webnovel

chap 1 : menghindari perjodohan

Seorang pria tampak berjalan memasuki sebuah gedung perkantoran di pusat kota S. Badan tegap dengan kaki jenjangnya melangkah lebar. Memasuki sebuah ruangan kusus yang di dominasi warna gelap dan putih yang rapi dan artistik. Sebuah meja kerja berbahan kaca dan kursi putar khas kantor dengan punggungan yang tinggi, disisi yang lain ada sebuah sofa tamu yang melingkar menjadi bagian dari ruangan yang cukup lebar itu. Tampak pula tamanan hias di beberapa sisi ruangan. Dan lemari tembus pandang dengan beberapa buku disana.

Pria itu menghenyakkan tubuhnya ke kursi. Dia menghela nafas kasarnya berkali-kali. Sampai akhirnya dia meraih telpon kantor yang berada diatas meja. Ditekannya sambungan cepat ke telpon kantor asistennya.

"Hallo." suara dari balik sepiker.

"Andi. Cepat ke ruanganku segera!" perintah pria itu dengan nada tegas dan tak sabar.

Setelah Dia menutup sambungan dan meletakan ganggang telepon ditempatnya. Dia mulai memijit-mijit kepalanya yang serasa pusing dan mau pecah.

Tak lama terdengar suara pintu diketuk.

"Masuk!"

Pintu dibuka dan munculah seorang pria dengan rambut cepak melangkah mendekat hingga berjarak 1 meter dari meja tempat pria yang duduk dikursinya.

"Memanggil saya, Tuan Seno?" tanya pria itu yang di ketahui bernama Andi. 

"Mak Lampir itu akan datang satu bulan lagi."

Andi hanya manggut-manggut memahami Tuannya. 

"Dia meminta seorang menantu padaku." Lanjut pria yang duduk di kursi masih dengan bersandar dan memejamkan matanya. Tangannya masih memijit kepalanya.

"Semalaman aku dibuat tak bisa tidur karena dia menelpon dan cerewet sekali."

Andi masih menyimak.

Flash back

[Seno tengah menelpon di beranda kamarnya.

"Aku nggak bisa, Ma!" ucapnya pada benda pipih yang tertempel ditelinganya. "Aku nggak tertarik."

"Seno. Ingat umurmu. Kamu sudah 30tahun. Dan kamu masih lajang. Kamu tau gimana teman-teman Mama menyebutmu apa? Gay! Gay Seno!" pekik suara melengking tinggi dibalik spiker Hpnya.

"Biarkan saja, Ma. Itu hanya sebutan. Nggak penting."

"Baiklah kalau kamu mau begitu. Sekarang tinggal pilih. Mama jodohkan kamu dengan Raina atau kamu mau menikah dengan wanita pilihanmu sendiri?"

"Apaa? Raina?" mata Seno membulat mendengar nama itu disebut. "Enggak! Aku nggak mau dengan wanita ular itu!"

"Mama juga nggak mau! Papamu terus mendesak Mama untuk mengatur pernikahanmu dengannya."

"Maaa, Aku nggak mau!"

"Karena itu carilah wanitamu sendiri, Seno!"

Seno memejamkan matanya dan menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tengah mengatur emosinya.

"Baiklah." ucapnya menyetujui."Aku akan menikah. Dengan wanita pilihanku sendiri!"

"Deal! Mama kasih kamu waktu sebulan."

"Appaa?" pekik Seno tersentak. " Sebulan waktu yang terlalu cepat, Ma. Gimana aku bisa menikah dalam waktu satu bulan?"

"Kau mau Mama memangkasnya jadi tiga minggu, Seno?" suara ancaman dari Mama nya kembali keluar." Kamu tau sendiri bagaimana Papamu. Setidaknya jika kamu sudah menikah. Mama bisa membantumu.

Kembali Seno menghela nafasnya. Seno mencoba untuk bersabar.

"Baiklah! Satu bulan." ucap Seno akhirnya bersepakat.

"Bagus! Kabari Mama secepatnya."]

Seno menatap Andi yang berdiri tepat didepan meja kerjanya. Seno menegakkan duduknya,memajukan tubuhnya dan meletakan siku tangannya diatas meja.

"Aku butuh seorang istri." ucapnya datar. "Carikan kandidatnya." titah Seno singkat.

Andi memelengkan kepalanya berusaha memahami pernyataan Tuannya itu.

"Bukankah anda sudah punya, Tuan Seno?" ucapnya balik bertanya pada Tuannya ."Raina."

"Hiiiissshhhh..." Desis Seno mendelik tak suka. "Tak bisa kah kau tak menyebut wanita ular itu?"

Andi terkekeh.

"Baiklah, Tuan." ucap Andi masih dengan kekehannya. "Anda mau yang bagaimana? Untuk mencari orang yang bersedia menikah dengan anda tentu sangat mudah. Tapi memilih yang anda suka itu sangat susah." Terang Andi jujur.

Seno terdiam. Dia terlihat berfikir sejenak.

"Aku tidak suka yang aneh-aneh."

"Anda mau seorang yang lugu."

Seno menggeleng.

"Jadi?"

Seno terdiam. Dia terlihat berfikir.

" Aku tidak ingin menikah. Kenapa mereka terus memaksaku?" keluhnya kesal dengan sedikit frustasi.

Seno terdiam lagi.

"Andi!"

"Ya, Tuan."

"Kau bilang, kau punya teman masa kecil di kampungmu, bukan ?"

"Yang mana, Tuan?" Andi terlihat bingung, ia memang terlalu banyak bercerita dangan Seno. Mau bagaimana lagi mereka selalu berdua kemanapun. Hingga ia dikira menjadi pasangan gay nya Seno .

Untung Dia sudah punya pacar, sehingga berita itu bisa segera mereda. Namun tetap saja ada yang masih berfikir dia dan Seno pasangan Gay. Astaga!

"Itu! Kau pernah bercerita ada teman mu yang juga dikejar ibunya untuk menikah, bukan?"

"Aahh.. Gigi maksudnya?"

"Iya. Benar. Dia saja!"

"Tapi Tuan..."

" Dia orang kampung. Pasti mudah membujuknya. "

" Tapi Tuan.... "

" Dimana kampungmu itu... " Seno mengingat-ingat.

" Tuan.. Sebenarnya... "

" Ahh.. Kota J ya. " Ucap Seno tanpa memperdulikan Andi yang mencoba memberitahunya sesuatu. " Kita kesana besok pagi."

Andi tersenyum canggung.

" Aahh.. Bodolah nanti mau bagaimana. Aku sudah mencoba menjelaskan tapi dia seperti tak mau dengar. Ini bukan salah ku. " batin Andi kala itu melihat Tuannya tampak seperti sudah keluar dari masalah hidupnya yang berat.

Hmmm.. apa yang bakal terjadi ya..!?

like

komen

vote

fav

tengkyu