webnovel

Chapter 20 DL

Semua perlengkapan benar-benar di bawa penuh di bagasi mobil mewah Edison. Selena sampai geleng-geleng kepala melihatnya.

Hari yang ditunggu Selena akhirnya tiba ia sudah tak sabar menghirup udara di desa dengan kesejukan yang sudah terasa oleh rongga dadanya.

Senyumannya bahkan terus terukir di bibir mungilnya, membuat Edison semakin kalang kabut karena gemetar.

Mereka juga memakai supir lain untuk pergi ke rumah Selena, karena di sana tidak ada landasan kapal udara, mereka memakai jalan darat.

"Kamu akan takjub melihat kampung ku sayang!"

"Apakah se indah itu?"

"Tentu saja, aku meninggalkan kampung hampir satu tahun, dan aku sangat merindukan Ayah!"

Mendengar kerinduan sang istri yang teramat sangat pada Ayahnya, membuat tekad Edison sengaja ia kuatkan agar istrinya tetap merasa bahagia, walau gemuruh di dadanya kian bergejolak.

Perjalanan yang menghabiskan waktu hampir 11 jam ini akhirnya menemukan tujuannya. Mereka tiba sore hari di kediaman Ayah Selena.

Suara ketika pintu membuat seorang lelaki paruh baya beranjak dari duduknya dan membuka pintu.

"Ayah!" ucap Selena begitu melihat wajah lelaki paruh baya yang di rindukan nya.

"Nak, Selena akhirnya kamu pulang," ucap pak Selorin.

"Maafkan Selena Ayah, baru bisa pulang sekarang," balas Selena dan langsung memeluk sang Ayah.

Merasakan anaknya berbadan dua, membuat pak Selorin menatap mata putrinya baik-baik. "Apakah kamu hamil!"

"Ayah kenalkan ini Edison, suami Selena!" jelas Selena memperkenalkan lelaki yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Suami?" pak Selorin sangat terkejut sekali.

"Maafkan Selena Ayah, Selena tak sempat memberitahu karena takut membuat Ayah cemas jadi Selena membawanya kemari!"

"Masuklah, kak bisa jelaskan di dalam."

Edison memeluk sang Ayah mertua sebelum mereka masuk ke rumah sederhana di samping ladang semangka dan timun itu.

Mereka menjelaskan tentang pertemuan mereka yang berakhir pernikahan, mendengar sang putri menjelaskan nya dengan seksama dan penuh kebahagiaan, membuat pak Selorin mengerti bahwa putrinya bahagia. Ia pun tak mempersalahkan nya.

"Selena, bagaimana apakah kamu bertemu dengan Devan?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut pak Selorin.

Edison sekuat tenaga menahan diri, ia tidak ingin terlihat canggung di depan istri dan mertuanya.

"Ayah maafkan Selena , tapi sampai sekarang aku dan Edison masih berusaha mencari keberadaan kakak Devan!"

Pak Selorin mengangguk, ini adalah ke 4 tahun ia merindukan putranya. Namun kedatangan putrinya setelah satu tahun, membuat perasaan nya terobati! Apalagi kini Selena sedang mengandung.

"Kalau begitu kamu pergi dengan suamimu istirahat, Ayah sudah membersihkan kamar mu setiap hari!"

Mendengar sang Ayah mertua yang begitu menyayangi istrinya, membuat Edison ingin membahagiakan Selena lebih dari pada ayahnya! Ia berharap bisa menyayangi Selena tidak dibawah standar ayahnya.

Selena masuk lebih dulu setelah pamit istirahat pada sang Ayah.

"Nak?" panggil pak Selorin pada Edison.

"Ya, Pak, Yah!" suara Edison tampak berantakan karena panik.

"Kamu bisa memanggil aku Ayah sekarang, kamu juga anakku sekarang!"

Edison tersenyum dan mengangguk kemudian izin menyusul Selena yang tampak tak sabar memasuki kamarnya.

Selena membuka pintu dan benar saja keadaan kamarnya sangat bersih walau kecil. Kasur yang tergeletak di lantai namun cukup besar untuk tidur berdua walau tak sebesar kamar Edison. Jika di katakan ukuran rumah Selena saja hanya sebesar kamar mandi Edison.

Sungguh nasib mereka amat sangat jomplang.

"Apa ini kamarmu?" tanya Edison begitu masuk ke kamar istrinya.

"Benar, kecil bukan? tapi sangat nyaman dan aku merindukan ini!"

"Apa kamu bisa tidur disini?"

"Tentu saja, disini aku menemukan kehangatan! Ibuku memelukku disini sebelum tidur kata ayahku, dan sekarang sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu."

Edison melihat ketulusan dari ucapan Selena.

Edison pun memasukkan kopernya kedalam kamar Selena, alih-alih membongkar koper, ia malah mencuci wajah dan tangannya kemudian berbaring di tempat tidur Selena yang hanya setengah ukuran kasurnya.

Namun siapa sangka, Edison bahkan mendengkur! Entah karena nyaman, atau karena dia amat sangat kelelahan.

Selena menatap wajah suaminya yang terlelap, ia juga ikut merebahkan diri di sampingnya.

Di mansion mewah di ibukota. Mia keluar dari kamarnya dan menanyakan keberadaan Edison dan Selena.

"Nyonya Nana! apakah kamu melihat Selena?"

"Mereka berangkat ke desa, dan berlibur beberapa saat di sana!"

"Nyonya bisakah tolong siapkan mobil, aku mau pergi ke makam Dave!" ucap Mia.

"Aku juga mau ke sana, mau bareng?"celetuk Jhon.

"Benarkah?" Mia sangat antusias dan segera mengambil tasnya juga berganti pakaian.

Jhon dan Mia pergi bersama ke makam Edison. Hanya butuh waktu 1 jam ke sana karena pemakaman yang digunakan untuk menyemayamkan Devan adalah sebuah pemakaman mewah dengan fasilitas bagus.

Jhon merasa Edison sering sekali ke sana, ia juga bisa melihat penyesalan Jack apalagi setelah bertemu Selena.

Mereka sampai di depan sebuah pusara, hanya berjalan beberapa langkah dari tempat Jhon memberhentikan mobilnya.

Sebuah buket bunga yang dibawa Jhon, ia letakan di atas pusara dengan nama Devan Selorin. Tangisan Mia langsung tak bisa ia tahan, kekasih yang dicintainya itu sudah terbaring di bawah pusara itu selama 4 tahun terakhir. Bayangan romantisme yang mereka lalui, masih tertinggal di dalam pikiran Mia , bahkan ia tak bisa tidur setiap malamnya.

Bayangan sebuah peluru melesat menembus dada Devan. dan Mia berlari ke arah pria yang dicintainya! Membuat Mia menyentuh dadanya yang sakit namun tak berdarah. Kekejaman Edison sangat jelas terpampang nyata juga di ingatannya.

"Han, apa menurutmu sekarang Devan bahagia?" lirih Sarah.

Devan yang juga bersimpuh di samping pusara melirik ke arah perempuan di sampingnya. "Apa yang membuatmu bertanya seperti itu?"

"Aku ingin dia bahagia, dia begitu karena aku! Bahkan Selena tidak bisa menemui kakak yang amat di sayangi nya."

"Edison sepertinya menyayangi gadis itu!"

"Apakah kamu tidak ingat, dia akan mengambil sesuatu dari gadis itu jika menyayanginya!"

Mereka diam seketika, bahkan tidak ada manusia yang bisa menebak hati manusia lainnya.

Di desa sudah malam, Selena terbangun dan mandi. Setelah itu ia keluar untuk melihat Ayahnya, ternyata pak Selorin sedang menyiapkan meja makan.

Tampak makanan sudah tertata rapih disana. Edison pun terbangun dan tidak mendapati istrinya.

Ia merasa sangat nyenyak tidur di kasur Selena yang kecil, lebih nyaman di banding di mansion mewahnya.

Ia kemudian berjalan ke ruang tamu. Tampak pak Selorin dan istrinya menatap ke arahnya.

"Nak Edison, ayo makan!" Ajak pak Selorin.

Edison tersenyum dan mendekati mereka kemudian duduk di samping Selena , di meja makan sederhana yang terdapat 4 kursi. Berbeda dengan rumah Jack yang terdapat dua belas kursi di meja makan mewahnya itu.

Kebersamaan mereka amat terasa hangat, Edison juga baru kali ini makan bersama orang tua yang ia panggil Ayah, rasanya seperti makan dengan seorang Ayah kandung yang memberikan perhatian pada anaknya.

Pak Selorin juga mendahulukan Edison di banding Selena putrinya, membuat Edison merasa sangat di sayangi mertuanya.

Pak Selorin juga sangat merindukan Devan, sekilas ia merasa menantunya itu adalah sang putra.

Selena tampak melihat ayahnya yang sedikit sendu.