webnovel

1

Amara... suara panggilan dari seorang wanita yang sudah frustasi karena anak gadisnya belum juga bangun, padahal matahari sudah terik..

Langkah berdegup menaiki tangga menuju sebuah kamar, tanpa mengetok dan berbasa basi, tangannya langsung menarik gorden dan selimut si anak.

"Ahh ibu... silauuu" sambil mencoba meraih selimut namun sudah tak tergapai lagi

"Amara, ini udah jam berapa? gimana km mau dapat kerjaan kalau km jam segini aja masih tidur" oceh ibu Amara yang sudah kesal dengan kelakuan Amara

Bukannya bangun, Amara malah mengambil bantal dan menutup seluruh wajahnya yg membuat ibunya hanya bisa menghela nafas dan geleng² kepala lihat reaksi Amara. Yang akhirnya membiarkan Amara dan keluar dari kamar turun menuju dapur.

Dinding sepanjang tangga terpajang berbagai foto mulai dari Amara kecil hingga foto keluarga mereka tak terlewatkan tergantung berjejer.

Amara merupakan anak tunggal, kini hanya ada ia dan ibunya, Ayah Amara meninggal 3 tahun lalu. Semenjak kepergian ayahnya, Amara berhenti bekerja karena masa itu sangat sulit bagi Amara menerima kenyataan sosok ayah yang begitu dekat dengannya sudah pergi selamanya.

Baru awal tahun ini kondisi Amara mulai stabil, ia mulai menata kembali hari²nya. Bahkan ia mulai berani mengirim CV ke beberapa perusahaan impiannya.

Dengan langkah malas, Amara menuruni tangga menuju dapur.

"Nah, bangun juga km" ucap ibu melihat Amara sudah duduk di meja makan yg bersebrangan dengan dapur.

Amara malah memberi senyum usil nya, ia lanjut menyantap lauk yg sudah ada di meja makan. Sambil mengecek notifikasi Iphone nya, mengecek setiap email masuk satu persatu. Berharap ada balasan dari CV yg sudah ia kirim, berakhir dengan helaan nafas dan ia menutup layar Iphone.

"Sabar ya nak" ucap lembut ibu yg sadar Amara kecewa krn belum ada kabar baik yg ia harapkan.

"Iya bu" sambil tersenyum yg terkesan dipaksakan hanya agar ibunya tenang.

"Loh, sarapannya gak di lanjut?" tanya ibu

"Aku udah kenyang bu" ujar Amara sambil menaruh piring di westafel.

Sebenarnya ibu tau Amara hanya berusaha agar tidak membuat ibunya khawatir.

Amara yg sudah di kamar duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong pada sebuah cermin yg tepat ada di hadapannya. Wajah lesu, kantung mata yg sedikit gelap karena terlalu sering begadang, rambutnya yg hanya di ikat asal. Tanpa ia sadari air mata menetes, dan berubah menjadi tangisan deras mengingat Ayahnya pasti akan sedih jika melihat keadaan putrinya yg berantakan seperti ini.

Ia tidak bisa biarkan kondisinya terus seperti ini, Amara beranjak dari tepat tidurnya, ia mulai merapihkan setiap sudut kamarnya. Mengganti sprei, menata buku di lemari bukunya, merapihkan tumpukan baju yg selama ini ia tarik asal²an. Kini kamarnya lebih rapih dan lebih terang karena cahaya matahari yg memasuki ruangan itu.

Amara memandangi kamarnya, tersenyum bangga pada dirinya yg sudah melakukan hal yg tadinya merupakan hal yg sangat sulit ia lakukan.

Sampai ia tersadar ada notifikasi telpon masuk, bukan nomor dari kontaknya, ia menunggu sepersekian detik dan mengangkat telpon itu.

"Halo, selamat siang, betul dengan saudari Amara" suara dari seberang

"Iya betul, dengan saya sendiri" jawab Amara

"Baik, sebelumnya perkenalkan, saya dari team recruitment HAKA GROUP, disini saya ingin menyampaikan saudari Amara diterima untuk sesi wawancara tahap 1" jelasnya, yg membuat Amara terdiam tak bersuara seakan tak percaya akan perkataan staff itu. "Saudari Amara, apakah anda masih disana?" tanyanya karena tidak ada respon

"Yaa, ya saya masih disini, baik kalau begitu kapan dan jam berapa proses wawancaranya?" jawab Amara tanpa ragu

"Baik, proses wawancara akan dilakukan tanggal 27 Juli, dimulai dari jam 8 pagi, diharapkan datang tepat waktu dan berpakaian formal"

"Baik, terimakasih" ucap Amara

"Selamat siang" telpon itu pun berakhir. Amara kini terduduk diam, berusaha mencerna berita yg ia tunggu berbulan-bulan. HAKA GROUP merupakan perusahaan impian para pencari pekerjaan. Karena sudah termasuk perusahaan international, mejadikan peluang berkembang disana sangat tinggi. Kini ia diterima utk proses wawancara, mesikipun masih tahap 1 sudah merupakan langkah besar.

Ibu.... suara Amara yg berlari mencari sosok ibunya, tidak sabar utk memberi tahu berita bahagia ini.

Ia langsung berlari memeluk ibunya, meskipun kaget ibu membalas pelukan Amara tanpa bertanya.

"Bu, coba tebak" ujar Amara penuh semangat

"Hah? tebak apa ra?" ibu yg sedikit bingung krn perubahan mood Amara yg sangat tiba²

"Aku di terima undangan wawancara tahap 1 di HAKA GROUP bu..." jelas Amara dgn suara riang

Tanpa berbicara, ibu memeluk Amara, mengusap lembut rambut Amara.

"Syukurlah nak, ibu ikut senang. Kapan wawancaranya?" tanya ibu lembut

"Tanggal 27 bu, besok.. yaudah aku mau siapin semuanya.. Makasih bu udah tetap percaya sama aku" ucap Amara dengan mata sendu hampir menangis.

Ibu tersenyum dan mengangguk. Rasa bahagia melihat Amara yg kini benar² bisa kembali mulai menata hidupnya, rasa lebih tenang karena kini Amara bisa jalani hidupnya kembali.

Semua sudah Amara siapkan untuk esok hari, pakaian yg sudah lama menggantung di lemarinya kini bisa ia kenakan lagi. Ia membaca kembali beberapa materi yg mungkin bisa mendukung proses wawancara esok. Amara sudah tidak sabar menunggu esok hari. Ia berdoa semoga semua lancar.

"Ayah, besok aku ada wawancara, semoga besok lancar ya yah..." ucapnya sambil menatap foto Ayahnya di layar Iphone

Esok harinya, Amara yg kini sudah rapih mengenakan rok span warna hitam selutut dipadukan dengan kemeja blouse berwarna biru pastel, rambut yg ia biarkan terurai rapih, riasan tipis agar tetap terlihat segar.

Dengan langkah percaya diri, Amara menuju ruang makan, menyantap sarapan yg sudah ibu siapkan untuknya. Setelah selesai, ia pamit tanpa lupa meminta doa pada ibunya agar hari ini ia lancar jalani proses wawancara.

Karena ia tidak ingin merusak penampilannya, Amara memilih menggunakan MRT menuju gedung HAKA di kawasan sudirman.

Amara butuh jalan beberapa menit menuju gedung HAKA dari terminal MRT. Ia mengecek tampilannya sekali lagi, dirasa sudah cukup.

Amara melanjutkan langkahnya menuju lift, langkahnya agak dipercepar krn ingin mengejar pintu lift yg akan tertutup, namun langkahnya terhenti krn dirinya menabrak seseorang.

kepalanya membentur dada bidang yg cukup berotot sampai membuat tubuhnya terhempas ke lantai.

Amara menoleh keatas untuk melihat siapa yg ia tabrak. Pria itu menyodorkan tangannya untuk membantu Amara berdiri. Setelah Amara sudah kembali di posisinya, barulah ia bisa dengan jelas melihat sosok yg ia tabrak.

Pria tinggi dengan potongan rambut rapih, setelan jas yg sangat eksklusif, wajahnya memasang ekspresi datar, seperti menunggu sesuatu.

Apakah ia menunggu permintaan maaf dari Amara pikirnya. Ah sudahlah tinggal bilang maaf aja, aku udh tidak ada waktu lg, ucapnya dalam hati

"Maaf, saya gak sengaja td terburu² jd menambrak anda" ucap Amara sambil melempar senyuman berharap ia bisa segera pergi menuju lift.

Pria itu hanya diam, menatap Amara yg masih tersenyum menunggu.

Sial, dia diam saja, benak Amara "Mmm baik kalau begitu saya permisi, maaf sekali lg" lanjutnya dan segera berlalu tanpa melihat kearah pria tadi.

Amara mencoba tidak menoleh kebelakang krn ia berharap pria tadi sudah berlalu.

Pintu lift terbuka, Amara segera masuk dan posisinya membuat ia tanpa sengaja mentap ke posisi td dimana pria itu masih berdiri disana namun kini menghadap ke arah lift, atau lebih tepatnya kearah Amara.

Amara membuang wajahnya menatap kearah lain dalam lift, sampai pintu lift tertutup. Ia berusaha menenangkan diri, jangan sampai pikirannya teralihkan jd tidak fokus nantinya.

Kini Amara duduk diantara para calon karyawan lainnya, menunggu namanya di panggil untuk masuk ke ruangan wawancara.

Waktu berlalu, hingga akhirnya namanya dipanggil, Amara merapikan bajunya, berjalan dengan percaya diri, dan duduk di sebuh bangku yg berhadapan dengan meja yg terdiri dari beberapa staf penting disana.

Namun matanya tertuju pada seorang pria yg duduk di posisi tengah. Amara yg tadinya sudah sangat percaya diri, berubah sedikit kaget karena pria itu adalah pria yg tadi ia tabrak di bawah. Yang membuat ia lebih terkejut adalah papan namanya diawali dengan kata Direktur Utama HAKA GROUP Zayn.

Jadi pria yg td ia tabrak adalah Direktur Utama sekaligus pemilik HAKA GROUP.

----------

To be continued

----------