Author's Pov
Seorang Gadis berbalut seragam putih abu-abu mulai melangkahkan kaki menuruni tangga dari lantai dua setelah keluar dari kamar yang lebih sering dia sebut sebagai penjara kecil. Tempat dimana dia selalu merasa terasing didalam bangunan yang tadinya dia sebut sebagai rumah.
Dengan langkah malas si Gadis mulai melangkah melewati ruang tamu dimana seseorang yang sangat dia benci tengah menatapnya dengan bengis. Dengan acuh dia berjalan menuju pintu rumah tapi sebuah teriakan dari arah ruang tamu membuat langkah kakinya terhenti.
Seorang wanita paruh baya yang selalu di juluki oleh si Gadis sebagai "Nenek Sihir" itu tak lain dan tak bukan adalah ibu tiri dari si Gadis. Dan benar dia adalah orang yang sangat di benci oleh si Gadis karena perlakuan buruknya.
Angela : " Gadis sialan berhenti kamu brengsek..."
Decakan malas keluar dari mulut si Gadis tat kala mendengar wanita paruh baya itu mengumpat di pagi hari yang sayangnya sangat cerah ini.
Ririz : " Ck ck... Kenapa???"
Angela : " Gadis brengsek pasti kamu yang mencuri uang di dalam dompet ku kan??? Ngaku kamu anak sialan..."
Ririz : " Membuang-buang waktu saja, untuk apa aku mengambil uang dari Nenek Sihir seperti mu huh???"
Angela : " Sopanlah sedikit Gadis sialan, aku ini istri sah dari Papa mu... "
Ririz : " Haisss sombong sekali kau ini dan ku ingatkan sekali lagi, kau tak lebih dari sekedar benalu di keluarga ku. Buka matamu dan sadarilah posisi mu..."
Angela : " Dasar anak sialan, tak tau diri lihat saja aku akan segera menyingkirkan mu dari rumah ini untuk selamanya..."
Ririz : " Justru seharusnya kau yang berhati-hati bisa saja setelah ini kamu terpeleset jatuh dan kemudian mati ahhhh aku akan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam atas kematian wanita jahat seperti mu..."
Belum sempat sang wanita menjawab pernyataan yang keluar dengan begitu lancar dari bibir si Gadis yang nampak tak memiliki sopan santun itu justru si Gadis sudah lebih dulu pergi. Si Gadis kembali melangkahkan kakinya menuju gedung sekolahnya tanpa memperdulikan wanita yang sedang memgomel di belakang sana.
Si Gadis melangkah perlahan tanpa semangat, tangannya merogoh saku rok untuk mengambil benda pipih dan juga headset dari dalam sana. Memasang headset di kedua telinganya, memutar lagu kesukaannya, memejamkan mata sejenak dan kembali melanjutkan perjalanannya.
Nampaknya Gadis ini tak mempunyai cukup semangat untuk bersekolah bisa di lihat dari caranya berpakaian yang terbilang asal-asalan. Seragam sekolah yang terlihat berantakan bahkan terkesan amburadul. Rok sekolah yang pendek diatas lutut, baju putih ketat yang dibiarkan keluar, dasi yang tergantung miring bahkan ikat pinggang yang justru ia biarkan tersampir begitu saja di pundak kirinya.
Rasanya terlalu malas untuk bersekolah tapi si Gadis tak punya pilihan lain daripada ia harus terjebak di dalam rumah bersama dengan "Nenek Sihir" maka mau tidak mau dia harus ke sekolah. Membayangkannya saja sudah membuat Gadis itu bergidik. Setelah berjalan sekitar tiga puluh menit, si Gadis sudah berada di depan bangunan kokoh yang di sebut dengan Sekolah.
Lagi-lagi langkah kakinya harus terhenti tepat di depan gerbang SMA Pertiwi apalagi jika bukan karena di hadang oleh lima siswi lain pemilik julukan "Queen Bee" padahal menurut si Gadis mereka hanyalah kumpulan makhluk sok kecentilan yang selalu mencari gara-gara dengan nya. Lagi-lagi decakan malas keluar begitu saja dari bibir si Gadis yang masih menatap kelima siswi di hadapannya dengan tatapan malas nya.
Kelima orang yang saat ini mulai menyilangkan tangan di depan dada dengan pandangan meremehkan tak lain dan tak bukan adalah geng yang sangat di takuti di sekolah tapi tidak berlaku untuk si Gadis berandalan satu ini. Dari seluruh siswa-siswi yang ada hanya si Gadis berandalan yang berani melawan ketika di perlakuan seenaknya oleh mereka ini. Hal tersebut yang membuat si Gadis terjebak dalam kata target penyerangan dari geng itu.
Lima orang pembuat gara-gara itu adalah Marsha si gadis dengan tubuh tinggi semampai dan rambut sebahu yang di cat dengan warna coklat gelap, gadis kedua bernama Natalia seorang gadis dengan tubuh ramping namun hanya memiliki tinggi rata-rata gadis di Indonesia. Gadis ketiga bernama Berta seorang gadis tomboy yang terkenal dengan bullyan secara fisik atau kekerasan. Gadis keempat bernama Nindi gadis cuek yang sangat dingin kepada orang lain. Dan yang terakhir Angel sikapnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan namanya karena pada kenyataannya Angel adalah ketua dari geng rusuh satu ini.
Berta : " Heh brengsek... Berhenti kamu..."
Ririz : " Sumpah ya ampun Tuhan tidak bisakah sebentar saja aku merasakan ketenangan??? Ahhh merusak mood ku saja. Apa mau kalian??? Aku sedang tidak ingin berdebat, sungguh aku sangat lelah dan kalian semakin mengacaukan hari ku..."
Natalia : " Lha si anjing malah ngegas... "
Nindi : " Butuh di kasih pelajaran kek nya... "
Marsha :" Seperti memang harus diberi pelajaran, gimana Angel???"
Angel : " Ngapain buang-buang waktu bawa aja ke ruang eksekusi... "
Ririz : " Ck ck ck udah ku bilang aku lagi ngga pengen ribut. Nih ya aku pengen banget hidup tenang sekarang jadi tolong menyingkirlah kalian sekarang juga."
Angel : " Kurang ajar dia, sialan hajar aja..."
Tanpa basa basi kembali mereka mulai berusaha menyeret si Gadis brengsek menuju ke ruang eksekusi. Karena mood yang sudah terlalu buruk pada akhirnya membuat si Gadis memberikan perlawanan. Merasa terhina akan keberanian si Gadis membuat Queen Bee justru melayangkan pukulan demi pukulan kearah si Gadis.
Si Gadis menyentuh ujung bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan Marsha yang berhasil mendarat di wajah mulusnya. Tangan kanannya mengusap lembut setetes darah yang mengalir dari luka di ujung bibirnya sambil bergumam pelan.
Ririz : " Anjir sakit bangsat..."
Si Gadis kemudian membalas setiap pukulan yang dilayangkan untuknya. Membuat keributan di depan gerbang sekolah tersebut tak terhindarkan. Dan hal itu mampu menarik perhatian banyak orang yang justru fokus menatap mereka tanpa ada satu orang pun berani menghentikan perkelahian yang sedang terjadi. Si Gadis berandal berhasil melumpuhkan kelima orang yang bersikap tidak adil kepadanya, meski dengan wajah yang penuh luka si Gadis berhasil tetap berdiri disaat kelima siswi tadi dalam posisi tiduran ataupun tertelungkup mencium tanah.
Dengan langkah gontai dia mengambil tas yang tadi terjatuh kemudian berjalan masuk tanpa menghiraukan tatapan kagum dari siswi lain yang menjadi bahan bullyan geng Queen Bee. Setelah di pikir-pikir mood nya sudah sangat hancur jadi dia membalikkan badan kembali bukan ke arah gedung sekolah tapi melangkah pergi menjauh dari bangunan terkutuk itu.