webnovel

Chapter 21 DL

Malam pun tiba untuk mempersilahkan semua manusia yang beraktivitas di siang hari untuk tidur.

Berbeda dengan keadaan di mansion mewah Edison, kini sebelum matanya terlelap ia mendengar bebunyian dari hewan-hewan di luar rumah Selena.

"Ah, rindu sekali, sudah lama tidak mendengar bunyi seperti ini!" lirih Selena

"Sayang, kaki ku dingin sekali," ucap Edison.

Selena menoleh pada sang suami, padahal di rumahnya tidak ada pendinginan ruangan, tapi Edison tampak kedinginan karena angin malam di desa. Tanpa pikir panjang Selena bangkit dan membawakan Edison sepasang kaos kaki agar ia merasa sedikit hangat.

Benar saja, baru sekitar 10 menit Selena memakai kan kaos kaki itu! Edison sudah tidur.

Selena melihat ketenangan di wajah suaminya, raut wajah bahagia.

Ia pun ikut terlelap, perjalanan jauh itu cukup membuatnya sangat lelah.

Pak Selorin rupanya belum tidur, ia menghampiri seorang lelaki yaitu supir Edison. "Nak berapa umurmu?" tanya pak Selorin, melihat lelaki itu sepertinya masih muda.

Pak Selorin keluar membawa dua gelas kopi dan Snack kecil-kecilan, untuk mereka santap. Supir Edison juga sudah makan, ia tidur di sebuah ruangan kosong di samping rumah pak Selorin, sebuah kamar yang rapih biasanya di pakai Devan jika pulang ke rumah.

Mereka berbincang sampai malam tiba, dan masuk ke ruangan masing-masing setelah pak Selorin melihat anak itu tampak kelelahan setelah mengendarai kendaraan yang terparkir di depan rumah nya itu.

Pagi sudah menyapa lagi, suara ayam membuat Edison membuka matanya! Hawa dingin menyentuh kulit, dan sebuah kecupan mendarat di keningnya.

Selena tampaknya melakukan itu setiap pagi, tapi baru kali ini Edison menyadari.

Setelah membersihkan diri dan pergi untuk sarapan, Selena sudah tak melihat Ayahnya padahal ini baru pukul 7.40 pagi.

Karena pegal yang ia rasakan di punggung, ia pun berjalan ke area luar rumah dan begitu terkejut ketika melihat Ayahnya ada di tengah ladang semangka mereka membawa sebuah tolok ukuran besar untuk mengambil semangka.

"Ayah!" panggil Selena, ia melambaikan tangannya pada lelaki paruh baya itu.

"Ada apa?" jawab pak Selorin, juga mengangkat satu tangannya.

"Apakah ini waktunya panen?"

"Benar, nanti siang akan ada pemborong dari kota untuk mengambil semangka dan timun.

Mendengar itu Selena sangat antusias dan ingin bergabung dengan Ayahnya. Edison yang mendengar suara istrinya berteriak langsung keluar dan mencarinya.

"Sayang, ada apa?"

"Aku ingin ke tengah ladang, Ayahku akan memanen semangka,"

"Jangan kelelahan kasian bayi kita!"

" Aku tahu tapi bagaimana dengan Ayah?" raut wajah Selena murung.

"Baiklah, aku saja yang memanen semangka membantu Ayahmu!"

Selena melirik ke arah suaminya. "Apakah kamu serius?"

"Tentu saja," jawab Edison dengan percaya diri.

Dalam hitungan menit Edison sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah kaos dan celana yang membentuk kakinya, kemudian menghampiri Ayah mertua dan menawarkan diri menggendong tolok besar itu.

Pak Selorin pun mengajari Edison bagaimana memilih semangka yang siap di panen, dengan melihat ujung buah itu sudah agak mengering berarti sudah matang. IQ Edison yang cerdas hanya perlu satu kali penjelasan langsung membuatnya paham dan langsung bekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30, Supir mereka rupanya terbangun mendengar gelindingan semangka yang di taruh di depan rumah oleh Edison, "Pak, Tuan! Maaf saya telat bangun, apa ada yang bisa saya lakukan?" suara supir itu tampak tidak enak melihat Edison bekerja di ladang sedangkan dia baru bangun tidur.

"Tidak, tidur saja lagi pula kamu kelelahan setelah mengendarai mobil kemarin," ucap Edison.

"Tidur saja, nanti akan kami bangunkan saat makan siang!" timpal Selena.

Tapi supir itu merasa tidurnya sudah cukup, dan bergegas membantu Edison mengangkat semangka dari ladang yang sudah di panen pak Selorin.

Setelah selesai mereka berpindah ke ladang timun dan mulai memanennya, ini lebih mudah dan tidak seberat semangka! Sehingga Edison bisa mengerjakan nya dengan cepat, timun besar adalah timun yang bisa di petik.

Supir itu pun tampak sangat antusias melihat ladang milik pak Selorin yang sangat rapih dan enak di pandang. Selena memasak makanan untuk makan siang mereka, sehingga ketika suaminya, Ayah, dan Supirnya selesai memanen, mereka bisa langsung makan siang.

Tengah hari, matahari sudah berada di atas kepala. Pak Selorin mengajak menantu dan Supirnya itu untuk selesai dan makan.

Antusias Edison sangat terlihat dan segera menghampiri istrinya.

"Mau makan?" tanya istrinya, melihat suaminya datang.

"Tentu saja!" Edison seperti anak kecil yang manja pada sang istri.

"Ah, apakah lelah?"

"Tidak, ini sangat menakjubkan untuk pertama kalinya aku bekerja seperti ini."

Selena tertawa lepas mendengarkan penuturan Edison.

Kemudian Edison mendekatkan bibirnya ke telinga Karina. "Sayang, pantas ayahmu sangat kuat!" lirih Edison

"Kenapa?"

"Dia mengangkat semangka berat itu!" tunjuk Edison pada tumpukan semangka yang sangat banyak.

Pak Selorin wali sudah paruh baya, ia masih terlihat kuat melakukan banyak hal. Jiwa nya seperti anak muda dan memang sangat kuat.

Mereka pun makan bersama, supir Edison tampak sangat malu-malu ketika harus makan bersama Tuan mudanya.

Edison lebih terbuka dan ramah, akhirnya mereka pun makan bersama penuh kenikmatan walau menu yang di masak Selena sederhana.

Di mansion mewah, Mia sering menghabiskan waktu di taman! Menyeruput teh dengan menatap pada tiang di depannya, Han sering melihat Sarah seperti itu juga, namun ia memilih membiarkannya.

Di rumah itu, semua orang membiarkan urusan masing-masing untuk tidak saling mengurusi.

Sarah berpikir ingin menyelamatkan Selena dari cengkraman Edison, dan merasa itu sangat keterlaluan jika terus di biarkan.

Edison menghampiri Supirnya yang sedang istirahat di ruangan yang pak Selorin siapkan untuknya, namun Edison tampak gugup melihat foto-foto Karina kecil dan Dave kecil disana.

Saat sedang menatap dengan seksama, Edison di kaget kan dengan tepukan pak Selorin di pundaknya. "Nak?" itu Devan, Kakak Karina.

Edison mengangguk pelan.

"Dia sangat menyayangi Selena lebih dari apapun, dia pasti senang jika mendengar Karina sudah menikah dengan lelaki hebat yang ternyata bos di perusahaan nya dulu bekerja!"

Mendengar penuturan pak Selorin, hati Edison tampak sakit. Kini ia merasa bukan hanya membohongi Selena, tetapi lelaki yang sudah ia anggap Ayah juga.

Bagaimana ia bisa menghadapinya jika sampai lelaki paruh baya itu tahu bahwa menantunya ini yang membunuh putra kesayangannya.

Edison mengepalkan tangannya di samping bagian tubuhnya, menahan rasa yang tak bisa ia jelaskan, jika sebelumnya ia bisa melakukan apa saja, sekarang berbeda karena yang ia hadapi adalah istri dan mertuanya.

Tetapi yang lebih ia hargai adalah perasaan tulus menyayangi istrinya, sehingga tidak bisa jujur karena takut berakibat kehilangan nya.

Hari demi hari terus berlalu dan Selena juga Edison akan kembali ke ibu kota, yang berarti meninggalkan pak Selorin lagi.

Walau perasaan nya sangat menyatu dengan kampung ini, Selena benar-benar terikat oleh Ayahnya.