webnovel

Trouble In The Party

Acara kelulusan sudah dimulai sejak pukul 4 sore. Para siswa siswi serta orang tua mereka berdatangan dengan menggunakan pakaian sesuai tema yaitu casual.

Dekorasi ballroom juga senada dengan dresscode mereka. Barisan kursi di tata dengan rapih, karpet merah terbentang panjang di tengah-tengah lantai.

Geng Ara menantikan kedatangan Clara malam itu namun tak kunjung melihat wajahnya.

" Yah... Bagus deh berarti tuh perempuan masih punya malu " celetuk Iki yang berada di ruang tunggu.

" Tapi guys... Formasi kita kurang lengkap gak ada Ara sama Gavin. Biasanya kan kita nge-band sama mereka " lanjut Belden terlihat sedikit murung.

" Eh, tapi sebenarnya Ara sama Gavin bisa dateng dong kesini. Kan Clara gak punya wewenang apapun lagi ditambah kasus dia yang kemarin dan malam ini juga dia gak datang " sambung Efa masuk akal.

" Yaudah telfon mereka aja suruh dateng habis ini kita night ride deh " saran Rhaka.

" Wah, ide bagus. Gue coba telfon Ara " Iki mengambil alih untuk menghubungi Ara namun tidak di angkat. Jelas tidak di angkat tersangka yang di telfon sedang asik nonton bioskop.

" Ara gak di angkat, gue coba chat "

" Gue telfon Gavin deh " ucap Danish.

Beberapa menit kemudian Aldan masuk untuk memberitahu teman-teman nya bersiap untuk tampil.

" Guys... Siap-siap ya " ucap Aldan. Semua anak band langsung melakukan pemanasan ada yang jingkrak-jingkrak, melakukan peregangan agar tidak gugup ketika di atas panggung.

Ketika mereka naik ke atas panggung bersamaan dengan kedatangan Dev tiba-tiba di back stage. Aldan yang masih ada di balik tirai panggung pun bertemu dengan Dev.

" Al " panggil Dev. Aldan pun berbalik dan melihat Dev yang terlihat kehabisan nafas. Pakaian nya serba hitam serta memakai topi dan masker.

" What the... "

" Kedua ketua yayasan udah ada di ballroom? " Tanya Dev terlihat buru-buru.

" Ya... Udah datang sejak tadi. Lo kapan sampai di sini? " Aldan masih sangat terkejut dengan kedatangan Dev.

" Semua tamu udah dateng semua kan? "

" Udah "

" Gue minta tolong tutup pintu ballroom nya. Jangan ada yang keluar masuk lagi,dan jangan ada yang tahu keberadaan gue selain lo  "

" I.. iya tapi.. " Dev langsung pergi sebelum Aldan selesai bicara.

" A good news for Ara " Aldan pun mengirim pesan kepada Ara jika Dev ada di tempat acara.

Setelah dari ballroom Dev pergi menuju ruang keamanan.

" Malam pak " ucap Dev ketika sampai di ruang keamanan.

" Ya mas. Ada perlu apa ya? " Dev langsung membuka maskernya dan menunjukkan ID Card sekretaris ayah nya untuk mendapatkan akses penyelidikan.

" Pak John memberi saya perintah untuk melakukan penyelidikan "

" Anda siapa? "

" Deven Mahardika " sang ketua keamanan langsung menghampiri nya.

" Siap mas, kami akan membantu "

" Saya mau sebagian security mencari laki-laki dengan jaket dan topi hitam, tubuh nya tinggi, kulit nya putih, dan ada tatto di bagian tengkuk nya. Oh, dan satu lagi dia memakai cincin berwarna hitam di tangan kiri nya. Cari orang itu di setiap sudut hotel tapi jangan sampai mengganggu ketenangan pengunjung paham? "

" Siap mas! "

Setelah mengerahkan itu Dev kembali masuk kedalam hotel. Memperhatikan ballroom hotel di balik guci tanaman yang besar.

Alasan ia tak ingin orang lain tahu kedatangan nya adalah agar tidak menimbulkan keributan. Karena ia tahu jika pelaku pembocoran data perusahaan ayah nya berada di tempat itu dan kemungkinan besar akan mencelakakan kedua ketua yayasan.

Dan jika target nya mengetahui keberadaan nya disini maka rencana nya mungkin saja akan gagal. Ia sudah meminta bantuan polisi namun masih berada dalam perjalanan.

Dan akan lebih baik jika ia bertindak lebih dulu. Di dalam bioskop Ara merasakan jika ponsel nya terus bergetar bertanda ada beberapa pesan masuk dan telfon.

Karena penasaran Ara pun membuka ponselnya dan pesan teratas berasal dari Aldan.

Bro Aldan :

Gue cuma mau kasih tau sesuatu. Lo gak perlu dateng kalau gak mau, Dev udah balik dan ada di ballroom hotel sekarang.

Seketika Ara memutuskan untuk keluar dari bioskop.

" Ayo keluar bang " Ara menarik tangan Topan memaksa nya berdiri di tengah film yang sangat menegangkan.

" Kenapa sih Ra? Film nya belum selesai "

" Dev ada di ballroom hotel. Anter gue kesana "

Melihat Ara berlari Topan pun melakukan hal yang sama. Akhirnya Dev kembali, kembali sebelum waktu yang telah di tetapkan oleh Ara. Ia ingin segera kesana menemui Dev, ingin melihat bagaimana kondisi nya. Selama 2 minggu ia tidak berkomunikasi sama sekali dengan tunangan nya itu membuat dirinya tersiksa.

Topan dengan motor besar nya melaju cepat melawan angin malam yang cukup dingin saat itu. Pelukan erat Ara di pinggang Topan membuktikan seberapa kencang nya laki-laki itu mengendarai motor.

Suasana di dalam ballroom saat ini adalah meriah. Di iringi alunan musik yang membangunkan kembali energi serta beberapa orang yang berdiri untuk menari.

Malam itu terasa sangat menarik dan meriah. Semua nya menikmati pesta yang mewah tersebut. Tak terkecuali Lukman dan Hariz kedua nya terlihat sangat gembira. Namun, ditengah meriahnya acara lampu tiba-tiba padam.

Di luar Dev terus mengawasi area ballroom. Semua terlihat aman sampai akhirnya ada sosok yang mirip dengan targetnya baru keluar dari kamar mandi.

Dev dengan tenang mengawasi pergerakan targetnya yang berjalan menuju tangga.

" What... Kenapa dia pergi? " Batin Dev berbicara.

Dev membuntuti si pelaku dengan memberi aba-aba kepada beberapa security yang berada dekat dengan nya.

Topan dan Ara sampai di parkiran basement.

" Bang , gua duluan ya " Ara terlihat tergesa-gesa. Hati nya juga terasa gelisah.

" Dasar bucin... Bucin... "

Ara berlari masuk menuju lift dan langsung menuju ballroom. Dev terus membuntuti si pelaku sampai di tempat parkiran pelaku itu berhenti. Otomatis Dev pun ikut berhenti namun ia tidak bersembunyi melainkan berdiri tegak siap untuk menangkap pelaku.

Bersama beberapa security yang berdiri di belakang nya. Si pelaku itu berbalik dan menatap Dev tajam begitupun sebaliknya.

" Nice to see you, dude " ujar pelaku sambil tersenyum miring.

" Your time is over " jawab Dev membuka maskernya.

Di waktu bersamaan Ara sampai di depan pintu ballroom melihat dua orang sedang menjaga pintu.

" Tolong buka pintu dong gue mau masuk "

" Maaf, Ra. Aldan bilang gak boleh ada yang masuk lagi "

" Hah? Aldan dimana sekarang? "

" Mungkin di ruang tunggu "

Ara tahu dimana letak ruang tunggu yang berada di samping ballroom. Ara langsung menuju kesana, namun di koridor ia bertemu dengan dua orang laki-laki berpakaian batik yang di duga sebagai Event Organizer.

" Rara... " Gumam Ara.

Ya! Kedua laki-laki itu menculik Rara dari pesta. Mulut nya di bungkam dan kedua tangan nya di kunci kebelakang.

" Urus dia " ujar salah satu penculik.

" Lebih baik lo gak usah ikut campur "

Ara berdesis.

" Kalian bodoh salah memilih musuh " jawab Ara bersiap dengan serangan yang ada.

" Sekarang! "

Rara dibawa lari oleh satu penculik dan ketika Ara ingin mengejarnya tangan nya langsung di cegat dan ingin mengkunci lengan Ara ke belakang.

Namun, ia dengan cepat menangkis serangan itu dan langsung menendang bagian sensitif laki-laki tersebut dan lari.

Kembali di tempat Dev, Topan yang baru saja memarkirkan kendaraan nya melihat kejadian itu.

" Dev " panggil Topan tidak mengerti situasinya. Dev pun menoleh dan terkejut dengan kehadiran Topan.

" Bang Topan... "

Ketika Dev lengah tiba-tiba muncul mobil yang melaju kencang ke arah mereka.

Tin!!!

Sontak semua yang berada di tengah langsung minggir dan ternyata mobil tersebut menjemput si pelaku.

" Hei!!! "

" BANG TOPAN!!! " Teriakan itu tak asing bagi Topan dan Dev. Dan ya, teriakan itu berasal dari Ara. Ia berlari mengejar mobil tersebut.

" Ara? " Dev terkejut membulatkan matanya.

" KEJAR!!! DIA CULIK RARA!!! " Jawab Ara panik.

" Apa?! "

" Buruan!!! "

Mereka bertiga langsung berpencar.

Sang ketua keamanan langsung memberi perintah kepada penjaga tiket parkir untuk tidak membukakan palang lebih dulu.

Namun, bukan penjahat nama nya jika tidak nekat. Sang supir melempar batu ke kaca tempat penjaga kasir dan alhasil membuat nya berjongkok dan ketakutan.

Disaat itu lah dari jendela mobil nya ia membuka palangan tersebut dengan memasukan tangan nya dari jendela. Karena jika memaksakan untuk di tabrak pasti akan beresiko kepada kondisi mobil mereka.

Kembali ke parkiran Ara pergi bersama Dev. Ketika Dev ingin masuk kedalam kursi pengemudi Ara menahan nya.

" Biar gue yang nyetir " ucap Ara dengan tatapan meyakinkan.

" No... No... You... "

" Gua duluan!!! " Teriak Topan melewati mereka.

" Dev! This is urgent, your little sister is in danger. Please... Trust me... "

Karena di desak oleh waktu Dev dengan terpaksa memberikan kursi pengemudi kepada Ara. Keduanya memakai selt belt dan Dev memegang erat pegangan tangan yang ada di dalam mobil nya.

Jujur, ia sedikit takut melihat percikan api dari mata Ara. Dengan memberikan Ara kursi pengemudi saat ini mungkin ini akan lebih menyeramkan dibandingkan naik roller coaster.