirkannya, itu hanya membuatku semakin terpuruk. Padahal Tia dan lainnya telah berusaha untuk membuat pesta ini, tapi aku benar-benar tidak bisa menikmatinya.

Pikiranku sekarang hanya dipenuhi dengan Elvy.

****************

Sedangkan di sisi lain, saat ini Elvy sedang berbicara dengan kepala desa.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan kepadaku, Elvy-chan?" tanya Tia, dia sudah menebak hal ini akan terjadi, jadi dia sudah menunggu gadis itu di ruangannya.

Elvy mengepalkan tangannya dan mengangkat kepalanya dengan tatapan yang tegas.

"Tia-sama, aku—"

Setelah itu, mereka mulai berbicara panjang lebar bersama.

****************

Keesokan harinya, sudah waktunya kami berangkat pergi.

"Baiklah, kami pergi dulu. Sampai jumpa lagi, kalian semua. Aku berjanji jika aku ada kesempatan, aku pasti akan mengunjungi kalian lagi," ucapku, kepada semua para Elf yang mengantarkan kami pergi.

Saat itu, Tia maju ke depan, sebagai perwakilan dari mereka semua. Dia meraih tanganku dan tersenyum lembut saat melihatku.

"Jaga diri kalian, Riku-sama, Alicia-sama. Kami pasti akan selalu merindukan kalian," ujar Tia sambil memegang kedua tanganku dengan erat.

Aku dan Alicia tersenyum.

Ketika itu juga, semua orang mulai berteriak kepada kami. Satu per satu dari mereka mengucapkan kalimat mereka untuk mengantarkan kami pergi.

"Riku, jaga dirimu baik-baik!"

"Komandan, berhati-hatilah di jalan!"

"Alicia-san, terima kasih karena telah menyembuhkanku!"

"Jaga diri kalian baik-baik!"

"Ayo kita berpesta lagi ketika kalian kembali!"

"Terima kasih karena telah menyelamatkan kami!"

"Sampai juga lagi!"

Aku melebarkan mataku dengan takjub saat mendengar semua itu. Aku benar-benar sangat senang. Aku tidak percaya jika mereka sangat menyayangi kami, jika saat ini aku lengah sedikit saja, aku pasti sudah meneteskan air mataku.

"Yah, sampai jumpa lagi! Terima kasih untuk semuanya!" Aku melambaikan tanganku dan memberikan senyuman lebar yang cerah.

Setelah itu, aku berbalik.

Rasanya ada sedikit rasa sakit dan sedih untuk meninggalkan mereka. Meskipun itu hanya satu bulan, tapi itu benar-benar waktu yang sangat lama. Tampaknya aku benar-benar sudah terikat dengan desa ini.

"Baiklah, ayo pergi," ujarku dan mulai melangkah pergi dengan perasaan puas yang penuh.

Tapi—

"Yah, kau benar, ayo pergi."

—Layaknya itu adalah hal yang wajar, Alicia mengatakan hal itu dan dia langsung naik ke atas punggungku seperti bernafas.

"…."

Aku terdiam dan meliriknya.

"Hm, apa? Apa kau kelupaan sesuatu?" Tapi, dewi itu hanya memiringkan kepalanya dengan bingung tanpa menyadari apapun. Aku hanya bisa menghela nafas dengan lelah.

"Tidak, tidak ada. Kau tetaplah kau, aku lega karena mengingatnya lagi."

Alicia masih bingung dengan apa yang kukatakan, tapi aku mengabaikannya dan mulai berjalan pergi sambil menggendong dewi yang tidak bisa membaca suasana itu di punggungku.

Sampai saat itu, aku masih mendengar suara para Elf yang mengantarkan kami.

Akhirnya, setelah sekian lama tinggal di sini, kami melanjutkan kembali perjalanan kami lagi.

Tapi, sebelum pergi, sesaat aku menoleh kembali ke arah belakang.

Seperti yang kuduga, gadis itu tidak ada di sana.