Sedikit puas rasanya mengerjai gadis itu. Peri Ella benar-benar menikmati 'permainannya'. Anggap saja ini sebuah balas dendam kecil-kecilan.
"Siapa suruh masih menganggapku hantu. Gadis bodoh, padahal sudah jelas ia melihatku kemarin. Apa ia menderita hilang ingatan sesaat? Hm … mungkin karena saat bertemu denganku ia sedang kantuk? Memikirkan semua itu membuatku kesal. Aku seperti tak punya harga diri sebagai seorang peri yang baik hati."
Peri Ella masih berencana lagi melanjutkan sebelum ia merasa kasihan. Rasa panik Cindy tadi melukai dirinya sendiri. Jarinya teriris saat sementara memotong wortel.
"Aish! Dasar ceroboh! Aduh, sakit … hiks." Ia memegang jarinya yang terluka.
"Aku tidak melakukan apa-apa ya … salahnya sendiri tidak meletakkan pisau jauh dari tubuhnya." Peri Ella sedang membela diri.
Hening dan damai, Peri Ella memilih tidak membuka mulutnya lagi sambil mengamati Cindy. Ia menjadi takut pada gadis itu yang bisa saja semakin melukai dirinya sendiri karena ketakutan.ndy berdiri dari tempat duduknya lalu memutar keran air di wastafel dan membersihkan sisa darah dari jari telunjuknya. Lalu, ia mencari tissue untuk mengeringkan tangannya. Ia juga membungkus jari itu sementara dengan tissue sebelum akhirnya menuju kamar dan mencari perban.
"Nah kan … jadi rempong sendiri kalau panik. Makanya … jadi orang pemberani sedikitlah. Dan juga aish! Tolong, aku ini bukan hantu seperti yang kamu pikirkan." Ya, semua kalimat itu sekali lagi ingin ia sampaikan pada Cindy.
"Kali ini bukan mimpi lagi, kan? Aku benar-benar mendengar suara itu dengan sangat jelas. Ahk! Rumah ini berhantu? Sejak kapan?" Ia bergumam sendirian hingga mulai menyadari semua ini pernah ia alami, namun hanya sedikit berbeda. "Ini kejadian yang sudah pernah terjadi dan berulang?" Cindy memandangi jendela, meja belajar dan tempat tidur, lalu … kamar mandi. Ia mencoba mengingat sesuatu. Dan … "Oh shit! Itu memang peri kecil waktu malam kah?"
Setelah ia membungkus tangannya dengan sebuah perban, ia kembali ke dapur. Sungguh aneh rasanya, namun ia mencari keberadaan peri kecil itu.
"Astaga! Aku hampir lupa mematikan kompor!" Cindy langsung menuju kompor. Air rebusan untuk sup satu porsi itu sudah habis. Ia sedikit menyesal. "Aish! Harus buat lagi bumbu dasarnya. Hm, ckckck … geblek!" Ia lalu menatap ke sudut-sudut ruang seolah mencari sesuatu di sana. "Aku tahu kamu ada di ruangan ini. Boleh-boleh saja sih kalau kamu mau menampakkan diri, tapi … jangan mendadak ya? Aku orangnya kagetan soalnya … m … apa lagi ya? Oh iya, tapi kalau bisa selesai aku masak dan makan dengan tenang dulu." Cindy seolah sedang bernegosisasi dengan seseorang di sana.
Peri Ella menahan tawanya. Ini bukan hanya lucu, ini terlalu konyol baginya. Mengapa Cindy berpikiran untuk mengatakan itu bahkan belum melihat kenampakannya lagi?
"Aku tak akan mengatakan apa pun. Yang benar saja, apa ia sedang nego denganku? Ahahaha! Gadis ini menggemaskan dan menjengkelkan!" keluhnya dalam hati.
Cindy melihat lagi ke sekeliling. Wajahnya sangat jelas mencari sesuatu.
Ia berkata dalam hatinya, "Aku berhasil? Sepertinya peri atau sejenisnya itu mendengar permintaanku. Maaf ya, bukan aku tak mempercayai keberadaanmu, aku hanya … apa ya … m … ya begitulah."
"Tidak perlu kau ucapkan pun aku tahu, gadis penakut. Sudahlah, masak saja di sana dengan tenang. Kali ini aku tidak akan mengejutkanmu lagi." Peri Ella hanya bisa berkata lagi dalam hatinya. Ia benar-benar menahan diri untuk tak mengenjutkan gadis itu.
Peri Ella akhirnya menyadari sesuatu, rumah ini begitu tenang. Untuk seukuran satu rumah tangga dengan lima penghuni di dalamnya, ini sedikit aneh bukan? Untuk memastikan, peri itu terbang ke sana dan kemari, masuk satu ruang ke ruang lainnya. ia semakin bertanya-tanya di manakah ayah, ibu dan dua saudari tiri gadis itu.
"Hm … ini sangatlah aneh. Apa gadis itu sudah ditinggalkan? Bukannya belum waktunya ya? hm …." Peri Ella bergumam sendiri di dalam kamar ayah dan ibu gadis itu. Ia lalu melihat lagi ruang yang sedikit berantakan itu. Sepertinya ada hal mendesak yang sudah terjadi tadi pagi. "Sudah mendekati waktunya? Apa ini yang dimaksud Peri Lala saat memberiku hukuman? Jadi, bantuan seperti apa yang akan aku berikan nanti?"
Peri Lala kemudian kembali menuju dapur. Ia melihat Cindy sudah mulai menggoreng ayam. Baunya sangat enak dan menggoda. Peri Lala jadi ingin mencicipi sedikit seperti apa rasa makanan manusia. Apa itu lebih enak dari nektar bunga atau buah-buahan seperti yang biasa ia makan?
Ia mendekati asal aroma namun tetap berusaha tidak terjangkau oleh penglihatan gadis itu. Bunyi suara minyak yang sedang mematangkan ayam terdengar begitu merdu. Itu seolah memiliki nada tersendiri.
"Aish! Apa yag sedang aku pikirkan? Bisa-bisanya aku menghayalkan untuk mencoba makanan ini?! Sadarlah!"
Hai Darlings!
Di bab ini aku membuatnya saat sedang memasak ayam goreng, hahaha! Ya, benar sekali. Sembari menunggu ayamnya matang, aku mengertik cerita ini di dalam ponselku.
Betewe ... berapa dari kalian yang suka dengan ayam goreng? Tulis di kolom komentar ya!