webnovel

Chapter 5

Tiba tiba benda tersebut terhempas jatuh dengan suara yang nyaring dan kuat, merusak semua aliran pikiran mereka, semua mata tertuju terhadap Garron dimana hanya mejanya yang berantakan, bahkan pelatih menghampirinya dengan wajah yang kesal dan jengkel.

"Mengapa semua barang tidak dimasukkan?!" bentak pelatih

Garron dengan gugup menjawab, "itu karena, saya bukan murid bangsawan."

Pelatih yang berdiri didepannya justru tak menganggap itu adalah sebuah alasan, "kamu pikir energi kamu dikit?! kamu seharusnya berpikir kenapa kamu bisa lolos disini, semua sudah diuji dan dipastikan secara akurat!"

"Tapi pak, saya terus merasa lelah ketika mencoba memasukkan barang barang saya pak."

"Itu karena barang yang kamu bawa terlalu banyak!"

Benar benar amarah yang tak terkendali, Garron dibentak habis habisan oleh pelatih tersebut, karena pelajaran aliran pikiran ini dilakukan sehari sekali, untung memfungsikan telepati satu sama lain, Agatha dipojok melihat Garron dia hanya tertawa tipis dengan perasaan yang puas.

Sedangkan Anatha melihat dengan simpati dia justru ikut campur pembicaraan antara pelatih dan Garron, "Pelatih, permisi maaf untuk hal ini, saya akan membantu Garron untuk menggunakan energinya."

Agatha berbalik kearah Anatha, menatap jengkel dan kesal atas tingkah laku adiknya lagi lagi bertindak seenaknya Agatha mengacungkan tangan di dalam obrolan Anatha dan sang pelatih, "Pelatih, Anatha seharusnya tidak membantu Garron, itu sudah tugas pelatih disini, bukan? lalu saya dari tadi harus keluar masuk aliran pikiran dan terganggu karena barang barang di atas meja Garron terus berterbangan, ditambah dengan mejanya yang sangat berisik, apa itu masih mengatakan dirinya lebih?"

Pelatih pun berpikir tentang apa yang dikatakan oleh putri Agatha, ia tak heran mengapa hanya Agatha yang merasakan hal tersebut, justru Agatha membuat teman temannya keheranan, mengapa hanya dia saja, semua berbisik halus dengan mengatakan 'putri Agatha sedang membual' Pelatih dengan tegas meluruskan mengapa hanya putri Agatha.

"Saya dengar apa yang kalian katakan tentang putri Agatha! jika ilmu kalian masih kurang harusnya kalian belajar, bukan membicarakan orang lain! tau dimana kesalahan kalian? putri Agatha memiliki energi yang berbeda dengan kalian semua, bahkan sekalipun putri Anatha, energi yang ia miliki adalah sebuah energi netral yang bisa diterima dimana saja, dan itulah alasan mengapa dia bisa keluar masuk saat pelajaran aliran pikiran!"

Semua terdiam tercengang bahkan putri Agatha sendiri, semua mata saling bertemu dengan kepala yang tertunduk karena rasa malu.

"Karena aliran pikiran hanya bisa dilakukan sekali dalam pelajaran dan kita digagalkan oleh murid baru yang masih kurang dalam menggunakan energi, jadi untuk Garron silahkan menemui saya diwaktu yang ditentukan, pelajaran diakhiri dan silahkan kembali ke ruang materi."

Sembari memberi kalimat penutup, Garron yang sibuk membereskan barang di atas mejanya harus terdiam ketika dia mendapati jadwal tambahan, dengan tatapan tajam yang terus ia terima selama murid lain berjalan hanya putri Anatha yang menyapa riang.

Hati Garron berdegup kencang sampai ia tak mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pelatihnya, semua lepas kendali hanya karena sapaan riang dari putri Anatha mengharuskan dirinya dimarahi guru karena wajahnya yang membalas sapaan dari putri Anatha.

Sebagian besar siswa akan kembali ke ruang materi, di barisan akhir menyisakan pelatih dan Garron yang berjalan sampingan, dengan iringan suara tabrakan dari dalam tas Garron, semua berisikan benda yang ia bawa, tas itu diberikan oleh pelatih untuk Garron dengan sedikit racikan sihir yang bisa membuat tas tersebut menyesuaikan benda yang masuk.

"Namamu Garron bukan?" ucap pelatih yang sedikit membuka dirinya, ia merasa bersalah ketika praktek terus memarahi Garron, yang sangat terlihat lugu didepan guru, mata Garron seketika menatap sang guru yang tadi ia hanya tertunduk kini ia menjawab "Garron Malvis."

"Garron, sepertinya dirimu terlihat menyukai putri Anatha?"

Mendengar nama Anatha, membuat hati Garron berdegup kencang ia sampai harus membungkukkan tubuhnya, "Eh, emmm...bagaimana pelatih bisa menduga? aku sepertinya menyukai putri."

Ungkapan perasaan yang aneh, membuat pelatih bertanya tanya dalam dirinya, "Maksudmu putri... siapa?"

"Ah, tidak, tidak lupakan saja, bukan hal penting." Garron menjawab panik karena sang pelatih kebingungan dan sepertinya jika terus dijawab akan semakin dalam.

Garron sepanjang jalan hanya menunduk dengan memegang tali tasnya, perasaannya terlalu gugup dihadapan pelatih yang terus memarahi nya di kelas, ia takut jika perasaan nya diketahui orang orang, dengan rasa penasaran yang kuat sang pelatih mencoba memasuki pikiran Garron, bahkan saat berjalan dia harus menstabilkan energi miliknya.

"Apabila benar, anak ini menyukai putri Anatha dia harusnya diasingkan! jika dibiarkan bisa menimbulkan masalah, tapi...buktiku kurang kuat, apa aku coba masuk saja ya." gumam pelatih.

"Oke, ini percobaan kelima, jika benar benar tidak bisa, ada yang aneh dari anak ini! harus dicurigai." gumam pelatih.

Efek dari sihir ini membuat target akan menerima ketidaknyamanan dari segala hal, saat ini Garron merasa setengah tubuhnya panas, terutama di dekat pelatih.

"Saya rasa pelatih tidak ingin berbicara hal lain, mohon izin kan saya pergi keruang materi, teman teman pasti menunggu." ucap Garron sembari menunduk, akses pelatih pun menjadi gagal, dengan terpaksa menjawab izin Garron dengan candaan ringan, dan tepukan punggung, Garron segera berlari ke depan dan menatap aneh sang pelatih.

"Huh... sepertinya anak itu tidak nyaman denganku." eluh pelatih jauh dibelakang Garron.

****

Di ruang materi Garron menjadi murid yang paling ditunggu tunggu, dengan masuk dirinya di dalam kelas yang sudah di hadiri oleh guru selanjutnya membuat keterlambatan dirinya dipertanyakan, terlihat dari depan tatapan Garron tak teralihkan ke hadapan putri Anatha, Agatha yang terus terang tidak menyukainya malah mengolok olok Garron dari tempatnya.

"Siapa nama mu? terlihat asing dikelas ini bahkan bau mu juga." ucap sang guru

"Perkenalkan, saya Garron Malvis murid pribumi tanpa darah bangsawan." Garron menjawab dengan sopan dan membungkuk dihadapan sang guru.

"Pribumi? berarti kamu seperti Luna? anak anak Garron ini murid hasil sertifikat itu?" tiba tiba guru melempar pertanyaan ke seisi kelas, dia heran setelah sekian periode setelah Luna akhirnya murdi berbakat pun hadir di sekolah ini.

Dengan bangga Garron menjawab, "Benar sekali, saya murid hasil sertifikat white children, setelah 2 tahun. Lalu tempat duduk saya dekat dengan kedua putri kembar yang sangat cantik."

Agatha dengan spontan menjawab, "Menjijikkan." sedangkan Anatha merespon pujian dari Garron, bagaimana dengan respon seisi kelas? tentunya mereka sama dengan Agatha, bahkan sang guru sekaligus merasa aneh dengan pribumi satu ini.

Melalu baunya yang sangat asing, dikelas Garron sepertinya akan menjadi murid yang terus dicurigai karena dia berusaha mendekati dua putri ras Floire.