webnovel

Book 1 - Chapter 19: Awal Bertemu Takdir

Disebuah gang sempit yang dekat dengan rumah Layla, Alen dan Rosaria berdiri disana. Alen melepaskan topeng putih yang menutupi wajahnya "Huft, Sungguh malam yang melelahkan." dia tertawa kecil untuk mencairkan suasana namun Rosaria hanya diam saja membuat perkataan Alen terasa cringe. "E-Ekhem, ngomong-ngomong Alpha. Tidakkah kamu merasa gerah atau sesak nafas saat memakai topeng? Kamu bisa membukanya"

Rosaria mengangguk "Baik Master". Rosaria hendak melepas topengnya namun terhenti oleh panggilan Alen, "Alpha".

"Ya Master?" 

Alen menggunakan kode lewat matanya dengan melirik secara cepat topeng miliknya, "Saat ini aku tidak mengenakan topeng"

Rosaria tersentak, dengan malu-malu dia berkata "Y-Ya Alen"

Alen tidak bisa menahan senyumannya, dia mencubit pipi Rosaria karena gemas padanya. 

"Awh, jhangan menhubit hihiku Alen" 

"Hahaha oke oke" setelah melepaskan cubitannya dia malah mengelus kepala Rosaria.

"Karena sudah larut malam sebaiknya kita segera kembali"

Merasa kesal dan juga malu karena perlakuan Alen padanya, dia berkata "Baik yang mulia" dia mengatakan hal itu dan mengedipkan satu matanya dan menghilang dengan cepat menuju Arsy.

"Huh?" Alen tidak dapat merespon dengan cepat apa yang Rosaria katakan, namun entah kenapa dia merasa kesal dan mengepalkan tangannya "Rosaria"

Karena tidak ada gunanya menanggapi perkataan Rosaria, Alen segera masuk kembali ke kamarnya lewat jendela, dia melihat Layla yang masih tertidur pulas. 

"Astaga, aku lupa jika ada dia disini"

Tanpa pilihan lain dia berbaring disamping Layla dengan sedikit menjaga jarak darinya. 

*****

Cahaya mata hari masuk lewat kaca jendela dan mengenai wajah cantik yang sedang tidur. 

"Umh"

Merasa terganggu oleh cahaya, Alen mencoba membuka matanya sedikit. Namun rasa kantuk jauh lebih menguasai tubuhnya, dan dia kembali memejamkan matanya. 

Namun pintu kamar terbuka dan seseorang berjalan kearahnya, "Alen ayo bangun, sarapan sudah siap" Layla datang kekamarnya karena disuruh untuk membangunkan Alen. Biasanya yang sering membangunkannya di pagi hari adalah ibunya, namun kali ini Layla lah yang membangunkannya. 

"Umh, lima menit lagi"

Dia tidak menghiraukan perkataan Layla dan lanjut tidur, karena tidak segera bangun, Layla menghembuskan angin ke telinga Alen "*Hu~" 

"Mhyaaa~"

Karena telinganya yang sangat sensitif, Alen berteriak karena kegelian. "Ahahaha" Layla hanya bisa tertawa karena reaksi lucu Alen. 

"Grrr, Kak Layla!" Dia merasa sangat kesal dan melemparkan bantal ke wajah Layla.

*Bugh

"Ugh" Bantal itu mengenai wajahnya, dan saat bantalnya terjatuh. Wajahnya terlihat kesal, dia mengambil bantal itu dan melemparkannya kembali ke arah Alen. 

*Swoosh

Namun sayang, Alen bisa menghindari serangan itu dengan cara mengelak. "Ahaha Tidak kena" dia melihat bantal itu bergerak melewatinya dan saat dia melihat kembali kedepan. Layla melompat kearahnya dan menimpa tubuhnya. 

"Hyaaaa"

*Bugh

"Ugh"

Alen terbaring dan Layla menduduki perutnya sambil menahan kedua tangan Alen. "Hehehe sekarang kamu tidak akan bisa berbuat nakal Alen" "Ugh, Kakak kamu berat"

"Apa?" tidak terima dikatain berat, Layla mencubit kedua pipi Alen, sehingga bibirnya membentuk senyuman aneh. 

"Coba katakan sekali lagi" Layla merasa kesal

"Awuh, Mhaaf. Ahu Huma Behanda"

"Layla apa yang sedang kamu lakukan? Cepat bangunkan Alen!" Terdengar suara Sarah memanggil putrinya. 

"Iya Ibu!!" Layla menjawab panggilan ibunya. 

Layla menyingkir dari tubuh Alen. "Ayo sudahi dulu bercandanya. Alen ayo cepetan bangun dan mandi"

"Baik Kak" Alen kali ini mematuhi perkataan Layla. 

*****

Setelah mandi Alen turun untuk sarapan, di meja makan hanya ada tiga orang yaitu Layla, Sarah, dan Ibunya. 

"Akhirnya putraku yang tampan sudah turun, ayo kemari nak" Alea memanggil anaknya untuk segera bergabung dengan mereka, Alen hanya bisa tersenyum mendengar pujian dari ibunya. 

"Tapi Bibi, wajah Alen itu lebih kearah Cantik" dengan tersenyum Layla ikut dalam percakapan, Alea hanya tersenyum mendengarnya. 

"Diamlah kakak" Alen hanya bisa merasa kesal mendengar perkataan Layla. 

"Sudah-sudah, ayo kita mulai makan saja. Dan Layla jangan menjahili Alen terus"

4#

"Baik bu"

Mereka semua akhirnya mulai menyantap hidangan dimeja. 

"Ngomong-ngomong yang wLainnya pada kemana?" Alen bertanya dan Alea menjawab "Mereka semua pergi berburu bersama dengan membentuk Party"

"Berburu!" Wajah Alen tiba-tiba menjadi bersemangat. "Alen!" namun Alea dengan cepat membentak Alen. 

"Ah, maaf bu"

Melihat hal itu Layla dan Sarah saling memandang, Sarah mencoba bertanya, "Ada apa Alea? Kenapa kamu tiba-tiba bersikap seperti itu?" 

"Ah maafkan aku, saat mendengar berburu. Alen selalu bersemangat dan ingin ikut pergi melihat ayahnya berburu"

"Ah, aku mengerti apa maksudmu" Sarah sepertinya tau apa yang dikhawatirkan Alea. 

Melihat Alen yang terlihat murung, Layla menggenggam tangannya dan tersenyum "Dari pada berburu, bagaimana kalau setelah ini ikut aku pergi bermain"

"Benarkah? Kemana?" Alen mencoba terlihat ceria kembali. 

"Hehe Itu rahasia"

Melihat mereka berdua sangat akrab, Alea dan Sarah tersenyum. Alea bersyukur dia bisa membawa Alen kemari dan bisa melihatnya bermain dengan teman seusianya.