webnovel

Rasa Takut

Posisi mobil yang dikendarai Ara masih berada di belakang Topan. Jarak pandang ke mobil penculik juga masih jauh, itu semua karena kondisi jalanan yang sedikit ramai menyulitkan Ara untuk terus menaikan kecepatan.

Meski begitu Ara dan Topan tidak menyerah mereka berdua tidak memutuskan pandangan mereka pada mobil tersebut.

" Kenapa kamu ada disana? " Tanya Dev tiba-tiba.

" Lo sendiri kenapa tiba-tiba pulang? You know this is can happen? " Tanya balik Ara tanpa melihat ke arah Dev.

" Y... Ya, tapi aku gak berfikir dia akan menculik Rara. Target dia harusnya ayah aku, Ra "

" Pemikiran itu terlalu sederhana Dev. Untuk menyerang raja di tengah rakyatnya justru hanya membuat pelaku membunuh diri sendiri. Sebaliknya, dia mendapatkan umpan yang sangat berharga tidak perlu menghabiskan banyak tenaga targetnya yang akan menghampiri lebih dulu "

Tanpa sadar mereka hampir masuk ke jalan tol. Topan menyamakan kecepatannya dengan mobil yang dikemudikan Ara.

" DIA MASUK KE TOL!! "

" YA. SISANYA GUA SAMA DEV YANG URUS!! " Jawab Ara berteriak agar terdengar oleh Topan.

Topan pun perlahan menepi dan berat hati membiarkan Ara dan Dev pergi. Di dalam mobil Dev mendapat telfon dari Aldan.

" Dev, Rara diculik. Dan ada polisi di hotel, lo dimana? "

" Gua sama Ara lagi kejar pelaku yang culik Rara. Bisa kasih tau salah satu polisi nya untuk pergi ke tol arah bogor, bilang dari Dev Mahardika pelapor sebelumnya "

" Oke Dev, lo hati-hati sama Ara "

Karena sudah memasuki kawasan tol Ara menaikam kecepatannya 2 kali lipat. Genggaman Dev pada holding hand semakin erat dan detak jantung nya semakin tidak karuan.

Tin

Tin

Mobil Dev kini sejajar dengan para penculik itu.

" WOI BERHENTI!!! " Teriak Ara lalu berusaha mepet ke arah mobil tersebut.

" Do you have a gun? " Tanya Ara menabrak body kiri mobil penculik.

" Of course no... Ara. But i have this" Dev mengeluarkan sebuah benda berbentuk tabung alat tersebut diketahui palu keamanan mobil. Ukurannya tidak begitu besar namun bisa memecahkan kaca.

" SHIT! " Ara mengumpat ketika mobil  itu berhasil menyenggol nya lagi. Namun, Ara tidak menyerah begitu saja ia kembali menaikkan kecepatan dan dengan kencang ia membanting stir ke kanan yang otomatis langsung menabrak bagian samping mobil penculik yang terdempet ke pembatas jalan.

" Pegang stirnya Dev! " Ara membuka kaca mobil dan tangan nya terus memukul ke arah salah satu kaca mobil penculik agar pecah. Sedangkan kakinya terus menancap gas.

" Dev!! Pepet ke kanan terus!! " Kaca mobil tersebut hampir pecah.

Prang!!!

Bukan Ara nama nya jika tidak bar-bar. Ia menarik rambut penculik yang duduk di samping kursi pengemudi hingga kepalanya ke luar jendela.

" BERHENTI!!! WOII!! SIALAN!! "

Ketika tangan Ara setengah masuk kedalam mobil tiba-tiba ada yang menggores lengan nya dibagian punggung tangan.

" ARGH! " Refleks Ara langsung melepas genggaman nya dari rambut salah satu penculik.

" Ara! No... " Tangan nya terasa sangat perih dan sakit. Dev panik ia ingin menepi agar bisa bertukar posisi dengan Ara.

" No... No..  " Ara menyingkirkan tangan Dev dari stir mobil. Ara kembali mengambil alih kemudi dan menahan rasa sakit nya untuk beberapa saat.

Karena jika mereka berhenti sebentar saja kemungkinan akan tertinggal jauh.

" Ara! Stop... Are you crazy? "

" Kita gak bisa kehilangan mereka Dev! Fuck! Where's the police! "

Dev mengutuk diri nya sendiri karena tidak bisa membantu apapun. Terlebih darah yang keluar dari tangan Ara terus mengalir. Dev pun merobek bagian bawah kaos yang ia kenakan lalu mengikat luka Ara dengan pakaian nya.

" Let's wrap this up "

Mereka tidak bisa terus menerus kejar-kejaran seperti ini. Ara semakin menaiki kecepatan mobil nya dan menempatkan mobil Dev di depan mobil penculik. Jadi mobil mereka berada di depan mobil penculik.

Ia menghalangi mobil itu agar tidak keluar jalur dengan mobil Dev lalu merasa waktunya sudah tepat Ara memutar stirnya 180 derajat sehingga berhadapan dengan para penculik itu.

" Oh my god... " Gumam Dev benar-benar merasa nyawanya seperti direnggut paksa.

" Do you belive me, honey....? " Seketika Dev langsung menoleh dan entah mengapa bulu kuduk nya merinding mendengar Ara berbicara dengan nada yang sexy namun juga terdengar sedikit berat ditambah lagi tatapan nya.

Ia semakin merinding ketika Ara mengeluarkan senjata dari balik bajunya.

" Babe... What... "

Ara membuka kembali  jendela mobil nya.

" Pegang stirnya Dev, tetap sejajar sama mobil mereka "

Dev tidak bisa mengatakan apapun yang bisa ia lakukan hanya menuruti perintah Ara. Senjata api yang ia pegang saat ini adalah milik penculik yang tadi berkelahi dengan nya di hotel. Ara mengambil senjata tersebut dari balik badan sang penculik dan langsung menyembunyikan nya dengan cepat ketika ia menendang kemaluan dari penculik tersebut.

Ara sudah menodongkan senjata tersebut di hadapan mereka.

" Bos! Gimana ni bos! "

Dor!

Ara menembak ban kanan mobil tersebut.

" REM!! CEPET REM!! "

Mobil tersebut sempat hilang keseimbangan namun tetap berada di dalam jalur. Ketika mereka memberhentikan mobil maka Ara pun menginjak pedal rem saat itu juga.

Dev dan Ara segera keluar dari mobil. Begitupun mereka kecuali Rara yang masih ada di dalam mobil. Ketika si bos keluar dari mobil betapa terkejutnya Ara melihat wajah yang tidak asing baginya.

" Berhenti Deon! Urusan lo sama gua! Lepasin adik gua! " Ara menoleh.

" He's Deon Ravindra? " Tanya Ara menoleh ke arah Dev.

" Kamu tahu dia? "

" Fuck! He's Efa boyfriend! "

" Shit! "

" Kita ketemu lagi cantik! " Teriak Deon tertuju kepada Ara.

" Shut up! Deon! " Jawab Dev kesal.

" Put down your gun. I don't want to hurt you, sweety... "

" SHUT UP YOUR MOUTH, BASTARD! "

Dev merampas senjata itu dari tangan Ara dan mengarahkan nya ke arah Deon.

" What do you want? " Tanya Dev.

" No... Gua gak mau apapun dari lo ataupun keluarga lo. Gua cuma mau kehancuran menimpa keluarga Mahardika, gua yakin lo tau kenapa gua lakuin ini "

" That's not my father fault or he's companny. Lo hanya menyalahkan ketidak mampuan lo dan keluarga lo kepada orang lain! Seharusnya lo memikirkan cara bagaimana mempertahankan perusahaan ayah lo bukan menanam rasa iri dan benci. That's your Fault Deon! "

" Diam!! " Dev maju satu langkah.

" Itu sebuah fakta Deon! Ketidak mampuan lo sendiri yang membuat diri lo seperti ini, lo sadar yang telah lo perbuat Deon! Ada beberapa hal yang perlu lo tahu, pertama kalau rencana lo semuanya telah gagal.

Perusahaan ayah gua tidak mendapat kerugian sepeserpun atas data yang lo sebarluaskan. Dan kedua, lo akan tidur di balik jeruji besi. The police are on their way to arrest you " Dev tersenyum miring.

" Kau!!! "

Deon menghampiri Dev dan ingin memukul wajahnya namun segera di tangkis oleh Dev. Keadaan ini sangat bagus untuk Ara menyelamatkan Rara.

Ia berlari ke arah mobil penculik berbarengan dengan terdengarnya suara sirine polisi. Namun, karena jaraknya sedikit jauh belum sampai membuka pintu mobil, tiba-tiba salah satu dari mereka ingin memukul Ara menggunakan tongkat baseball.

Tanpa bersuara Dev langsung mendorong Deon dan ingin melindungi Ara namun.

Dor!!

Tangan Ara yang sudah menggenggam pintu mobil terlepas begitu saja ketika mendengar suara tembakan tersebut.

" Dev!!! "

" Jangan bergerak! "

Polisi datang sedikit terlambat.

" Dev... " Peluru itu berhasil masuk kedalam lengan kiri Dev. Ya! Untung saja hanya mengenai lengan bukan jantung.

" Dev! Ara! " Topan, Aldan serta Gavin yang ikut dalam pencarian langsung menghampiri mereka.

Hati nya terasa sakit melihat Dev terluka seperti itu. Dengan penuh amarah Ara mengambil pistol yang terjatuh di dekat Dev lalu mengarahkan nya kepada Deon.

" DEON!!! " Ara berdiri dengan tegak memegang pistol yang siap ia tembakan ke kepala Deon.

Anggota polisi yang ada disana pun memperingati Ara untuk tenang dan tidak menembakkan peluru tersebut.

" Mbak... Sabar... Jangan gegabah "

" Ara... Letakan senjata nya... " Suara itu berasal dari Hariz ayah Dev.

" Shoot me, sweety... " Ucap Deon sambil tersenyum jahat. Tangan dan bibir nya bergetar. Saat ini Ara menangis ya! Menangis.

Hampir saja laki-laki yang ia cintai kembali terbunuh secara tidak adil. Topan dari arah belakang maju untuk menurunkan tangan Ara serta senjata tersebut.

" Enough... " Ucap Topan berhasil membuat Ara menjatuhkan senjata api tersebut dan Ara langsung memeluknya. Ara menangis di dalam pelukan Topan.

Sedangkan Dev dan Rara sudah dibawa masuk kedalam ambulans. Ketakutan yang pernah ia rasakan ketika melihat kakaknya meninggal di depan matanya kembali terasa malam itu.

Rasa takut yang berhasil membuat seluruh tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin. Dev, laki-laki itu terluka untuk melindungi Ara serta adik perempuan nya.

Lengan dan celana Ara kembali ternodai oleh darah segar. Meski tembakan itu terkena di lengan Dev tetapi tidak membuat darah yang keluar dari lengan nya sedikit.

Ia harus segera dibawa ke rumah sakit agar tidak terlalu banyak lagi darah yang keluar dan harus segera melakukan operasi.