webnovel

Kehidupan Rumah

Nania menutup gorden kamar setelah melihat Nata masuk kedalam rumah. Hatinya sedikit kesal karena tak bisa menghubungi Nata sejak siang tadi, ia juga geram saat mendengar orang tuanya bicara tentang jurusan kuliah Nata nantinya. Setelah mendengar suara pintu dibuka, Nania segera menyusul Nata kekamarnya.

"Apa kamu menyetujui permintaan ayah untuk mundur dari MIT?" Tanya Nania saat ia masuk kedalam kamar Nata.

Dilihatnya Nata sedikit sempoyongan menuju kursi, ia memegang kepala karena pusing dan melemparkan tubuhnya. Tak ada yang ingin ia bicarakan, terlebih pada Nania.

"Tidurlah, sudah malam" Jawab Nata pelan.

Merasa tak puas, Nania menuju meja belajar Nata lalu melempar berkas berkas milik Nata. Berkas berkas yang sudah disiapkannya untuk mendaftar ke kampus yang Nata inginkan.

"Apa kamu akan menyerah?" Tanya Nania lagi.

Nata mendengus kesal, saat ini ia bahkan tak bisa menangani sakit kepalanya. Tapi Nania terus memberinya pertanyaan yang sulit.

"Sesekali kamu harus menolak, ini mimpimu. Dan kenapa kamu harus menyerahkan semua mimpimu demi keinginan ayah?" Lagi lagi Nania menyudutkan Nata.

Nata semakin kesal, ia menarik nafasnya dalam. Mengambil ancang ancang untuk memberikan serangan balik. Ia berdiri, lalu membereskan berkas berkas yang berserakan di meja dan memasukkannya kedalam tempat sampah. Matanya tajam menatap Nania dari depan pintu.

"Ucapanmu seperti seseorang yang benar benar tau tentangku, apa yang kamu tau tentangku?" Kali ini Nata yang bertanya.

Nania mendengus, "Jangan mengujiku"

"Kamu gak tau apa apa tentang aku, jadi keluarlah. Aku sedang tak ingin berdebat" Lanjut Nata.

Ia membukakan pintu kamarnya agar Nania bisa keluar. Dengan raut wajah yang marah Nania keluar dari kamar Nata. Ia masuk kedalam kamarnya setelah membanting pintu dengan kencang.

Nata mematikan lampu kamarnya, ia beranjak pergi ke Kasur tanpa berganti pakaian. Dikegelapan, ia melihat langit langit kamar yang dihiasi gambar gambar planet dan bintang yang menyala. Laki laki itu sedikit tertawa, tangannya mengepal. Sesekali ia memukul mukulkan kepalannya ke Kasur.

Entah darimana asalnya, tapi Nata begitu menyukai segala hal tentang luar angkasa. Matanya akan berbinar, mulutnya takkan bisa berhenti, semangatnya terus terbakar, dan pikirannya selalu dipenuhi dengan pertanyaan. Ia begitu menyukai hal hal itu. Namun, semuanya berubah saat satu bulan lalu ayahnya memanggil Nata untuk bicara. Sejak Nania terjun kedunia akting, perempuan itu terus menolak untuk melanjutkan bisnis orang tuanya. Dan satu satunya harapan bagi keluarga itu adalah Nata.

Nata sudah menolaknya, namun pilihannya adalah membiarkan Nania terus menjalani keinginannya menjadi artis dan Nata yang harus menyerahkan seluruh mimpinya atau Nania yang akan menghancurkan bisnis keluarganya dengan sifatnya. Bisnis keluarga mereka bukan bisnis biasa yang bisa ditangani dengan hobinya yang Sekarang. Perusahaan milik ayahnya memilik cabang diberbagai negara, dengan menjadi penerus perusahaan artinya Nata takkan punya banyak waktu untuk melanjutkan keinginannya. Ia harus berhenti.

"Aku tak pernah menyerah pada mimpiku, hanya saja aku berhenti agar kamu bisa melanjutkan mimpimu" Pikir Nata.

***

Lea sedikit terkejut saat melihat ibunya tertidur didalam kamarnya, ia berjalan pelan pelan agar tak membangunkan perempuan itu. Ia melewati kamar yang penuh dengan kotak kotak hadiah dan menuju kamar mandi, lalu membersihkan dirinya.

"Ahh, ibu.." Teriak Lea terkejut saat keluar dari kamar mandi, ia melihat ibunya sudah duduk dikasur dan menatapnya dengan rambut yang berantakan.

Ibunya tertawa kecil.

"Ibu membelikan gelang untuk hadiah ulang tahunmu hari ini" Ucap perempuan itu sembari menunjuk sebuah kotak diatas meja belajarnya.

Lea mengangguk, "Terima kasih bu" Jawabnya.

"Ini..ini..itu..dan disana.. Kenapa semua pemberian ibu tak pernah dipakai?" Tanya ibunya sembari menunjuk semua tas tas belanjaan yang masih berserakan dikamar Lea tanpa pernah dibuka.

"Emmmm, aku membuka dan memakainya hanya jika perlu" Jawab Lea sedikit kebingungan.

"Ini, aku memakai baju yang ibu belikan untukku hari itu bukan, itu tas yang juga ibu belikan untukku. Jaket disana juga ibu yang membelikannya" Tunjuk Lea pada barang barang yang sudah terlihat lusuh karena sering dipakai.

Ibunya terdiam, ia mengerti sejak kapan Lea tak pernah menerima pemberiannya lagi. Sejak tahun lalu, saat ibunya mengenalkan seorang pria padanya. Pria yang menggantikan posisi ayahnya dirumah. Yang kini menjadi ayah tirinya.

"Ibu mengerti perasaanmu, tapi mengertilah sedikit perasaan ibu" Ucap perempuan itu lirih.

"Ibu harap kamu akan bisa menerima ayah barumu, pakailah semua barang yang dibelikan, uang jajan pemberian ibu juga tak pernah kamu pakai. Itu semua membuat ibu merasa bersalah meski ibu tak melakukan kesalahan apapun" Lanjutnya.

Lea mengangguk, ia tersenyum tipis lalu meminta ibunya untuk keluar. Didalam kamar, sendirian. Ia mulai membuka semua tas belanjaan itu satu persatu. Kotak kotak hadiah sejak tahun lalu. Matanya berlinang air mata. Hatinya merasa sedih, ia merasa bahwa ia telah mengkhianati ayah kandungnya sendiri.

Ayah kandungnya masuk penjara lima tahun lalu karena kasus narkotika, sejak saat itu ibunya berjuang sendirian untuk membiayai hidup dan sekolah Lea. Baru tahun lalu ibunya bercerai dengan ayahnya secara resmi, tak lama dari itu ia menikahi pria lain secara tak resmi. Lea tau, pria itu adalah pria baik. Mata ibunya berbinar saat berbicara pria yang ternyata adalah teman sekolah ibunya dulu. Namun, ia tak suka karena pria itu juga memiliki istri dan seorang anak. Meski tak tertarik pada kehidupan ayah tirinya, Lea yakin bahwa suatu saat ibunya juga akan ditinggalkan karena status mereka yang tak memiliki kekuatan hukum.

Sejak dulu Lea tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya secara jelas, ia akan memilih untuk diam dan menahan semuanya daripada harus melukai hati ayah dan ibunya. Saat kedua orang tuanya memilih untuk bercerai, Lea menangis diam diam didalam kamar sembari menyetel lagu rock dengan sangat keras. Ia akan tersenyum meski tak suka, ia akan diam saat marah, dan ia akan tersenyum getir saat merasa kecewa. Begitulah Lea hidup untuk menyembunyikan perasaannya.

Tangannya enggan menyentuh semua pemberian dari ibunya yang dibeli dari uang laki laki itu, namun Lea juga tak mau ibunya terus merasa bersalah. Ia menyusun semuanya dan memindahkan semua barangnya ke tas baru, ia menyimpan jam lama nya dan menggantinya dengan yang baru. Gelang baru yang dibeli ibunya juga tak lupa ia pakai. Cincin yang pemberian ibunya beberapa bulan lalu juga masih cukup dijari manisnya. Ia membuka sebuah kotak ponsel dan menyalakannya untuk mengganti ponselnya yang sudah tertinggal. Lea juga memasukkan baju baju baru miliknya kedalam keranjang cucian untuk dicuci besok. Ia mengambil sebuah kartu atm dari laci, lalu mencoba untuk melihat saldo didalam akunnya. Uang jajan yang selama ini tak pernah ia pakai bisa membiayai hidupnya selama beberapa tahun tanpa harus bekerja.

"Apa yang sedang kamu lakukan Lea" Lirihnya lalu menangis karena perasaan bersalah pada ayahnya.