webnovel

2

Degup jantung Amara berdegup lebih cepat, mengingat insiden kecil sebelumnya namun dengan cepat Amara mengatur nafasnya, mengatur ekspresinya serileks mungkin. Tidak ingin terlihat tegang.

"Baik, dengan Nona Amara, betul?" ucap salah satu pewawancara, pria yg memasuki umur 40th nan mungkin.

"Betul pak" jawab Amara di tutup dengan senyuman, sambil sekilas melihat ke arah Zayn. Alih² sibuk dengan berkas yg disodorkan oleh staff disampingnya, ia justru mentap ke arah Amara. Membuat Amara sedikit salah tingkah.

"Oke, kami sudah melihat resume anda, lebih dari bagus, malah justru terlalu bagus, bisa jelaskan alasan mengapa kami harus memilih anda? dan apa yg membuat anda lebih unggul?" lanjut staff pria tadi.

Pertanyaannya membuat Amara kembali fokus, mencerna pertanyaan tadi, dan menjawabnya dengan lugas

"Seperti yang sudah saya lampirkan pada portofolio, saya sudah berpengalaman dalam menjalankan digital marketing campaign dengan objektif utamanya adalah conversion atau user acquisition selama 4 tahun terakhir. Salah satu pencapaian terbaik yang saya raih waktu itu ialah mendapatkan cost per acquisition yang lebih murah 38 persen dari sebelumnya. Selain itu, saya juga pernah bekerja selama 2 tahun lebih di perusahaan edukasi teknologi di mana sesuai dengan perusahaan Bapak saat ini." Amara menjelaskan dengan natural tanpa ada keraguan karena memang faktanya seperti itu.

Jelas jawaban Amara membuat para pewawancara merasa puas, seperti yg mereka harapkan melihat dari resume Amara.

Namun lagi² Amara merasa pandangan yg membuat dirinya agak tidak nyaman. Mungkin jika pandangan itu sebuah pedang, sudah menusuk Amara sampai tembus kebelakang. Karena posisi Zayn yg tepat ditengah, membuat Amara tak bisa mengalihkan pandangannya lama². Dilihatnya mata itu, sorot mata yg cukup dalam, lurus kearahnya, seperti memperhatikan tiap inci wajahnya.

Meskipun bingung kenapa ia mendapatkan tatapan itu, Amara tetap fokus sesekali merapikan duduknya.

"Baik, mungkin dari kami sudah cukup--" kalimat staff itu terpotong

"are you ok?" tanya Zayn tiba²

Amara kaget dengan pertanyaan itu, yg juga membuat Amara tidak tau harus apa, Amara tersenyum canggung, melirik beberapa staff saling melempar pandangan bingung.

"Saya baik² saja, terimakasih" Amara membuka suara menjawab berusaha senormal mungkin

Zayn terdiam, meskipun tatapannya masih tertuju pada Amara.

Ruangan terasa canggung setelahnya. Beberapa detik semua terdiam, menunggu respon lanjutan Zayn. Setelah di pastikan tidak ada pertanyaan lagi, staff yg tepat berada di samping Zayn membuka suara "Baik, kami rasa sudah cukup, selanjutnya akan kami hubungi untuk hasil wawancara ini. Terimakasih atas waktunya" ucap staff itu

Amara berdiri "Terimakasih" ucapnya sambil memberi senyum diakhir.

Amara berjalan menuju pintu tanpa menoleh, meskipun dirinya merasa ia masih diberikan tatapan itu oleh Zayn.

Seperti terbebas dari beban yg membuatnya sesak, kalau bukan karena tatapan itu sepanjang proses wawancara, mungkin ia bisa menjawab dgn lebih baik, pikirnya.

Amara menunggu didepan lift, mungkin karena banyak pelamar yg wawancara hari ini, membuat lift penuh, Amara memilih mengalah karena melihat lift yg penuh sesak. Sampai sepertinya sudah cukup sepi, Amara masuk saat pintu lift terbuka. Menyenderkan tubuhnya, menunggu pintu lift terbuka.

Amara sedikit terkejut, saat ada tangan yg menahan pintu lift yg hampir tertutup. Betapa kagetnya Amara melihat sosok Zayn yg beridiri di depan lift. Sambil membenarkan posisi dirinya yg tadinya menyender, meberikan senyuman sopan kepada atasan.

Sial, kenapa juga hanya dirinya berdua dengan Zayn di dalam lift? semoga ada orang lain yg masuk, gumam Amara dalam hati. Harapan yg langsung kandas, krn sampai pintu lift tertutup hanya ada mereka berdua dalam lift itu.

Entah hanya perasaannya saja atau memang lift ini terasa agak panas. Amara merasa tidak nyaman krn hanya berduaan dengan boss nya atau calon boss nya krn dia blm tentu diterima.

Kesialannya bertambah krn ia harus melewati 13 lantai menuju lobi. Meskipun lift ini sepertinya sudah cepat, tp Amara merasa waktu berjalan lambat.

Kini Zayn tepat menghadap Amara, lift berhenti dan pintu lift terbuka. Sepertinya tepat jam makan siang hingga penuh sesak karyawan yg akan turun untuk makan siang. Mendorong tubuhnya berdesakan hingga dirinya hanya berjarak beberapa centimeter dengan Zayn. Cukup dekat hingga Amara bisa dengan jelas mencium aroma parfum yg digunakan Zayn. Aroma parfum yg Zayn gunakan beraroma rempah dengan sedikit hint manis segar.

Tidak seperti biasanya, Zayn tidak keberatan tubuhnya berdesakan dgn Amara. Walaupun dia sendiri bisa menggunakan lift VIP tanpa harus berdesakan seperti itu. Amara sudah menarik perhatiannya sejak kejadian pagi tadi. Aura Amara jelas kuat hingga bisa menarik perhatian Zayn tanpa basa basi.

Ding... suara lift yg telah sampai di lantai loby, pintu terbuka dan satu persatu semua keluar tak terkecuali Amara, yg memang sepertinya menantikan untuk segera keluar dan menghindar dari situasi yg sangat canggung.

Amara segera keluar dan menuju pintu keluar, tanpa menoleh kebelakang. Sementara itu, Zayn yg masih di dalam lift hanya memperhatikan Amara, atau lebih tepatnya punggung Amara, yg kian lama kian menghilang dan pintu lift tertutup.

Zayn kembali ke ruangannya, menarik kursi dan duduk sambil berfikir kenapa dia begitu tertarik dengan Amara, wanita yg baru saja ia temui. Zayn mengakui kalau Amara cantik, wajah mungil namun memberi kesan kuat alih² terlihat imut. Terlebih kepercayaan dirinya yg begitu terpancar saat moment wawancara tadi, ditambah senyuman Amara yg sangat membekas untuk Zayn.

Harusnya ia fokus untuk proses penerimaan calon pegawai terlebih untuk posisi team digital marketing. Namun ia malah terfokus oleh Amara, meskipun ia berusaha untuk tidak melakukannya. Tekadnya terkalahkan oleh keberadaan Amara, yg menyita perhatiaannya.

Tok tok tok... suara ketukan pintu membawa Zayn kembali tersadar dari lamunannya.

"Ya masuk" ucapnya sambil mengambil beberapa berkas yg menumpuk di mejanya

"Misi pak, ini laporan hasil wawancara hari ini, dari team HR sudah selesai di seleksi, untuk berikutnya di acc oleh Bapak" ucap staff itu sambil menyodorkan tumpukan file ke arah meja Zayn.

"Baik, akan saya review" kata Zayn

"Baik pak, saya permisi" ucap staff tersebut yg segera berjalan menuju keluar ruangan saat melihat anggukan dari Zayn.

Dilihat staff itu sudah menutup pintu, tangan Zayn segera mencari-cari dari tumpukan file itu. Nama yg spesifik ingin ia cari, Amara. Ia pun menarik dan membuka file itu, melihat detail dari data Amara. Jelas tertera mulai dari alamat hingga riwayat singkat diri Amara. Zayn tidak perduli dengan kandidat lain, setidaknya saat itu, dirinya hanya fokus membaca data diri Amara. Memuaskan dirinya, yg penasaran oleh sosok Amara.

------------

To Be Continued

------------