webnovel

Book 1 - Chapter 18: Membuat Kekacauan Di Ibukota

*Boom *Boom *Boom

Suara ledakan yang dihasilkan dari mantra sihir dan bangunan yang hancur terdengar sangat jelas pada malam hari itu. 

*Hah *Hah *Hah

Namun seorang pria gemuk yang sedang ngos-ngosan tidak peduli dengan suara ledakan itu, dia lebih peduli pada nyawanya sendiri saat ini. 

*Hah *Hah *Hah

Dia bersembunyi dari seseorang yang mengejarnya dari tadi. 

*****

Saat pria gemuk itu keluar dari kamar setelah memperkosa anak gadis yang masih kecil, didepannya ada seorang anak yang berjalan kearahnya. 

Tubuhnya lebih kecil dari dirinya namun aura yang dia keluarkan sangat menakutkan seolah-olah kau sedang berhadapan dengan iblis. 

Dia memakai topeng dan pakaian yang serba hitam, "Siapa kau?" Pria itu bertanya dengan meninggikan suara untuk menyembunyikan rasa gelisahnya. 

*Slash

Sebuah sayatan diarahkan ke pria itu, membuat telinganya terpotong. "Aaaarrrrrggggghhhhh!!!" Dia berteriak kesakitan sambil menutup darah yang keluar. 

*Tak *Tak *Tak

Dia berjalan kearahnya, membuat dia ketakutan. "Hiieekk!" Dia lari terbirit-birit, mencoba kabur darinya. 

*Swoosh

Sebuah bola api hitam melayang kearahnya namun itu hanya melewatinya saja. 

Sampai pada saat ini dia masih dikejar. 

*****

"Siapa kau? Kenapa kau melakukan hal ini padaku? Apa kau tidak tau siapa aku?" dengan suara yang gemetar dia mencoba sekali lagi mencoba menakutinya. 

"Aku tidak peduli siapa dirimu, yang pasti kau tidak akan mati dengan cepat" Suara wanita menjawab pertanyaannya. 

*Swoosh

"Arrrggghhhh" Bola api hitam kini mengenai kakinya, dia menjerit kesakitan dan kulit kaki yang penuh dengan lemak itu kini meleleh hanya dengan satu serangan, hanya tulang betisnya saja yang kini tersisa. 

"Arrggghhhh, arggghhh *hiks" Dia menjerit dan menangis, tidak tahan akan rasa sakit yang dialaminya. 

*Whoosh

Dia kini menampakkan dirinya dihadapannya, "sudah aku katakan padamu, kau tidak akan mati dengan mudah" 

Dengan rasa marah, takut, gelisah yang bercampur aduk, dia masih mencoba mengajak negosiasi, "A-Aku benar-benar tidak tau apa salahku padamu, N-Namun j-jika kau ingin uang aku punya banyak. Kau, kau bisa mengambil semuanya" Dengan air mata yang masih menetes namun wajah gemuknya terlihat dapat dipercaya, seolah-olah dia benar-benar akan memberikan semua hartanya. 

"Aku bisa mengambil semua hartamu tanpa harus meminta izin darimu" Wajahnya yang tadinya memiliki sedikit harapan kini semuanya telah pudar. 

"Kau!! Jika saja aku membunuhmu lebih awal, masterku tidak akan marah padaku!!!"

*Slashh

*‎Crash

"Aaaaarrrrrrgggghhhhhh!!!" Kakinya yang satunya lagi dipotong oleh Bilah Mana yang bersinar ditangan kanannya, kini pria itu tidak bisa berlari lagi karena sudah di amputasi olehnya. 

Dia merangkak sambil menangis menahan rasa sakit, *Bugh perutnya ditendang dan dia menghantam dinding dengan sangat keras sampai muntah darah. 

"Kau juga telah memperkosa banyak anak-anak yang masih polos, benda menjijikkan milikmu itu juga harus dimusnahkan terlebih dahulu" 

Dengan ekspresi jijik yang tertutup topeng, dia membuat bola api lagi dan mengarahkannya ke selangkangan pria itu dan membakar penisnya. 

"Aaaaarrrrrrgggghhhhhh!!! Aaaaarrrrrrgggghhhhhh!!!!!"

Dia hanya bisa berteriak dan berguling-guling dilantai, mencoba memadamkan api itu dengan tangannya namun bukannya padam. Api itu malah merambat ketangannya dan dengan cepat membakar seluruh tubuhnya menjadi abu. 

"AAAAAAARRRRRRRGGGGGGGGGHHHHHHHHHHH!!!!!!"

Dengan ekspresi puas dia meninggalkan pria yang telah menjadi abu itu. 

'Master, aku telah menyelesaikan tugasku hehe~'

*****

Ledakan yang disebabkan oleh pertarungan Alen dan terlihat dari jauh para perajurit penjaga ibukota mulai bergerak kearah mereka. 

'Sial, aku harus segera menyelesaikan ini'

*Slash

*Klang

Sebuah pedang yang menebas kearahnya ditahan dengan menggunakan mantra angin "Lihat kemana kau bajingan?"

Alen melihat ekspresi musuhnya sangat marah sehingga urat-urat yang dikepalanya bisa terlihat.

*Klang *Klang *Shing *Klang

Mereka berdua beradu pedang namun Alen hanya menggunakan bilah angin sebagai pedangnya. 

*Swoosh

Bola api hitam mengarah pada musuh *Boom namun bola api itu ditangkis oleh pedang Aura-nya, Alen melihat kearah darimana datangnya bola api itu. 

Dia tau bahwa bola api itu milik Rosaria, dan dia melihatnya mengangguk padanya. Tersenyum meski menggunakan topeng, Alen berkata "Maaf tapi sepertinya aku harus berhenti bermain main" *Smirk

"Apa?" Dia tidak terlalu mendengar apa yang Alen katakan sehingga bilah angin yang sangat cepat sudah mengarah padanya. 

*Klang

Dia menangkis Bilah Angin itu namun pedangnya malah hancur. 

*Swoosh

 

Bilah Angin yang baru telah melesat lagi, *Slash. Kini Bilah Angin itu mengenai tubuhnya "Ghak" 

*Swoosh *Swoosh

*‎Crash *Crash

Dua Bilah Angin lainnya memotong kedua tangannya, Alen mengamputasi kedua tangannya supaya dia tidak bisa menggunakan tangannya lagi untuk berbuat jahat.

*Bugh

Pria itu pingsan ditanah, Alen sudah tidak mempedulikannya lagi. Dia menuju Rosaria "Apa para sanderanya sudah kamu bebaskan?"

"Sudah, master"

"Kalau begitu ayo kita kembali"

"Apa anda akan membiarkannya tetap hidup?"

"Para Prajurit ibukota akan segera datang kemari, kita tidak punya waktu untuk melakukan hal itu. Biarkan mereka saja yang memberikan hukuman padanya"

Setelah itu mereka berdua bergegas kembali sebelum ketahuan.

*****

"Kemarilah, Ada mayat juga disebelah sini"

"Baik, aku akan segera kesana"

"Hei, berikan kain pada mereka"

Suara riuh dari para prajurit.

Setelah Alen pergi, para penjaga berkumpul untuk menginvestigasi apa yang telah terjadi disana. 

Mereka menemukan banyak orang yang pingsan, satu orang terluka dan satu orang telah tewas dibakar. 

Mereka juga menemukan anak-anak yang dijadikan budak sex ditempat itu. 

"Salam, Tuan Reinhart. Maaf, kami belum menemukan siapa dalang dibalik penyerangan malam ini. Namun menurut para saksi dia mengenakan pakaian dan topeng hitam"

Seseorang berbicara kearah pria tinggi berambut hitam itu, dia sangat tampan. Dia menghela nafas dengan ekspresi yang dingin "Lanjutkan investigasi dan suruh sebagian prajurit untuk mengamankan para budak itu"

"Siap Laksanakan Tuan"

Dengan hormat dia pergi meninggalkan pria berwajah datar itu. 

Dia masih merenung namun tak lama, *smirk wajah datarnya membuat sebuah lekukan di pipinya "sepertinya ada seseorang yang ingin bermain menjadi pahlawan"