Sudah dua hari berlalu semenjak diketahui bahwa Stephanie ternyata adalah Anak Dewa yang dicari oleh Gereja Keselamatan. Semenjak hari itu Stephanie tidak pernah menampakkan dirinya di sekolah lagi. Para guru mengatakan bahwa Stephanie akan pindah ke Ibukota, tempat dimana Pusat Gereja Keselamatan berada. Mengenai diriku, aku juga bolos sekolah setelah mengetahui kepindahan Stephanie ke Ibukota.
Aku memanfaatkan waktuku untuk bekerja secara fulltime di Restoran Paman Ben. Aku mencoba mengalihkan pikiranku dari Stephanie. Namun, itu tak semudah yang kupikirkan. Pada malam hari, tepat pada pukul 09.44, sebuah mobil terparkir di halaman Restoran Paman Ben. Aku mengenali mobil itu, bagaimanapun aku sering menaikinya. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah mobil milik keluarga Stephanie.
Sesosok pria keluar dari mobil tersebut. Aku segera mengenalinya, dia adalah kakak dari Stephanie, Dawson Emilion. Dia memasuki restoran lalu menatap kearahku, "Kita perlu bicara beberapa hal." Dawson mengajakku untuk keluar Restoran. Aku kemudian menoleh pada rekan kerjaku, Selby. "Tolong kirimkan pesanan ini ke meja 3, aku akan keluar sebentar."
Selby menerimanya, ia kemudian berkata,"Baik tapi cepatlah, kami memiliki banyak pelanggan disini."
"Oke," ucapku. Aku kemudian pergi keluar Restoran dan mendekati Dawson yang sedang menungguku dibawah pohon pinggir jalan.
"Kau masih bekerja di restoran kumuh ini, aku sampai hari ini masih heran, kenapa adikku mau berkenalan dengan orang sepertimu." Percakapan kami diawali dengan penghinaan Dawson padaku untuk yang kesekian kalinya.
Aku sudah kebal dengan hal itu. "Apa kau datang kemari hanya untuk mengatakan itu?"
Dawson terkekeh, "Tentu kau tahukan bahwa adikku akan pindah? Sebenarnya tidak hanya adikku tetapi kami sekeluarga juga akan pindah ke Ibukota."
"Aku sudah mendengarnya, kau pasti senang mempunyai adik calon Exor." Semua keluarga Stephanie akan pindah, ini sedikit tak terduga.
Dawson menatapku dengan serius, "Gereja Keselamatan telah menjelaskan pada kami, Dunia Exor sangat berbahaya, aku akan mengatakannya langsung padamu. Lupakan Stephanie dan jalanilah hidupmu seperti biasanya. Ini juga untuk keamananmu sendiri."
Aku menundukkan wajahku dan bergumam, "Apakah ini untuk keamananku, atau keinginanmu?"
"Keduanya," jawab Dawson tanpa ragu.
Tanpa diberitahupun sebenarnya aku sudah tahu. Aku telah menebaknya semenjak Stephanie secara resmi menjadi calon Exor. Kesenjangan kami sekarang terlalu besar, aku sadar bahwa aku mungkin tak akan pernah bertemu dengan Stephanie lagi. Sama seperti yang pernah kubilang, bagiku Stephanie adalah sosok yang membuatku terus bertahan dalam kelamnya hidupku.
"Besok, Stephanie mungkin akan menemuimu, pada saat itu tiba, aku harap kau bisa menanggapinya dengan bijaksana."
Setelah mengatakan itu, dia melenggang pergi meninggalkanku sendiri.
***
Pada larut malam, akhirnya aku sampai di rumah. Sepeti biasa, rumahku sangat sepi dan taka da orang yang menyambut kedatanganku. Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum tidur. Dengan dinginnya suhu malam, aku memakai air hangat untuk membasuh tubuhku. Untuk sekejap aku memandangi luka-luka yang menghiasi tubuhku.
Setelah beberapa saat, aku mengeringkan tubuhku dan memakai pakaian tidur, kali ini aku tidak memilih untuk tidur di kamarku, tetapi di kamar Ibuku. Sudah sekian lama semenjak aku tidur di kamarnya. Biasanya, aku tidur di kamar Ibu saat aku merasa bimbang dan putus asa. Hari ini, aku juga bisa merasakannya dengan jelas, keputusasaan yang mengalir dengan jelas di tubuhku.
Saat kubuka pintu kamar milik Ibuku, kulihat kamarnya berdebu dan acak-acakan. Aku tak memiliki waktu untuk membersihkan kamar Ibu akhir-akhir ini. Aku kemudian membereskan kamar Ibu, pertama-tama aku membersihkan debu yang ada dilantai serta diatas ranjang. Setelah itu aku membereskan barang-barang milik Ibu yang sudah dimasukan ke dalam kotak kardus.
Tanganku berhenti bergerak saat kulihat sebuah kotak kardus berwarna hitam legam dengan simbol segitiga terbalik yang dikelilingi sebuah lingkaran. Aku merasa pernah melihat simbol ini … Benar, Wanita berdada besar itu! Aku melihat tato yang sama di leher bagian belakangnya. Apakah simbol tersebut memiliki arti khusus? Sebenarnya aku telah melihat dan membuka kotak ini berkali-kali, tetapi aku kembali penasaran dengan makna simbol tersebut.
Aku membuka kotak itu, seperti dalam ingatanku, kotak itu berisi cincin dengan batu berwarna ungu aneh, selain cincin ada juga buku kecil dengan bahasa aneh yang tidak dapat kukenali dan yang paling mencolok adalah topeng berwajah domba yang sedang tersenyum.
Sebelum-sebelumnya, aku hanya berpikir bahwa ini adalah koleksi aneh milik Ibuku, tetapi sekarang aku merasa bahwa ketiga benda ini mungkin saja bukan benda biasa. Aku mengambil cincin itu dan mencoba memakainya. Tetapi tidak ada yang terjadi. Kemudian aku mengambil topeng domba itu dan memakainya juga. Masih tak ada yang terjadi. Setelah itu aku membuka buku kecil tersebut dan mencoba membaca kalimat pertama pada halaman pertama buku kecil itu.
"O Kaosa, zuk erakusten dzun bidea jarraituko dut."
Pada saat itu aku merasakan rasa sakit yang berkembang di dadaku. Rasanya seolah bagian dalam dadaku sedang terbakar. Aku kemudian merasakan sesak nafas yang sangat mengganggu. Aku menghadap keatas langit-langit kamar sembari memegang leherku. Kucoba untuk menghirup nafas dalam-dalam berulang kali, namun rasa sesaknya tak hilang-hilang. Aku menutup mataku mencoba untuk pasrah, tetapi dalam sekejap rasa sakit yang kurasakan menghilang begitu saja.
Aku membuka mataku perlahan, rasa takjub menguasai pikiranku. Aku melihat angkasa yang sangat luas dengan berbagai isinya. Kulihat sekitarku, tubuhku seolah sedang melayang di luar angkasa. Aku bertanya-tanya, apakah aku sedang berhalusinasi atau aku memang secara ajaib pindah ke luar angkasa?
Aku kemudian melihat asap hitam menyebar dengan cepat seolah menelan alam semesta. Sedetik kemudian, tubuhku yang tak bisa bergerak juga tertelan oleh asap tersebut. Suara yang menggema kemudian membuatku gemetar.
"Egin kaosa lurraren gainazalean eta botere paregabea emango dizut."
Sesaat kemudian aku merasakan kesadaranku lenyap seketika.
***
Suara klakson mobil membuatku tersadar, aku perlahan membuka mataku melihat langit-langit ruangan yang berwarna putih. Kesadaranku masih belum terkumpul sepenuhnya, aku dengan hati-hati mengingat apa yang terjadi pada semalam. Benar! Suara menakutkan itu! Pengalaman aneh semalam dapat kuingat dengan jelas, tetapi aku masih kurang yakin, apakah semalam hanya bagian dari mimpiku atau sesuatu memang telah terjadi pada diriku.
Ketiga benda itu masih ada, aku mencoba melakukan hal yang sama seperti semalam, tetapi kali ini tidak ada yang terjadi. Dengan marah kulempar benda-benda itu ke sudut kamar. Aku memutuskan untuk mandi dan menghilangkan masalah semalam dari pikiranku. Namun, saat aku membuka bajuku aku terkejut, semua luka di tubuhku menghilang secara ajaib.
"Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi?"
Aku tidak bisa menahan mulutku Ketika melihat keajaiban ini. Sesuatu memang telah terjadi, tetapi aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perubahan apa yang akan terjadi pada tubuhku. Semua pertanyaan itu hanya bisa kucari jawabannya secara perlahan.