webnovel

Cinta Sabrina

20+ Sabrina Anastasya Bramantio, gadis cantik berusia 23 tahun itu terpaksa harus menelan pil pahit secara bersamaan dalam hidupnya. Dia tidak pernah menyangka hidupnya akan hancur bagaikan pecahan kaca. Kehancurannya berawal dari kekasihnyanya Reyno Prasetiyo yang selama 3 tahun bersama, akhirnya malah menikahi adik tirinya, Cantika Zaipahusna. Hingga suatu hari, Reyno mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Sialnya, Cantika menuduh Sabrina yang mencelakai Reyno, karena semua bukti-bukti mengarah padanya. Peristiwa itu terjadi begitu saja dan berhasil membawa Sabrina ke penjara atas dakwaan kelalaian. Siapa sangka, saat ia memulai kehidupan baru dengan menjadi asisten rumah tangga, di tempatnya bekerja dia menemukan sosok Azka Purnama Assegaf, putra dari majikannya. Wajah tampan dan sikap bijaksana yang dimiliki Azka, nyatanya berhasil menarik perhatian Sabrina. Pun sebaliknya. Azka juga perlahan mulai terkesan dengan sikap lugu Sabrina. Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka saling dekat dan mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, hati Sabrina kembali dipatahkan, saat mengetahui bahwa Azka hendak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Sakit. Hatinya bak hancur berkeping-keping. Untuk yang kesekian kalinya Sabrina terjerembap ke dalam lubang lara. Bagaimana kelanjutan kisah Sabrina dan Azka? Akankah pada akhirnya perjodohan itu berjalan dengan mulus, hingga mereka bisa bersatu? Mampukah Sabrina membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Miss_Pupu · Thành phố
Không đủ số lượng người đọc
292 Chs

Bab 258-Terbayang-bayang

"Samudra!" Sabrina tampak terkejut dengan kedatangan Samudra siang ini, di saat jam istirahat kantor. Ia merasa aneh dengan kedatangan Samudra, karena suaminya pun masih berada di kantor siang ini.

"Iya. Saya ingin bertemu, Nazwa. Ada yang harus saya bicarakan," ucap Samudra saat ia melihat Sabrina dengan aneh menatap ke arahnya.

"Oh iya, kebetulan dia tidak kemana-mana kok. Aku suruh ke situ ya," balas Sabrina datar. Ia pun segera berjalan menuju kamar Nazwa yang sudah di beritahukan Atun sebelumnya.

"Naz, ada Samudra di ruang tamu." Sabrina memberitahukan Nazwa yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Iya, barusan Atun sudah bilang," sahut Nazwa.

"Aku ke depan dulu ya. Tidak enak kalau tidak menghampirinya," sambungnya kembali berkata pada Sabrina.

"Iya, temui saja." Sabrina berkata dengan santai. Walau pun ia merasa geram pada Samudra, tetap saja harus menghargainya.

Nazwa kemudian melangkah menuju ruang tamu untuk segera menemui Samudra.