Si penyebar fitnah

Aku muak selalu dihina orang miskin walau kenyataanya memang seperti itu. Setidaknya, jika aku berpakaian seperti orang kaya, aku bisa mendapat teman dan tidak dihina.

"Ibu berisik! Aku ngantuk, mau tidur!" bentakku melewati wanita yang meneriakiku kurang ajar.

Suara melengking terdengar saat lantai bergesekan dengan kaki meja, kudorong meja itu sampai menutup pintu, menghalau siapa pun yang hendak mengusik tidurku. Suara lagu dari earphone yang kucolok ke ponsel memekakkan telinga setelah kuputar dengan volume full. Tak peduli besok pendengaranku akan terganggu.

Darahku mendidih mengingat tuduhan ibu, mencuri? Rok ini kudapat dari teman kayaku yang katanya sudah bosan memakai rok yang dia beli di butik mahal. Hampir saja dibuang jika aku tidak bilang menyukai rok itu, jadi dia memberikannya cuma-cuma.