webnovel

Book 1 - Chapter 14: Rosaria

Alen hanya berdiri disana dan melihat mereka pergi begitu saja, sebenarnya dia juga ingin langsung pergi kembali ke tenda, tapi dia harus memeriksa Demon yang dia bawa ke Arasy.

Bayangan kegelapan muncul dari bawah dan menutupi seluruh tubuh Alen, dan membawanya ketempat yang tidak asing. Alen kini sekarang berada di Arasy, dia mencari keberadaan Demon itu dan menemukannya sedang duduk dibawah pilar tinggi yang menopang tempat ini.

Gadis Demon yang telah menyadari keberadaan Alen, seorang anak kecil yang masih berusia 2 tahun. Meski begitu dia terlihat sedikit takut padanya. Tapi dia mencoba memberanikan diri untuk bertanya "S-Siapa kau?"

Alen mundur satu langkah baru menjawab pertanyaannya, "Tenang saja, aku tidak bermaksud jahat. Namaku Alen, aku tadi menyembuhkanmu dengan mantra [Heal]"

"Jadi kau yang menyembuhkan kutukanku?"

"Kutukan? Sebenarnya aku tidak tau apa yang telah terjadi padamu. Aku hanya secara refleks langsung menyembuhkanmu"

"Aku adalah seorang iblis, tidak seharusnya kau menyembuhkanku dan kau akan menyesal karena telah menyembuhkanku" ekspresinya terlihat sedikit marah.

"Oh, begitukah?. Ngomong-ngomong apa sekarang tubuhmu sudah terasa jauh lebih baik?" tanya Alen dengan wajah polosnya.

"Aku... Tubuhku..." Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, air mata mulai menetes keluar dan tangisan keras terdengar menggema di ruangan ini.

Alen mendekatinya dan menepuk bahunya "Aku tidak akan pernah menyesal karena telah menyembuhkanmu, meski orang lain mungkin akan membencimu, membenci ras mu, aku tidak akan pernah menyesal jika membantu orang yang membutuhkan. Itulah yang ibuku ajarkan padaku" Alen tersenyum, dia selalu mengingat perkataan ibunya untuk tetap berbuat baik pada siapapun.

Dia melihat Alen dengan wajah penuh air mata, dan membenamkan wajahnya didada anak kecil itu.

Alen mengusap lembut kepalanya dan berkata "Tidak apa-apa, keluarkan saja semua perasaanmu sampai puas. Jangan ditahan, karena itu tidak baik"

Meski perkataannya terdengar gentleman, namun suasana hati Alen menjadi tidak karuan.

'Astaga Alen bodoh, apa yang telah kau katakan. Mengatakan kata-kata yang sok keren, astaga itu tadi memalukan sekali' Dia mengutuk dirinya sendiri didalam hati.

*****

Tangisan telah mereda meski isakannya masih terdengar, dia mengusap air matanya "Apa kau sudah mendingan sekarang?" Alen bertanya kepadanya dan dia mengangguk.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu" Alen bertanya lagi dan dia menggelengkan kepalanya "Aku tidak tau"

"Apa kau tidak memiliki nama?"

"Dulu... Aku punya, Tapi sekarang... Aku sudah membuangnya"

Sepertinya ada hal yang tidak bisa dia katakan, jadi Alen bertanya lagi "Jadi aku harus memanggilmu apa?"

"....."

Dia tidak menjawab, "Bagaimana kalau kita mencari nama baru untukmu?" dia kemudian mengangguk perlahan.

"Baiklah, sekarang mari kita pikirkan... Nama yang bagus... Hmmm..."

Alen mencoba memikirkan nama-nama yang bagus.

"Ah, bagaimana kalau... Rosaria"

"Rosaria..." Dia sedikit tersenyum mendengarnya.

"Apa kau tidak suka?" Alen bertanya, karena dia tidak pandai memberi nama. Namun dia menggelengkan kepalanya "Tidak, itu nama yang bagus. Aku menyukainya" Dia tersenyum pada Alen, yang membuat hati Alen berdebar-debar.

'Astaga, dia sangat cantik sekali ketika tersenyum'

Melihat Alen yang hanya terdiam melihatnya, Rosaria bertanya "A-Apa ada sesuatu diwajahku?" saat itu juga Alen tersadar "Ah, tidak. Aku hanya terpesona sejenak karena kecantikanmu. Hehe" jawab Alen dengan jujur dan malu-malu.

Mendengar hal itu wajah Rosaria menjadi merah semerah tomat, terlihat seperti ada asap mengepul dari kepalanya. Dia hanya bisa menunduk karena malu dan menyembunyikan senyumannya.

"Ekhem, ngomong-ngomong sekarang kita harus bagaimana? Apa kau punya tempat tujuan" Alen berdehem dan bertanya, kira-kira apa yang akan Rosaria lakukan selanjutnya. Apakah dia ingin pergi atau bagaimana?.

Rosaria hanya terdiam dan menunduk, sebelum akhirnya dia bisa bicara "Aku... Tidak punya tempat tujuan"

"Karena itu kumohon, izinkan aku untuk berada disisimu" Rosaria bersujud pada Alen "Aku... Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan, tidak ada tempat untukku hidup didunia ini... Kumohon aku akan melakukan apapun" Rosaria terlihat kembali menangis.

Dan Alen juga cukup bingung, karena dia tidak tau cara menampung Rosaria. "Itu... Cukup sulit, aku hanya punya tempat ini sebagai tempat persembunyian"

"Tidak masalah, ini sudah cukup untukku"

Jujur saja Alen masih bimbang, tapi jika dia menolak. Rosaria mungkin akan ditangkap lagi, dan yang lebih buruknya lagi dia mungkin akan dibunuh.

"Hmmm baiklah, kau bisa tinggal disini. Tapi disini tidak ada kasur, dan hanya ada lantai yang dingin. Ahh, dan disana ada kotak yang berisi beberapa makanan seperti roti. Kau bisa memakannya"

"..."

Rosaria hanya terdiam dan melihat Alen yang bicara, "Kau... Apa kau bersungguh-sungguh memperbolehkanku untuk tinggal disini?"

"Hmm? Tentu saja. Lagipula orang lain tidak bisa masuk kesini tanpa persetujuan dariku"

Rosaria hanya merenung sambil mendengarkan perkataan Alen. Dia melakukan pose hormat kepada Alen seolah-olah dia adalah raja "Aku, yang yang baru saja mendapatkan nama baru. Rosaria, tolong izinkan aku untuk mengikutimu. Aku akan berusaha untuk menjadi berguna bagimu dan kau bisa memerintahkan apapun padaku"

Alen menggaruk pipinya "Bukankah tadi kau sudah mengatakan hal itu, kenapa kau mengulanginya lagi" namun Rosaria menggelengkan kepalanya "Aku tadi tidak bersungguh-sungguh mengatakannya, namun kali ini aku bersungguh-sungguh akan perkataanku"

Alen hanya bisa mengiyakan perkataan Rosaria "Baiklah"

"Oh dan sekali lagi akan aku katakan, aku belum bisa memberimu sebuah kasur. Dan disini hanya ada lantai yang dingin" Alen terus mengoceh panjang lebar, tapi Rosaria hanya tersenyum melihat Alen yang mengkhawatirkan dirinya.

*****

"Jadi ini disini adalah dimensi lain"

"Iya, dan hanya aku yang bisa mengizinkan siapa saja yang bisa masuk kesini"

"Ini pertama kalinya aku mendengar hal seperti ini"

"Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana kau bisa terkena kutukan itu?"

Rosaria kemudian menceritakan masa kelamnya.

Itu dimulai ketika dia masih berusia Empat Tahun, dia dulu berjalan dihutan tanpa tujuan dan tidak bisa mengingat tentang dirinya sendiri. Dia kemudian dipungut oleh seorang suster gereja. Meski dia adalah iblis, suster itu tidak mendiskriminasi dirinya dan malah merawatnya dengan baik. Dia diasuh oleh suster yang bernama Maria dan dulu Rosaria diberi nama Rose oleh suster itu

Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, orang-orang mulai mengetahui adanya iblis disebuah gereja dan para paladin gereja mendatangi Rosaria kecil untuk dieksekusi.

Tapi suster Maria menolak dan malah mencoba menyelamatkannya. Rosaria kemudian berlari meninggalkan gereja serta Maria, namun ditengah ia berlari dia kemudian kembali untuk menyerahkan dirinya dan menyelamatkan Maria dari para paladin yang mengintrogasinya.

Namun sayang, saat dia kembali. Tubuh Maria Tergantung disebuah tali yang mengikat lehernya. Matanya sudah tidak mengedip lagi dan detak jantungnya sudah tidak terdengar lagi.

Rosaria menggoyangkan tubuh Maria, berharap dia menjawab panggilannya. Namun sayang dia tidak bergeming, dan malah para penduduk dan para paladinlah yang mendekatinya untuk menangkapnya.

Karena tersulut emosi atas kehilangan orang yang dia cintai, Rosaria mengamuk dan tubuhnya berubah menjadi monster raksasa.

Tanduk kecilnya mulai memanjang, enam sayap hitam muncul dari punggungnya, cakar-cakar tajam terlihat, gigi-gigi tajam mulai terlihat keluar dari mulutnya.

Dia menjadi sosok yang mengerikan bagi orang-orang suci.

Dia membunuh seluruh penduduk dan para paladin, menghancurkan desa dan tidak hanya itu saja. Karena dia tidak bisa mengendalikan amarahnya, dia datang kekota dan menghacurkan sebagian besar kota.

Namun banyak para Priest disana yang bekerja sama, apa lagi dibantu oleh seorang Apostle. Rosaria kini bisa kembali kewujud awalnya dan diberi kutukan oleh sang Apostle dan kutukan itu membuatnya tidak dapat bergerak. Dia kemudian dikurung selama bertahun-tahun dan disiksa. Dan dia dijadikan subjek percobaan yang membuatnya menjadi buruk rupa seperti sebelumnya. Dia diperlakukan seperti hewan yang tidak berguna, bahkan mungkin perlakuan terhadap lebih buruk dari hewan.

Setelah mengalami nasib buruk yang membuatnya tidak peduli lagi akan pentingnya hidup, disitulah dia bertemu dengan Alen. Orang yang menyelamatkannya, tidak peduli dia adalah iblis atau apa.