webnovel

GenoSide - Akira Project

Perjalanan seseorang dalam menghadapi masa lalunya yang rusak. Mencoba untuk merebut kembali apa yang sudah di rengut darinya. Akankah dia bisa mendapatkanya kembali? Cari tahu lebih banyak dengan membaca pembukaan di lembar berikutnya!

Vinko_14 · Sci-fi
Not enough ratings
3 Chs

Chapter 2 - Pertemuan Kembali

William Tyre, tuan rumah kediaman Livera. Satu-satunya yang selamat dari pembantaian 59 orang pada jam 1 siang. Tanpa peringatan atau panggilan darurat apapun.

"Bukankah itu mencurigakan?" ucap Wills saat di perjalanan menuju departemen kepolisian sambil membolak balikkan halaman berkas yang sedang ia baca kembali.

"Mereka telah berkontribusi sebanyak 40% dalam pembangunan pabrik batu bara.

Kekayaan mereka sudah terdengar di penjuru kota barat, semua orang pasti mengenalnya dengan kekayaan seperti itu," lanjut Ash selagi mengendarai mobil.

"Ini tidak terlihat seperti penyerangan biasa, melainkan sesuatu yang lebih terencana. Ditambah terdapat beberapa point yang lebih janggal dalam kejadian tersebut.

Seperti kenapa mereka tidak segera meminta bantuan dari luar? Setiap korban memiliki luka sayatan dan juga tembakan yang menunjukan sebuah perlawanan. Mereka seperti  ingin mengatasinya sendiri tanpa di campur tangani oleh pihak lain.

Bukankah itu terlihat seperti urusan pribadi?"

"Bisnis illegal?"

"Lebih dari itu. Kita tidak tahu berapa banyak orang yang mereka lawan. Tidak ada satupun saksi yang melihat pelaku penyerangan tersebut masuk atau keluar. Tidak juga kendaraan atau orang-orang yang menuju tempat itu.

Yang jelas kasus ini jelas lebih dari pembantaian biasa. Pria bernama Tyre ini pasti mengetahui sesuatu tentang mereka."

---

Wanita dan Pria yang berada di ruang tengah itu berhasil menutup mata sebelum ledakan flashbang (geranat kejut) di depan mereka. Setelah itu bergegas menuju pintu belakang.

Dalam satu waktu, lontaran lainya memasuki jendela depan rumah. Kepulan asap putih menyebar dengan cepat, itu adalah bom jenis gas air mata. Menghirupnya sedikit saja akan membuat mata dan paru-paru terasa terbakar.

"Kalian baik-baik saja?!'

Akira datang memeriksa ruang tengah. Sementara dua teman lainya langsung menarik Akira ke rute pelarian. Situasi menjadi genting seketika.

Mereka tinggal di sebuah rumah usang yang sudah lama ditinggalkan. Namun pemilik sebelumnya telah memberinya kepada Akira, tempat itu menjadi persembunyian utama mereka selama 2 tahun terakhir.

Tidak ada hutan maupun penggunungan, hanya sebuah rumah apartemen kecil di sekitar bangunan usang lainya.

Beberapa pasukan khusus dari pihak polisi  menerobos rumah tersebut dari berbagai sisi. Sedangkan beberapa mobil lainya mengambil jalan lain untuk segera mengepung mereka.

Wills dan Ash turun dari mobil bersama Tyre.

"Kau yakin ini tempatnya?" tanya Ash.

"Kalian hanya perlu memeriksanya," ujar Tyre.

Sedangkan wajah Wills masih dipenuhi oleh banyak pertanyaan saat melihat Tyre.

"Ternyata kau memang tahu satu dua hal.

Bukan berarti kau akan dibebaskan setelah masalah ini selesai, kau pasti mengerti akan hal itu, bukan?"

Tyre hanya tunduk sambil menutup mata. Seorang polisi kembali memborgol tangan Tyre di belakang, lalu menyuruhnya untuk masuk kembali ke dalam mobil.

"Awasi dia sampai kami kembali." Sahut Wills kepada polisi yang lain.

"Tidak ada siapa-siapa di rumah ini."

"Konfirmasi setiap bagian rumah."

"Negatif."

"Mereka pergi ke arah utara!".

Dengan adanya helikopter pengawas yang mengintai di atas, mereka bisa dengan mudah mendapatkan informasi  dalam penangkapan dan pengepungan.

Semua polisi kembali bergerak untuk mengejar para tersangka.

Kota yang dulunya selalu sepi kini di penuhi oleh sirena mobil polisi yang berpencar ke seluruh arah.

"Apa kita juga perlu mengejarnya?" tanya Ash.

"Tidak, kita akan masuk kedalam."

Wills dan Ash masuk kedalam rumah tersebut setelah meminjam masker gas pada polisi setempat.

Dinding batu yang sudah mulai retak, lantai kayu yang sedikit berdecit ketika diinjak. Terdapat tangga yang menuju lantai dua di sebelah kiri, sedangkan lorong dari depan pintu depan lurus menuju dapur yang sederhana.

Di lantai dua, mereka menemukan 3 ruangan lagi. Sebuah ruang santai, perpustakaan kecil dan juga satu buah kamar mandi.

Satu-satunya yang menarik perhatian mereka berdua adalah ruang perpustakaan, tempat dimana sebuah mading dipenuhi oleh foto orang-orang yang saling terhubung. Tyre merupakan salah satu dari mereka.

Sedangkan beberapa di antaranya adalah korban-korban yang terdapat pada kasus sebelumnya, pabrik pengolahan narkotika dan kediaman Livera menjadi pusat dari semua foto tersebut.

Di sudut mading tersebut, terdapat kertas kecil berwarna kuning yang tertancap sebuah paku kecil bertuliskan, 

'hanya pembayaran yang setimpal'.

---

Sudah 1 jam setelah penyergapan berlangsung. Polisi telah kehilangan 3 tersangka yang mereka kejar.

Akira bersama dua orang lainya bernaung di bawah bangunan konstruksi yang tertinggal.

"Sepertinya mereka sudah tidak mengejar kita lagi." Ucap seorang pria yang selalu memakai syal hitam di lehernya.

Codename : V aka Vink

Spesialis dalam menggunakan pisau panjang miliknya yang selalu dibawa kemana pun ia pergi. Memiliki kelincahan yang bagus dalam pertarungan jarak dekat maupun jauh.

"Lagipula bagaimana mereka bisa tau tempat persembunyian kita?"

Keluh seorang wanita yang juga ikut bersama mereka akhirnya dapat duduk dengan lega.

Codename : D aka Dawnz

Handal dalam pertarungan jarak dekat menggunakan kapak panjangnya yang dibuat khusus untuk bertarung. Dapat merusak pertahanan lawan dengan mudah.

"Yang lebih penting lagi, apa tidak apa mereka melihat semua penelitianmu, Akira?" tanya Vink.

Akira mengeluarkan sebuah buku bersampul hijau "semua yang di perlukan ada disini, jadi tidak usah khawatir. Aku hanya meninggalkan pesan pendek untuk mereka disana".

"Oh, jadi begitu ya?" Seorang pria keluar dari bayang-bayangan besi kontruksi.

"Jika aku menghancurkanya, tidak ada lagi yang tersisa untukmu bukan?".

Akira sangat mengenali wajah orang itu. Pria berambut cepak hitam dengan luka gores di wajahnya. Pria itu adalah Tyre.

"Oh, kau rupanya! Kenapa bisa hidup lagi?!" celetuk Dawnz langsung menunjuk ke arah Tyre.

"Yang pasti bukan salahku sih," singgung Vink yang berada di sampingnya.

"Awalnya aku hanya ingin menangkap kalian, tapi setelah apa yang kalian lakukan, hal itu tidak mungkin terjadi lagi," Tyre memakai sebuah masker gas yang menutupi mulut dan hidungnya.

"V, D, berhati-hatilah. Dia sangat terampil dalam menggunakan gas bius."

"Tenanglah, aku sudah pernah membunuhnya sekali. Hanya perlu menebasnya lebih kuat kali ini ya kan?" Dawnz mengambil posisi menyerang.

Diikuti Vink yang juga ikut mengambil posisi bertarung.

Tyre mengetukkan jarinya seketika. Sekumpulan orang berjas hitam yang membawa senjata api kini mengepung mereka.

"Tembak."

Ribuan peluru mengarah langsung ke arah mereka bertiga. 

Mereka bertiga masing-masing berlindung di balik dinding rapuh yang tidak akan bertahan lama.

"Mau bertaruh siapa yang akan membunuh lebih banyak?" Tantang Dawnz kepada Vink.

"Sudah pasti aku lebih cepat darimu" balas Vink.

Mereka berdua langsung berpencar menerobos kedepan.

Akira hanya menghembus napas kuat melihat kelakuan mereka berdua.

"Tidak bisakah mereka sedikit lebih berhati-hati."

Musuh muncul di samping Akira seketika. Sebelum ia menekan pelatuk senapanya Akira sudah melempar pisau ke arah leher orang tersebut lalu mengambil senapanya kembali.

"PM2-V2 ya, selera kalian lumayan juga."

Selagi pertemuan tak terduga Akira dengan Tyre berkecamuk, Wills dan Ash kembali ke mobil untuk memeriksa Tyre.

Ash menahan Wills saat hendak melangkah keluar rumah.

"Sesuatu terasa tidak benar."

Ash menyadari bahwa kawasan di depan jalan terlalu sepi. Polisi yang menjaga pintu depan juga telah menghilang.

Ash mengeluarkan pistolnya dengan siaga, Wills pun mengerti dengan situasinya.

Mereka berdua mengawasi keadaan di luar dari dalam rumah, Wills melihat seseorang mengarahkan senjata kearah mereka. Ia langsung mendorong kepala Ash untuk langsung menunduk.

Dan benar saja, satu tembakan meleset mengenai dinding di atas kepala Ash. Suara tembakan sama sekali tidak terdengar, mereka memakai peredam senjata untuk menutupi suaranya.

Setelah mengetahui situasi dan arah tembakan itu berasal, Ash langsung berjalan keluar sambil menodongkan senjatanya.

BANG! BANG! BANG!

Tiga orang berjas hitam terjatuh.

Ash melihat ke sekitar. Semua polisi yang ada di kawasan tersebut telah mati tertembak.

Wills pun ikut keluar untuk memeriksa keadaan, namun di belakangnya terdapat pria bersenjata api lagi siap untuk menembaknya.

Ash berbalik ke arah Wills dan langsung menembak ke arahnya.

Melihat Ash yang menodong ke arahnya, Wills langsung menunduk. Tembakan itu berhasil mengenai pria berjas hitam di belakangnya.

"YANG BENAR SAJA!" teriak Wills. "Kau mau membunuhku?!"

"T-tenanglah Wills-"

"Aku bisa saja menuntutmu setelah pekerjaan ini selesai!"

"Tapi aku menyelamatkanmu!"

"Itu tidak mengubah fakta kau menembak pria tua tidak berdaya ini. Jika bukan karena insting bertahan ku yang kuat, aku pasti sudah mati!".

"Bisakah kita bahas masalah ini nanti?!".

Setelah itu, mereka menyadari bahwa tidak ada siapa-siapa lagi disana selain mobil polisi kosong yang terparkir.

"Cepat panggilan ambulan!".

Wills mendekati polisi yang masih hidup menahan rasa sakit tembakan di perutnya.

Setelah itu, ia pergi membuka pintu mobil tempat Tyre berada.

Tersangka sudah menghilang.