webnovel

Topeng Yang Terbuka

"Ego saya?"

Suara berat itu mengalihkan perhatian Tera dari kegiatannya di area kolam renang. Tera melirik Sang Big Boss yang sedang berbicara dengan Wanita cantik yang sangat menarik di gazebo kebun belakang kediaman Lim yang sangat luas.

Hari ini adalah hari yang special. Keluarga Batara Tampubolon dari Indonesia datang berkunjung ke kediaman Lim di Singapura dan hendak menghabiskan akhir pekan bersama-sama. Sebuah momen yang sangat langka sehingga membuat Sebastian dan Nyonya Herlinda berusaha keras menjamu mereka dengan sebaik mungkin.

Batara Tampubolon adalah seorang pengusaha kelas atas yang sangat dihormati oleh keluarga Lim, ia memiliki cucu perempuan Bernama Kanaya Octa Tampubolon yang akan mewarisi kekayaan pria tua itu di masa yang akan datang.

Dua keluarga kaya raya yang saling menyatu dalam ikatan pernikahan bukanlah hal asing bagi Tera. Ia sering mendengar kisah seperti ini dan sekarang menyaksikannya di depan mata secara langsung.

Tera memperhatikan mantan tunangan Sebastian Lim tersebut dengan seksama. Gadis luar biasa yang tak goyah walau dihadapkan dengan Sebastian Lim yang sangat sukses dan tampan. Wanita itu melihat Sebastian dengan tatapan biasa saja. Tidak ada pemujaan berlebihan seperti yang sering terlihat dari Wanita-wanita lainnya.

Nona Kanaya pastilah wanita extraordinary sampai bisa membuat Sebastian, Nyonya Herlinda dan bahkan Nora Lim jatuh hati padanya. Tak mungkin ada kesepakatan pertunangan jika bukan karena karakter, latar belakang dan harapan keuntungan di masa depan.

Kanaya adalah gadis yang menarik. Ia memiliki wajah cantik dengan tubuh sedikit berisi namun tetap sexy. Tiada lelaki yang bisa menolak pesona sex appealnya yang luar biasa. Pantas saja jika Kama Atmajaya sampai tergila-gila padanya. Ya, sayangnya gadis itu justru memiliki terikat dengan sang don juan Kama Atmajaya yang terkenal brengsek di seantero negeri.

Tera mempertajam penelusurannya atas Nona Kanaya Tampubolon yang sedang menatap Sebastian dengan tatapan penuh tuduhan. Wanita itu memiliki bakat jutek hanya dengan helaan nafas dan tanpa perlu bersusah payah. Walau jutek, namun tetap sangat cantik.

Sangat menarik!

"Iya, ego kamu!" timpal wanita itu. "Jujurlah sama saya, atau setidaknya sama dirimu sendiri. Apa hatimu berdegup kencang saat melihat saya? sangat kencang dan berdebar-debar penuh cinta, sampai kamu rela mempertaruhkan seluruh hidupmu untuk saya?"

Tera yang sejak tadi tidak terlalu memperhatikan percakapan mereka mulai mengernyitkan kening saat mendengar pertanyaan Nona Kanaya.

Seingat Tera, Sebastian memang berencana untuk membujuk Nona Kanaya agar mau meninggalkan Kama Atmajaya dan Kembali menjadi tunangannya. Pria itu tahu jika Teratai Hutama yang keras hati sudah tidak bisa diandalkan lagi, Sebab itu ia berbalik mengejar Nona Tampubolon dengan alasan-alasan yang sudah disusunnya dengan baik.

Tera sebagai Asisten yang mempersiapkan semua jamuan acara kunjungan keluarga Tampubolon ini hanya bisa mendukung dari jarak jauh. Apalagi sekarang ia sedang sangat sibuk mengatur vendor yang mendekor area kolam renang untuk acara lamaran dan makan malam yang akan dilakukan oleh Sebastian.

Perhatian Tera berpaling dari Nona Tampubolon dan berfokus pada raut wajah Boss besarnya yang pucat pasi.

Sebastian terdiam.

Baru kali ini Tera melihat Sebastian tak mampu menjawab di hadapan seorang wanita. Nona Tampubolon memang luar biasa.

"Sebastian, Kama rela babak belur dipukuli Jo tanpa perlawanan sama sekali. Demi saya. Demi keutuhan pernikahan kita. Bahkan Kama rela memutuskan untuk menyingkirkan kepentingan keluarganya demi bisa menikahi saya. Apa kamu rela melakukan hal yang Kama lakukan demi saya?"

Tera tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara Kama Atmajaya dan Kanaya Tampubolon hingga berakhir dengan hubungan tanpa restu seperti ini. Hubungan yang konon ditentang keras oleh Batara Tampubolon sehingga membuat pria tua itu bersikeras memisahkan mereka demi mencapai tujuannya, yaitu menikahkan cucunya dengan Sebastian. Padahal Keluarga Atmajaya tak kalah kaya raya dengan keluarga Lim.

Lagi-lagi Sebastian tak menjawab. Sementara Nona Tampubolon mendesis dan menatap penuh tuduhan.

"Matamu tidak berbinar sebagaimana binar Kama saat melihat saya. Bahasa tubuhmu tidak sama seperti bahasa tubuh Kama. Kamu… tidak mencintai saya." Konfrontasi Sang Nona Muda. "Perasaanmu itu bullshit!"

Tera mengerjap, "Wanita yang sangat pemberani!" Seru Tera dalam hati.

"Teganya kamu menyimpulkan kalau perasaan saya ini bukanlah cinta." protes Sebastian setelah sekian lama terdiam.

Nona Tampubolon menunjuk dada Sebastian. "Itu bukan bahasa cinta. Itu ego yang sedang terluka. Masih mau ngelak? Atau memang kamu punya tujuan tersembunyi lainnya?"

Rupanya wanita itu bisa menebak jika upaya Sebastian Lim malam ini bukan berasal dari ketulusan hati. Wanita itu tidak akan mau memakan umpan apapun yang Sebastian tawarkan malam ini. Jadi sepertinya Tera harus segera mengevaluasi persiapan makan malam dan acara lamaran special malam ini.

Tera mendesah kecil. Setelah ini ia harus menghadapi mood Sebastian yang kacau, Nora yang menangis atas kepulangan Kanaya ke Indonesia, dan Nyonya Herlinda yang pusing mencarikan jodoh untuk putranya.

Tiga poin catatan yang singkat, namun begitu poin-poin itu akan berkubang pada proses yang rumit dan sangat panjang yang harus dihadapi Tera.

"Sebutkan saja, Seb. Jangan malu-malu. Buka saja semua alasan perubahanmu yang mendadak itu. Saya tidak keberatan mendengarnya kok. Jadi apa yang kamu mau, Dukungan Batara untuk bisnismu? Atau Butuh sosok ibu untuk putrimu?"

Pertanyaan itu sangat telak.

Sebastian sudah tidak bisa mengelak. Upayanya malam ini – topengnya saat ini sudah terbuka lebar. Tujuannya bisa dicium dengan mudah oleh Nona Kanaya yang sangat cerdas.

"Kanaya…" gumam Sebastian.

Pria itu menatap Kanaya dengan binar mata tak percaya.

Sepertinya Sebastian berusaha mencari alasan untuk mengelak atas semua tuduhan itu namun ia justru tergeragap selama beberapa saat.

"Sudahlah Boss, jangan mempermalukan diri sendiri terlalu lama…" gumam Tera di dalam hati.

"Miss…" suara Ysabelle memudarkan lamunan Tera.

Ketua Tim Vendor itu berdiri di samping Tera sambil menunjukkan sebuah kotak beludru berwarna merah.

"Ya, Miss?" tanya Tera.

"Ini adalah cincin lamaran yang Mr.Lim berikan pada kami satu jam yang lalu. Menurut Anda, apakah beliau akan lebih senang untuk meletakkan cincin ini di tengah meja yang penuh bunga itu, atau lebih baik disembunyikan di dalam kue?"

Tera memperhatikan kotak beludru merah itu dengan seksama. Lalu matanya beralih pada Ms. Ysabelle penuh tanya.

"Apakah Mr.Lim tidak memberikan petunjuk yang lebih spesifik untuk Anda?"

Ysabelle menggeleng kecil, "Beliau meminta kami untuk bertanya tentang pendapat Anda mengenai hal ini, Miss."

"Ck!"

Tera menggeleng kesal.

"Saya harap Anda tidak meletakkannya di dalam kue. Akan sangat bahaya jika masuk ke dalam pencernaan tanpa sengaja. Lebih baik diletakkan di tengah meja penuh bunga saja." Putus Tera.

"Lagipula, sepertinya acara makan malam dan lamaran ini tidak akan pernah terjadi…" pikir Tera.

***