webnovel

GenoSide - Akira Project

Perjalanan seseorang dalam menghadapi masa lalunya yang rusak. Mencoba untuk merebut kembali apa yang sudah di rengut darinya. Akankah dia bisa mendapatkanya kembali? Cari tahu lebih banyak dengan membaca pembukaan di lembar berikutnya!

Vinko_14 · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
3 Chs

Chapter 1 - Petunjuk Pertama

Seorang bocah lelaki duduk di atas kursi listrik besi dengan tangan terikat di kedua sisi sambil menggigit stik kayu dimulutnya. Seorang professor bermantel putih mundur beberapa langkah kebelakang bersiap untuk menekan saklar yang terhubung dengan kursi tersebut.

"Ingat, ini bukanlah kehidupanmu. Setelah ini kau harus mandiri menemukan jalan keluar sendiri. Maaf karena tidak bisa terus bersamamu, mereka pasti akan langsung datang ketempat ini setelah menyadari perbuatanku. Setelah kau pingsan, aku akan membawamu ke tempat yang aman.

kau harus membuat mereka membayarnya. Ini semua untuk kedua orang tuamu, Akira."

.

.

Wills dengan sekretarisnya kembali ke kantor setelah pertemuan yang menegangkan.

"Hah...." Wills merebahkan dirinya di atas kursi putar hitam, mengeluarkan sebatang rokok dari saku bajunya lalu membakarnya.

"Yang benar saja, kau masih melakukan itu di usiamu sekarang?" Celetuk Ash.

"Semua punya caranya masing-masing."

Wills kemudian mengambil sebuah berkas bersampul biru yang tertata di atas meja kerjanya. Data di dalamnya adalah kasus yang terjadi beberapa minggu yang lalu.

"Pembantaian ya," ucap Wills.

Ash menuju sebuah mesin kopi otomatis dan mengisi 2 cangkir kosong. Kemudian memberi salah satunya kepada Wills lalu duduk di kursi ruang tengah.

"Sepertinya sekumpulan orang berjas mahal tadi juga merupakan jaringan dari perdagangan gelap," sahut Ash.

"Dengan kata lain kita berurusan dengan penjagal keadilan atau semacamnya," Wills meletakkan kembali berkas tersebut. "Huh..., Ini akan menjadi kasus yang panjang," keluh Wills sambil menyenderkan kembali tubuhnya ke kursi.

Setelah itu, tak satupun dari mereka bergerak. Hanya suasana hening berlangsung lama di dalam ruang yang penuh dengan berkas-berkas lama. Dengan jendela lebar di sisi dinding belakang Wills, cahaya dapat dengan mudah masuk kedalam ruangan.

Drrrrrt!

Setelah satu jam tertidur pulas, Ash bangun mengangkat handphonenya yang berdering.

"Kami menemukan saksi."

*

Suara pintu terkunci. Wills masuk ke dalam ruang introgasi dan meminta Ash untuk menunggu di luar. Didalam ruangan itu hanya terdapat sebuah meja dan 2 kursi. Wills menarik kursi dan duduk di depan seorang pria dengan tangan yang sudah di borgol, satu-satunya korban yang selamat dari pembantaian 60 orang di kediaman Livera.

"Kalau tidak salah namamu Trye ya," Wills memulai percakapan sambil melihat berkas identitas orang tersebut di depanya.

Trye tidak menyahut sama sekali. Ia hanya menghadap kebawah dengan tatapan murung, sulit dikatakan ekpresi wajahnya sedih atau tidak. Ia terlihat shock.

"Namaku Willse Tylor, semoga kita bisa bekerja sama ya!" Wills mengulurkan tanganya dengan ramah tanpa di sambut oleh Trye.

Setelah mengehela napas panjang, Wills akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan pergi keluar ruangan.

"Eh? Sudah selesai?" tanya Ash kebingungan.

"Lepaskan borgolnya."

"Hah?"

Mendengar perkataan Wills, Ash terheran melihatnya yang sudah berjalan keluar koridor.

"Aku tidak bisa bernapas di tempat seperti itu, bagaimana bisa dia menjawab pertanyaan-pertanyaanku nanti. Kita akan melanjutkanya di perjalanan."

"Tapi kan-"

"Sudah lepaskan saja!"

Seorang petugas polisi yang juga mengawasi mereka ikut bingung. Ash tidak punya pilihan lain selain menyuruhnya untuk melepaskan saksi tersebut.

Mereka bertiga menuju gedung yang berada di belakang gedung utama. Ash tau betul tempat yang dituju oleh Wills. Mereka masuk kedalam, suara ventilasi angin dapat terdengar dengan jelas. Suasana yang gelap dan juga sensasi yang dingin memenuhi ruangan. Disana terdapat dokter yang sedang bekerja namun Wills menyuruhnya untuk menunggu diluar setelah menunjukkan lencananya. Setelah itu Wills melewati peti demi peti besi di dalam ruangan tersebut sedangkan Ash bersandar di depan pintu masuk.

"Hm."

Setelah menemukan nomor yang dia cari, ia menarik pintu peti itu keluar. Sebuah kantong mayat diletakkan di atas papan besi, Wills membuka sedikit zipper kantong tersebut sehingga terlihatlah wajah putih tak bernyawa.

Ia membiarkan Tyre melihatnya dengan seksama. Tanganya mulai mengepal, air mata perlahan keluar dari matanya. Ia terisak bercampur kesal melihat pemandangan yang begitu memilukan.

Wills menarik kembali peti yang lain di sebelah, kali ini terdapat kantong mayat yang lebih kecil. Kali Tyre membuka zippernya sendiri sambil mengusap wajah anaknya yang juga sudah memutih.

"Aku turut berduka atas kehilanganmu, tapi kami perlu informasi untuk menangkap orang yang melakukan ini. Jadi, maukah kau bekerja sama dengan kami?".

Tyre menutup kembali zipper kantong mayat anak dan istrinya.

"Pelakunya adalah seorang pria dan wanita. Mereka adalah prajurit yang sudah di latih khusus untuk menghancurkan sesuatu."

Mendengar itu, Wills merasa lega mengetahui Tyler mau bekerjasama. Tanpa basa-basi lagi ia langsung melontarkan pertanyaan utama yang sudah di simpan dari tadi.

"Kau tahu dimana mereka?"

---

Jauh di pinggir kota, tempat persembunyian ketiga orang yang sedang menjadi perbincangan hangat dimana-mana.

"Akira~ Apa kita tidak punya persediaan soda lagi?"

Seorang wanita duduk di atas sofa panjang setelah mengambil soda terakhir di kulkas.

Temanya yang lain pun menjawab sebelum orsng yang bernama Akira itu menyahutinya.

"Kau sudah minum terlalu banyak."

"Oh, diamlah hybird. Kau tidak tau rasanya."

"Pantas saja jadi orang penyakitan."

Akira yang dari tadi berdiri didepan rak buku besar, akhirnya mendapatkan apa yang dia cari setelah meletakkan buku sebelumnya.

"Ini cuma kebetulan atau…," pria yang berdebat dengan wanita di ruang tengah tadi melihat keluar jendela. "Mobil-mobil polisi itu menuju ke tempat ini."

Mendengar itu, jari Akira terhenti sekejap saat hendak menarik buku dari raknya. Sementara wanita tadi bangun dari sofa melihat temanya dengan penasaran.

Di ujung jalan, terlihat seorang berpakaian militer melontarkan sesuatu dari senjata di tangannya.

Lontaran itu memecahkan kaca depan di lantai 2 tempat mereka bertiga berkumpul. Itu adalah granat kejut yang dapat membutakan mata.

"Awas!"

Sci-fi sangat merepotkan ya

Vinko_14creators' thoughts