webnovel

G.X New Impact

Cerita bermula saat seorang profesor terkenal menemukan sebuah serum yang menjadi solusi bagi evolusi makhluk hidup. Namun, secara diam-diam dia menyuntikkan serum tersebut kepada anak-anak bukannya hewan ternak. Penyuntikan serum tersebut menimbulkan anomali aneh pada tubuh anak-anak, fenomena ini disebut Gen-X (Generation of serum X). Berfokus pada seorang anak bernama Snow dan adiknya yang berhasil kabur dari penilitian serum tersebut, dulu mereka hidup sebagai gelandangan dan menghadapi kerasnya hidup, kini mereka dapat menjadi bagian dari departemen pertahahan bernama "INFINITE". Departemen tersebut bertugas menangani para pengguna Gen-X yang melakukan aksi kriminal. Akankah mereka dapat mengatasi segala misi yang diberikan atau malah sebaliknya?

Mavro_Lefko · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
252 Chs

CHIO

Ah... tubuhku rasanya sangat nyaman, aku tidak pernah merasa senyaman ini dalam hidupku. Sangat sunyi dan rasanya damai, apakah ini yang dinamakan kematian? Benar-benar damai. Terlebih lagi tubuhku yang semula terasa sakit sekarang terasa sangat ringan dan sehat, ini... benar-benar membuatku damai.

"Snow."

Suara? Bukannya aku sudah mati?

"Snow."

Tunggu! Suara ini, jangan bilang.

"Snow... anakku."

"Ibu?"

Itu memang ibu! Aku... sangat merindukannya.

"Ibu! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu."

"Kau belum boleh ke sini anakku."

"Eh?! Kenapa?"

"Kembalilah nak, ini masih terlalu cepat."

"Tidak! Tunggu! Ibu!"

Sial tubuhku semakin menjauh darinya, ibu!

"Tolong jaga adikmu ya...."

"Li... lith."

"Ibu mengandalkanmu anakku."

Tidak! Ibu tunggu! Jangan pergi!

***

"Ibu!!!"

"Waaa!!!"

Eh? Aku masih hidup? Apa benar aku masih hidup?

"Waa! Dia hidup!!!"

"Huh??"

Tunggu dulu, siapa dia?

"Mayatnya hidup!!!"

Orang dengan jubah besar ini berisik sekali.

"Maaf, tapi siapa kau?"

"Dia bicara!!!"

"Berisik!!!"

Aku dengan spontan memukul kepalanya dan seketika itu dia langsung terdiam, eskpresi tubuhnya semakin terlihat ketakutan setelah kupukul tadi.

"Aku mohon, jangan makan aku! Aku hanya ingin pergi ke selatan! Aku tidak punya uang, tempat tinggal, maupun keluarga!"

Dia bersujud dihadapanku, dengan tubuh yang gemetar dia terus menerus memohon kepadaku. Apa-apaan orang ini? Dia seperti melihat hantu saja.

"Kumohon setidaknya biarkan aku sampai ke selatan terlebih dahulu, setelah itu kau boleh memakanku."

"Anu... aku sama sekali tidak berniat memakanmu."

Terlebih lagi, mana mungkin aku makan manusia!

"Eh? Benarkah?"

"Ya, aku ini manusia. Mana mungkin manusia memakan sesamanya."

"Manusia?"

Eh? Kenapa reaksinya begitu?

"Ya, manusia. Kau juga manusia kan?"

"Tidak, aku adalah elf dan belum pernah ada makhluk bernama manusia disini. Kau ini sebenarnya apa?"

Elf? Mahkluk macam apa itu?!

"Ah! Aku tau! Kau pasti berasal dari Jotunheimr, aku benar kan?"

Jotun... apa?

"Kalau kau berasal berasal dari sana, berarti kau adalah raksasa."

"Raksasa?"

"Iya, ras raksasa adalah ras yang paling superior di dunia ini, mereka memiliki tinggi yang jauh dari normal, dan ciri khas mereka adalah tanduk yang ada di kepala mereka. Tapi aneh juga ya, kau memiliki tanduk tapi tinggimu sama dengan kami para elf."

Tentu saja karena Aku ini manusia, ada-ada saja orang ini.

"Tapi, entah kenapa setelah mengobrol denganmu aku merasa sangat nyaman. Hei-hei siapa namamu?!"

Woah! Dia sangat bersemangat.

"Namaku... Snow."

"Snow? Nama yang aneh."

Ya mau bagaimana lagi, nama ini juga terdengar sangat aneh di tempat tinggalku.

"Namaku Chion, kau bisa memanggilku Chio."

Namanya bahkan lebih aneh daripada namaku, ya ampun... kepalaku masih sangat sakit.

"Jangan banyak bergerak dulu, lukamu masih belum menutup sempurna."

"Luka?"

Ah, dia benar. Luka-luka ini karena bertarung dengan Rocka dan Light... tunggu dulu!

"Maaf, tapi... bagaimana bisa lubang besar di perutku tertutup dengan sempurna? Dan, sekarang ini aku ada dimana?"

"Sekarang ini kita ada Muspell, tempat para raksasa api. Tapi mereka sudah sangat jarang terlihat karena perang Ragnarok, sudah 500 tahun sejak perang itu berakhir."

Perang Rag... apa?

"Bisa kau jawab pertanyaanku yang pertama tadi?"

"Oh luka diperutmu? Aku menyembuhkannya sampai tertutup sempurna, butuh 2 hari 2 malam untuk menyelesaikannya."

Mustahil! Lubang besar di perutku bisa sembuh? Siapakah dia sebenarnya? Bagaimana caranya dia menyembuhkan semua lukaku?

"Maaf, tapi aku sama sekali tidak terlalu paham dengan apa yang kau ucapkan."

Dia sedikit tertawa kecil dan menepuk pundakku.

"Tenang saja, karena kau bukan raksasa pemakan elf, aku akan menjagamu sampai kau sembuh."

"Hahaha...."

Ada apa dengan pola pikir orang ini? Kenapa dia bisa sesantai ini?

"Sekarang kau istirahatlah, nanti akan kubangunkan kalau sudah pagi."

Ya, aku tidak peduli lagi. Setidaknya aku ingin menghemat energi... sampai... besok pagi.

Sial kenapa tiba-tiba aku merasa sangat mengantuk.

***

"Hei, Snow bangun! Ini sudah pagi."

Pagi? Tidurku nyenyak sekali semalam, dan badanku terasa sangat segar.

"Selamat pagi, Lilith."

"Lilith?"

Oh! aku lupa, sekarang ini aku sedang berada di dimensi lain. Sial, aku sangat merindukannya

"Maaf ya, aku kira kau adalah adikku."

"Kau punya seorang adik?"

"Ya, dia adalah adik yang baik, periang, dan sangat penyayang. Tapi terkadang dia sangat manja dan cengeng, dan aku sangat... menyayanginya."

Sial, saat membicarakan Lilith hatiku langsung terasa sangat sakit. Apa aku memang tidak bisa kembali?

"Snow... kau terlihat sangat sedih, apa yang terjadi padanya?"

"Tidak, tidak terjadi apa-apa padanya. Hanya saja... bagaimana mengatakannya ya? Dia berada di tempat yang sangat jauh dari sini, dan aku tidak tau jalan untuk kembali kesana."

Seandainya saja aku tau caranya kembali, belum tentu aku bisa melakukannya.

"Aku tidak begitu paham, tapi... yang sabar ya Snow."

"Terimakasih."

Orang ini lalu memeriksa semua lukaku, dan dia memberiku makanan. Kalau boleh jujur, makanan yang akan kumakan saat ini adalah seekor ulat putih bakar yang sangat besar, ukurannya satu genggaman tangan orang dewasa! Dan saat pertama kali melihatnya perutku langsung mual.

"Eh? Kau tidak mau makan?"

Kau pikir aku ini apa?! Burung? Mana mungkin aku bisa memakannya!

Aku bisa mendengar suara tawa kecil darinya, dan seketika aku merasa akan ada bencana datang.

"Hora!"

Dia dengan paksa memasukkan ulat ini ke mulutku! Menjijikkan! Meniijikkan! Menjijikkan!

"Huh?"

"Hehehe, bagaimana? Enak kan?"

Enak, tapi sensasinya menjijikkan! Meskipun bentuknya sangat aneh, tapi rasanya sangat enak. Rasanya seperti... telur? Ayam? Aku tidak begitu paham.

"Aku sudah sangat lama berkelana, dan ulat ini adalah makanan yang paling sering kumakan."

"Berkelana? Sebenarnya apa yang kau cari di selatan?"

"Hem... sebenarnya aku ingin ke negeri para elf, tempat itu bernama Alfheim."

"Oh, kau ingin pulang?"

"Bukan begitu, lebih tepatnya aku ini tidak berasal dari sana."

Aku sangat bingung dengan perkataannya.

"Waktu kecil, aku tiba-tiba saja hilang ingatan. Dan entah kenapa aku selalu berlarian kesana kemari tanpa arah dan tujuan, sampai akhirnya aku pingsan di tengah hutan. Saat tersadar aku sudah berada di rumah yang sangat kecil, bahkan semua perabotannya kecil, rumah itu adalah rumah dwarf."

"Dwarf?"

"Ya, dwarf adalah ras mahkluk kecil dan sangat pendek, mereka adalah makhluk yang penuh kerja keras, biasanya mereka berkerja sebagai petani, penambang, dan pengerajin. Aku dirawat oleh pasangan dwarf, mereka menyayangiku seperti anaknya sendiri. Lalu saat aku beranjak remaja mereka memberitahuku semua tentang elf, dan dari cerita itulah aku jadi sangat penasaran dengan rasku sendiri."

Hem... begitu ya, dia berbicara seolah dia sudah hidup sangat lama. Mungkinkah dia orang dewasa?

"Kalau boleh tau, berapa umurmu?"

"Aku? Tahun ini aku berumur 1900 tahun."

Hahaha... dia pasti bercanda.

"Oh, 19 tahun ya."

"Apa kau baru saja mengejekku?! Itu umurku waktu masih bayi!"

Hah?! Bayi 19 tahun?! Mana mungkin ada bayi dengan umur setua itu!

"Kami ras elf memiliki umur yang sangat panjang, lebih panjang dari ras manapun bahkan umur raksasa hanya seperempat umur kami."

Aku benar-benar tidak paham.

"Kesampingkan hal itu, sekarang aku harus segera melanjutkan perjalanan."

"Kau pergi sendirian?"

"Tentu saja, aku selalu kemana-mana sendiri, bahkan di desa para dwarf aku selalu sendiri. Mereka semua menjauhiku karena aku berbeda, orangtua dwarfku sebenarnya ingin ikut denganku, tapi aku melarangnya karena mereka sudah sangat tua. Pada akhirnya aku memulai perjalan ini sendirian... tanpa teman."

Kalau dipikir lagi, kasihan juga membiarkannya pergi sendiri. Lagipula menemani lansia berpergian juga bukan hal yang buruk.

"Kalau begitu, izinkan aku ikut denganmu."

"Huh?! Kau yakin? Perjalan ini sangat lama dan berbahaya."

"Tidak masalah, anggap saja ini sebagai rasa terimakasihku karena kau sudah menyembuhkan semua lukaku. Sekalian juga, aku ingin mencari informasi untuk bisa kembali ke tempat adikku berada."

Dia sedari tadi menggaruk kepalanya yang tertutup jubah itu dan berjalan kesana-kemari, apa butuh pertimbangan yang sangat berat untuk mengijinkanku ikut?

"Baiklah! Sudah kuputuskan!"

Oh, akhirnya.

"Kutolak tawaranmu!"

Apa?!

"Tunggu dulu, sangat berbahaya membiarkan orang tua sepertimu berpergian jauh."

"Kau tadi bilang apa?!!!"

Ah! Sial, mulutku tidak bisa dikontrol.

"Maaf ya, aku tidak...."

"Asal kau tau saja! 1900 tahun itu masih masuk kategori remaja dalam perhitungan umur para elf! Terlebih lagi aku tidak suka kalau ada orang membahas umurku yang sangat panjang ini!"

Gawat, dia sangat marah.

"Baiklah! Kau sudah membuat persaanku jadi sangat buruk sekarang! Begini saja, jika kau bisa mengalahkanku, maka akan kuijinkan kau ikut! Dan jika kau kalah, kau harus menjadi pelayanku seumur hidupmu!"

Eh? Kenapa malah jadi begini?! Kalau dipikir kembali, mau menang atau kalah aku akan tetap ikut dengannya. Aku benar kan?

"Aku mulai sekarang ya, Snow!"

Dia langsung menghilang dari hadapanku!

"Cepat sekali!"

Dia bergerak ke seluruh arah untuk membuatku bingung, dengan jubah sebesar itu dia masih bisa bergerak sangat cepat!

"Kena kau!"

Serangan mendadak ya? Boleh juga, tapi...

"Ice Block."

"Dinding es?!"

Aku tidak akan kalah dengan mudah.

"Jadi kau punya kekuatan elemen juga ya, kebetulan sekali elemen kita sama."

Elemen?

"Makan ini!"

Tiba-tiba tanah dibawahku membentuk sebuah mulut hiu yang sangat besar, dan hiu ini... terbuat dari es!

"Gawat!"

"Hahaha! Makan dia!"

Bisa gawat kalau sampai tertelan, tidak ada pilihan lain!

"Datanglah, Jormud!"

Jormud datang dengan sangat cepat, dia langsung menghancurkan hiu es itu dengan sekali gigit.

"Oh! Jormud, tubuhmu sudah sembuh dan kau terlihat lebih baik sekarang."

Dia terlihat sangat senang melihatku, beberapa kali dia mengusapkan kepalanya yang sangat besar ini ke tubuhku.

"Iya iya, aku juga senang melihatmu."

"Uuu.... lar!"

Sepertinya orang ini sangat takut dengan ular.

"Jangan takut, dia ini ularku namanya Jormud."

"Jormud?! Maksudmu ular air legendaris dengan ukuran yang setara dengan pegunungan itu?!"

Aku tidak tau maksudnya dengan legendaris, tapi Jormud memang ular air dan ular ini juga sangat besar

"Ya... mungkin."

"Bagaimana mungkin hewan legendaris sepertinya bisa dengan mudahnya menuruti kata-katamu?!"

Kakinya gemetaran. Melihat tingkahnya Jormud sedikit mendesis tepat didepan wajahnya, dan itu membuatnya langsung lemas.

"Baiklah! Baiklah! Baiklah! Aku akan mengijinkanmu ikut! Tapi jangan biarkan ularmu memakanku."

"Oke."

Saat kuminta untuk kembali ketempatnya, Jormud langsung menolak. Sepertinya dia tidak ingin jauh dariku.

"Aku tau kalau kau khawatir denganku, Jormud. Tapi aku tidak mungkin membiarkan ular raksasa sepertimu berjalan ditengah-tengah kerumunan orang nantinya."

Mendengarnya Jormud langsung tertunduk, dia terlihat sangat sedih.

"Huh... apa boleh buat. Baiklah kau boleh tetap berada disampingku, tapi apa kau bisa membuat tubuhmu mengecil ke ukuran ular normal lainnya?"

Dia langsung menggetarkan ekornya dan seketika tubuhnya terbungkus es yang sangat besar, dan saat es itu hancur didalamnya muncul seekor ular putih yang sangat kecil.

"Anu... jangan-jangan kamu ini Jormud?"

Ular itu langsung menaiki tubuhku dan mengusapkan wajahnya ke pipiku.

"Sepertinya ini memang kau ya."

"Wah! Imut sekali! Boleh aku menyentuhmu?!"

Saat dia mendekatkan tangannya ke kepala Jormud, seketika itu juga Jormud menggigit tanganya.

"Sakit! Wah, Rasanya sangat dingin!"

"Jormud, jangan gigit dia."

"Tidak apa-apa, lagi pula ular sepertinya itu tidak beracun."

"Syukurlah."

Sepertinya Jormud tidak menyukainya.

"Sebelum berangkat, kau perlu sesuatu untuk menutupi tubuhmu itu."

Benar juga, aku masih telanjang dada dari kemarin.

"Ini pakai jubahku."

"Terimaka...."

Dan seketika itu aku tersadar, dia adalah seoarang wanita. Rambutnya pirang, matanya biru cerah, kulitnya seputih salju, dan terlihat indah dengan pakaian berwarna biru. Tapi ada satu hal yang membuat semua perhatianku teralihkan, itu adalah telinganya! Daun telinganya sangat panjang, keren!

"Maaf... telingamu..."

"Apa ada yang salah dengan telingaku?"

"Tidak... hanya saja, bagaimana telingamu bisa sepanjang itu?"

"Hahaha! Kau ini sangat lucu! Tentu saja telingaku panjang, aku ini elf dan telinga panjang ini adalah ciri khas kami."

Wow! Keren sekali! Kalau saja saat ini aku membawa ponsel, akan kuabadikan momen ini, terlebih lagi ini pengalaman sekali seumur hidup

"Kalau begitu, ayo kita berangkat Snow!"

"Ya, Chio."

Seandainya saja waktu itu Light tidak datang kemari, aku pasti sudah menang saat melawan Rocka dan bisa pulang sekarang. Aku ingin tau, sampai berapa lama aku akan terjebak di dimensi aneh ini? Tapi setidaknya, aku masih diberi kesempatan hidup.

***

"Pasti ada jalan pulang."