webnovel

Obrolan

Hanya ada kesedihan di dunia ini.

Dalam waktu singkat, kesedihan itu berdampak kepada semua makhluk di dunia ini. Seluruh dunia mengalami fenomena aneh sepanjang masa.

Hujan yang tak berhenti dari malam hingga malam berikutnya. Malam berkabut telah menguasai seluruh bumi, seolah peristiwa alam itu sedang mewakili kesedihan seseorang.

...

Lantai tambahan Makam Besar Nazarick.

Ini adalah tempat yang diciptakan untuk hiburan akan keindahan alamnya. Seseorang menciptakannya atas dasar kebosanan.

Sejauh mata memandang, dapat dilihat hijaunya tanah yang sangat nyaman, yang mana tidak terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Bebatuan terukir dengan indah dan menghiasi sungai kecil yang mengalir ke ujung.

Di balik itu, dua buah gunung besar berdiri dengan megah menampakkan kehijauan dan kesuburannya. Puncak gunung adalah bebatuan es putih yang nampaknya telah dipahat oleh sang Dewa.

Tepat di bawah gunung terdapat danau besar yang airnya sangat jernih. Bahkan tampak jika seseorang meminum air dari danau, orang itu akan terlahir kembali. Apalagi ikan-ikan gemuk yang berenang di dalamnya. Mereka bermain di permukaan seolah tidak ada tekanan dalam hidup mereka.

Belum lagi suasana musim semi yang mengelilingi danau. Dedaunan berjatuhan melambangkan kebahagiaan dan awal yang baru. Bunga sakura berserakan di tanah, serta buah-buahan segar yang menggantung manis di pohonnya.

Untuk menggambarkan seluruh keindahan ini, hanya kata surga yang cocok. Siapapun akan betah jika tinggal di tempat dengan udara senyaman dan sesegar ini.

Apalagi langitnya yang cerah dan pelangi yang selalu menggantung dilangit bersama sinar matahari di baliknya.

Seharusnya begitu.

Tapi kondisi saat ini bukan untuk menampilkan keindahan semacam itu. Saat sang Penguasa sedih, seluruh rakyat ikut menangis.

Inilah yang bisa digambarkan pada situasi saat ini. Alih-alih menampilkan langit biru yang cerah dan pelangi warna-warni, apa yang ditampilkan saat ini hanyalah kesuraman.

Awan mendung dan petir meledak di langit secara beruntun. Daun-daun hijau sudah tidak ada lagi di seluruh pohon yang berada di sini. Mereka lenyap oleh sesuatu yang tidak diketahui.

Apalagi semua jenis air telah digantikan oleh cairan keruh yang menjijikkan.

Pada saat ini, mata Asheel terbuka dan tidak berkedip sekalipun saat melihat Phina terbaring di ranjang. Suasana memancarkan ketegangan yang menakutkan.

Tempat mereka berada adalah di sebuah hamparan bunga yang berada di sebuah bukit pada lantai tambahan Makam Besar Nazarick. Ini hanya sebuah bukit kecil yang mana di tengah-tengah bukit terdapat sebuah rumah kayu kecil yang tampak sederhana namun menampilkan keindahan tersendiri.

Di dalam rumah kayu, Phina yang tidak sadarkan diri ditempatkan di salah satu ranjang yang terpisah. Sementara ranjang lainnya ditempati oleh Ophis dan Yukane yang juga pingsan setelah terkena tekanan kekuatan dari Phina yang tidak terkendali.

BOOM!

Petir meledak dan awan hitam mengambang di atas rumah ini. Mendengar kegaduhan di luar, Sera segera menampar kepala Asheel dan memarahi:

"Hentikan kesedihanmu yang tidak berguna itu. Sebelumnya kau bahkan yang menghiburku agar tetap tegar dalam menebus kesalahan ini. Sekarang, kaulah yang benar-benar putus asa disini."

Mendengar itu, Asheel akhirnya berkedip dan mengambil napas dalam-dalam. Dirinya sudah dalam posisi ini selama setengah jam. Menatap Phina yang tak berdaya tanpa bisa berbuat apa-apa, serta menimbulkan cuaca buruk karena keterpurukan suasana hatinya.

Untuk eksistensi setingkat Asheel, bahkan cuaca akan mengikuti bagaimana kondisi suasana hatinya, jika Asheel baik-baik saja, dunia akan berjalan normal seperti biasanya. Saat Asheel sedih, cuaca buruk akan menimpa seluruh dunia.

Inilah yang terjadi saat ini, penyebab seluruh dunia luar mendung dan hujan deras disertai dengan petir yang meledak tak terkendali.

"Kita berada disini bukan untuk melampiaskan kesedihanmu. Hanya tempat ini yang paling dekat dengan aturan alam atas. Ingatlah dengan alasan mengapa kau menciptakan dunia artifisial ini?"

"Demi kehidupan."

Asheel membuka mulutnya di tengah kesedihan yang terjadi. Sejauh dia hidup, dia merasa sangat konyol saat mengatakan satu kalimat itu. Lagipula, dia adalah orang yang tidak peduli dengan kehidupan dan kematian makhluk lain. Tapi sekarang, dia berharap pada datangnya kehidupan itu sendiri.

Ini semua demi kehidupan putrinya.

Bahkan jika cara satu-satunya agar dia bisa hidup adalah menukar nyawanya sendiri, dia sangat rela melakukannya. Meski dia telah melakukannya saat ini....

"Selain itu, cepat tutup luka di dadamu. Aku tidak ingin membuat Phina khawatir saat dia bangun dan melihatmu." Sera segera membujuk Asheel.

Apa yang dikatakannya tidak salah. Bagi manusia normal, kondisi Asheel saat ini pasti akan membunuhnya. Bagaimana tidak, tubuh Asheel saat ini mempunyai lubang besar di dadanya seolah-olah sebuah tangan telah secara paksa merobek kulitnya dan mencabut jantungnya.

Namun, yang sebenarnya terjadi bukanlah seolah-olah lagi. Asheel memang melakukan itu dengan tujuan tertentu.

"Kau benar."

Setelah sekian lama, Asheel mengeluarkan senyumannya dari wajahnya yang kusam itu. Segera, lubang di dadanya sembuh dengan kecepatan yang terlihat oleh mata telanjang. Sel-sel dagingnya menjahit satu sama lain menghasilkan sel baru di tubuhnya. Secara instan, tubuhnya telah pulih ke penampilan semula.

Tapi meskipun tubuhnya telah pulih, inti kekuatannya telah retak. Artinya, dia tidak memegang kekuatan penuh atas dirinya sendiri saat ini. Asheel tidak peduli dengan hal itu untuk sekarang. Dia lebih mempedulikan dengan apa yang terjadi dengan keluarganya.

"Aku juga perlu membersihkan pakaianku."

Setelah kalimat itu diucapkan, semua darah yang menempel ke pakaiannya juga menghilang tak tersisa. Sebelumnya, bahkan Asheel tidak sadar jika lukanya masih membuka saat semua fokusnya sendiri dia taruh pada keselamatan Phina.

Mengetahui bahwa Asheel tidak memiliki akses penuh pada kekuatannya, Sera tentu saja sangat khawatir. "Apa kau baik-baik saja?"

Sekarang, Sera tidak bisa tidak berharap agar Asheel tidak memiliki masalah serius. Lagipula, pria itu telah menukar sesuatu yang berharga bagi seorang Dewa untuk keselamatan putrinya.

"Ini hanya Sub Origin milikku yang aku korbankan, tidak menjadi masalah besar karena Origin ini masih bisa tumbuh. Toh, ini juga demi Phina." Asheel menjawab saat tatapannya masih jatuh pada Phina yang tertidur.

"Tapi berapa lama agar bisa pulih seperti sebelumnya?" tanya Sera.

Asheel terdiam sejenak sebelum menghela napas, tidak lama dia membuka mulutnya: "Aku tidak tahu, mungkin sangat lama."

Sera menutup matanya sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengorbankan apa-apa untuk menolong Phina yang membuatnya lebih merasa bersalah, namun dia memendam perasaan yang tidak dibutuhkan ini dalam-dalam.

"Sudah berapa lama kita tidak merasakan lonjakan emosi seperti ini...?" Sera bertanya sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok, sedangkan Asheel masih duduk di kursi tepat disamping kasur tempat Phina berada.

"Aku tidak peduli dengan itu," Asheel sukarela mengikuti basa-basinya. "Tapi karena itu, aku merasa lebih bertekad akan sesuatu. Memang, segalanya bisa dengan mudah kita peroleh. Namun, aku ingin lebih serius dalam memerankan peranku sebagai seorang ayah saat ini."

Sera tersenyum, "Selamat, itu merupakan sebuah perkembangan yang baik untukmu."

Mereka melakukan basa basi untuk meringankan perasaan mereka sendiri dan juga tidak lupa untuk memeriksa keselamatan dua naga yang juga terbaring di sana. Setelah beberapa menit, Asheel keluar dan melihat langit telah mereda.

"Itu berhasil, meskipun sedikit." Asheel tersenyum saat dia berjalan lurus.

Memang masih gelap dan hujan, tapi Asheel tidak bisa menahan perasaan kesedihan dalam hatinya untuk saat ini. Bahkan jika dia bisa merubah langit menjadi cerah, dia tetap tidak akan bisa menyembunyikan kesedihannya.

Dia tidak berada dalam kondisi bisa seenaknya menggunakan kekuatannya yang tidak stabil. Karena harus mencangkok Origin miliknya dan menyempurnakannya untuk diberikan kepada Phina sebagai pengganti jantungnya yang telah membusuk, Asheel saat ini tidak bisa mengendalikan kekuatannya dengan sempurna.

Bahkan jika dia terpeleset sedikit saja, dapat dipastikan jika dunia ini akan berada dalam masa kehancuran. Dan itu akan mencolok karena pengaruhnya akan sampai ke dunia luar.

...

"Aku baru pertama kali melihat perubahan ekspresi Sera-sama sampai sejauh itu. Aku khawatir masalah ini sangat serius." Albedo mengatakan kekhawatirannya di pertemuan para Floor Guardian dan petinggi lainnya.

"Ngomong-omong, Momonga-sama sudah pergi?" Shalltear bertanya.

Dia tidak melihat Momonga sejak malam itu, jadi dia hanya bisa berasumsi seperti itu.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi jujur saja, sepertinya Momonga-sama tidak akan banyak membantu. Hanya ikatan kuat Asheel-sama dan Sera-sama yang bisa menyelesaikan masalah ini." Demiurge mendorong kacamatanya saat berbicara.

"Apa kau tahu sesuatu, Demiurge?" Aura bertanya, masih bingung dengan apa yang mereka bicarakan.

Masalah ini sangat mendadak, dan sebagian besar dari mereka masih tidak mengetahui apa yang terjadi. Bahkan mungkin Albedo dan Demiurge sekalipun tidak tahu banyak.

"Ini tentang Tuan Putri, Seraphina-sama. Sepertinya putri sedang sakit parah." Demiurge memberitahu intinya. "Meskipun kita ingin membantu, tapi kita masih terlalu lemah untuk menyebabkan kausalitas dengan keberadaan yang lebih tinggi seperti Putri dan Tuhan kita. Selebihnya, aku pun tidak tahu."

"Apa yang dikatakan Demiurge memang benar. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu informasi dari Asheel-sama atau Sera-sama." Albedo menambahkan, sebelum tiba-tiba mengerutkan kening dengan tidak senang: "Tapi ... apa yang Yasaka lakukan sampai tidak menyambut kepulangan Asheel-sama disini?! Jalang itu sangat lancang!"

"Hmph, bukankah itu tanggung jawabmu sebagai orang yang pernah bersetubuh dengannya?" Demiurge menyembunyikan tatapan matanya yang mengejek dibalik kacamatanya.

"Brengsek, aku bahkan telah menghubunginya langsung dengan «Message»! Tapi dia tidak menganggapnya serius!" Albedo menggigit bibirnya menerima penghinaan rivalnya.

Sementara kedua orang itu berdebat, Shalltear memikirkan apa yang dia katakan kepada Sera sebelumnya. Dari lubuk hatinya, dia masih menganggap jika semua kejadian ini adalah salahnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Shalltear?"

Suara serak dan kasar dari seorang serangga humaoid biru memotong lamunannya.

"Haa, apa jangan-jangan kamu melakukan sesuatu lagi?!" Aura tampak menghela napas panjang saat menyadari sesuatu pada Shalltear.

"Hmm?" Albedo dan Demiurge juga berhenti berkelahi saat tatapan mereka berdua jatuh pada Shalltear secara bersamaan.

"Aku anggap kamu mengetahui sesuatu...?" Seorang iblis bernama Diablo juga menatapnya dengan tatapan mendesak. Matanya tampak akan memaksa Shalltear dengan kekerasan jika saja keadaan memperbolehkannya.

Namun mereka tidak boleh berkelahi satu sama lain tanpa izin Asheel.

Shalltear yang diberi tatapan seperti itu oleh semua orang segera mengelak dengan gugup. "A-Apa yang kalian katakan?! Aku juga tidak mengetahui apa-apa...."

Aura langsung menepuk bahunya, "Sudahlah, Shalltear. Kau benar-benar pembohong yang buruk!"

"Apa katamu!?" Shalltear tidak terima atas perkataannya.

"Shalltear!"

Tapi dia segera gugup kembali saat semua orang menatapnya dengan lebih intens seolah-olah akan menelanjanginya dan membuatnya mengatakan semua hal yang dia ketahui.

"T-Tidak, bukan berarti aku mengetahui sesuatu ... tapi ini mungkin juga salahku...."

Dibawah desakan semua orang, Shalltear akhirnya mengakui perbuatannya. Dia mengakui jika sebelum kejadian, dia hampir berhubungan seks sebelum Asheel tiba-tiba menghilang sampai saat ini. Dia kemudian melaporkan apa yang terjadi pada Sera.

Saat Albedo akan meledak dengan kemarahan dan kecemburuan, suara langkah kaki yang sangat anggun tiba-tiba datang.

Langkah itu terdengar mendekati mereka dengan perlahan, sebelum sosok Sera muncul dari arah yang sama.

Sera mendekati mereka, tidak, lebih tepatnya mendekati Shalltear. Sementara itu, Shalltear merasa gugup saat Sera berdiri tepat di hadapannya dan sedang menatapnya.

Karena tinggi badan, Shalltear harus mendongak untuk melihat wajah cantik Sera. Saat itu, yang terakhir membuka mulutnya:

"Shalltear, aku mempunyai permintaan untukmu."