Sabrina kembali memeluk erat suaminya seraya mengusap punggungnya. "Sabar, Mas," ucapnya. Ia pun turut serta berduka dengan meninggalkan Yuzril Assegaf yang juga papah mertuanya.
"Tidak, Rin. Papah baik-baik saja kan! Papah tidak meninggal, Rin!" lirih Azka dengan nafas yang tak beraturan. Ia tampak dalam posisi terendahnya. Lututnya bergetar lemas tak dapat menopang tubuhnya. Sabrina memapah Azka untuk duduk di kursi besi berwarna silver. Tubuh Azka lemas tak bertenaga.
"Istigfar, Mas!" Sabrina terus berusaha memberikan kekuatan untuk Azka. Mengusap pungguhnya guna menguatkan. Ia dapat merasakan posisi suaminya saat ini tengah rapuh dan hancur.
"Ka, kamu harus kuat untuk mamah kamu," ucap Bramantio.
Azka masih membisu dengan menyenderkan kepalanya di dinding rumah sakit seraya memejamkan matanya. Mengatur nafas yang kian sesak. Azka semakin tak dapat mengatur perasaannya. Situasi sepahit ini tak pernah ia duga sama sekali.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com