webnovel

Lamaran Pria Putus Asa

Area kolam renang itu menguarkan aroma manis yang menyenangkan. Perpaduan aroma mawar segar dan udara dingin yang menyelimuti malam. Di setiap meja dan tepian kolam renang terdapat dekorasi yang dipenuhi bunga mawar yang sangat indah dan memanjakan setiap mata yang memandang.

Dekorasi itu sengaja disiapkan oleh Sang Tuan Rumah untuk membuat acara lamaran romantis yang bisa dikenang seumur hidup. Acara yang digadang-gadang akan menyelesaikan separuh masalah hidup yang dihadapi Sang Tuan. Namun sayangnya, semewah, sebagus dan seindah apapun latar acara lamaran yang didekorasi oleh Tim Nona Ysabelle dari Vendor Event Organiser tersebut, tetap saja, tidak bisa menyelesaikan rencana besar Sang Tuan Muda saat ini.

Wanita yang akan dilamar itu menolak penjelasan apapun darinya, ia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan Sebastian dan alasan dibalik ungkapan perasaannya yang mendadak. Nona Kanaya Tampubolon memilih hengkang dan tak mendengar satupun alasan Sebastian sehingga membuat dekorasi dan keindahan di area kolam renang ini menjadi sia-sia belaka, dan itu artinya pekerjaan Tera selama seharian ini tak memiliki hasil sesuai ekspektasi mereka.

Tera melamun di tepian kolam sambil bersedekap melindungi diri dari angin malam yang menerpa. Ia belum pulang dari kediaman Lim karena Sang Tuan Muda Lim dan Putrinya melarang Tera pergi dari kediaman mereka. Alhasil disinilah Tera berdiri, tak bisa tidur memikirkan semua yang terjadi hari ini.

Wanita itu menggosok lengannya yang terasa dingin, bagaimana tidak, ia hanya menggunakan piyama sutra yang tidak bisa melindunginya dari angin dingin. Ia memang memiliki berbagai baju tidur di dalam lemari Nora agar bisa digunakan pada saat menginap seperti sekarang.

"Belum tidur?"

Lamunan Tera terganggu oleh kehadiran Sebastian yang tiba-tiba. Suara pria itu terdengar dari arah belakang sehingga membuat Tera spontan menoleh ke tempat suara berasal.

Sebastian berjalan memasuki area kolam renang yang memang agak jauh dari gazebo dan taman belakang. Kolam renang dibatasi oleh pagar tanaman setinggi pinggang sehingga aman dari jangkauan anak-anak seperti Nora.

Sebastian nampak berantakan. Rambutnya acak-acakan, matanya merah dan beberapa kancing piyama sutra hitamnya terbuka. Pria itu terlihat sangat kacau.

"Sudah. Tapi tiba-tiba terbangun dan tak bisa tidur lagi…" jawab Tera kembali berbalik menghadap kolam renang yang memantulkan cahaya lampu taman.

"Apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?"

"Hanya sedang mencari udara segar. Disini banyak bunga mawar yang menyebarkan harum semerbak… harum yang membuat perasaan menjadi tenang."

Tera melirik Sebastian yang sudah berdiri di sampingnya sambil berkacak pinggang, pria itu menatap bunga-bunga lamarannya dengan pandangan sebal.

"Apa yang anda lakukan malam-malam begini? Kenapa belum tidur?" Tera balik bertanya. Lalu ia pun mengernyit sambil mendengus-dengus kecil pada leher dan rahang Sebastian. "Anda minum?"

Sebastian menyeringai kecil, pria itu tahu jika Tera akan marah-marah setiap kali mendapati Sebastian minum alkohol di rumah.

"Hanya beberapa sloki."

Tera memutar mata kesal, "Tetap saja! Tidak baik jika Nona Nora melihat Anda mabuk seperti ini!" omel Tera. "Anda akan menjadi contoh tidak baik untuk Nora. Tolong hentikan kebiasaan buruk itu!"

"Ada apa sih, antara kamu dan alkohol? Kamu selalu marah-marah padahal saya hanya minum sedikit, saya tidak mabuk sama sekali."

Tera mendengus sebal, "Alkohol itu buruk untuk kesehatan!"

"Ya, ya, ya. Baiklah. Saya akan berusaha berhenti minum alkohol tapi…"

"Tapi?"

"Hanya jika kamu mau menjadi istri saya."

"What!? Anda gila!?"

"Tidak…" gumam Sebastian sambil berjalan ke arah meja yang terisi penuh bunga mawar, di tengah meja itu terdapat kotak beludru yang berisi cincin berlian yang sangat cantik. Sebastian mengambil cincin itu, memandangnya untuk beberapa saat yang hening sambil mendesah kecil.

Tera mengamati gerak gerik Sebastian dan cincin itu bergantian. Keningnya mengernyit heran sementara bahasa tubuhnya sedikit waspada.

Mood Sebastian terlihat naik turun, pria itu baru saja mendapat penolakan keras dari calon mangsanya, dan kini Tera belum bisa meraba kemana Serigala Pemarah itu akan membawa percakapan mereka.

Sebastian mendongak menatap Tera, kemudian menjulurkan kotak beludru itu ke hadapan Tera.

"Maukah kamu menikahi pria putus asa ini?"

"Oh, No! jangan begitu, Boss… Anda bukanlah lelaki putus asa semacam itu. Anda adalah Sebastian Lim! Boss besar alias Da Laoban dari Trust Group! Anda bukan lelaki sembarangan. Anda lelaki penuh kuasa yang memiliki harta dan wajah sempurna. Wanita-wanita itu akan mengantri untuk mendapatkan hati Anda…" bujuk Tera penuh sanjungan. Wanita itu berusaha untuk tidak menghancurkan mood Sebastian lebih jauh dan membahayakan dirinya sendiri di wilayah abu-abu ini.

"Saya memang memiliki sederet wanita yang mengantri untuk menjadi istri saya, namun tidak untuk menjadi ibu Nora…"

"Dan dari sekian banyak wanita semacam itu, pasti ada pengecualian. Pasti ada satu wanita yang mau menjadi istri Anda sekaligus menjadi ibu untuk Nora… Kita hanya perlu mencarinya sedikit lebih lama. Tidak masalah. Saya akan membantu Anda…"

Tera bisa melihat perubahan warna muka dan tatapan Sebastian yang sangat tiba-tiba. Mata sendu itu berubah menjadi tajam dan wajahnya menampilkan raut tak suka. Pria itu berjalan mendekat dengan sikap tubuh yang mengancam dan spontan saja Tera melangkah mundur perlahan-lahan.

"Boss…" Tera menaikkan kedua tangan untuk memberi kode bagi Sebastian agar berhenti melangkah maju dan terus menyudutkannya. Bagaimanapun juga jika Sebastian terus melangkah maka Tera tidak hanya tersudut namun bisa saja Tera jatuh ke dalam kolam renang yang dingin di belakangnya.

"Apa yang membuatmu sebenci itu kepada saya?" desis Sebastian.

"S – Saya tidak benci. Tidak ada sedikitpun perasaan benci. Saya hanya tidak menyukai ide pernikahan dengan Anda. Lagipula saya sudah memiliki Brandon Dexter, Boss."

"Tinggalkan pecundang itu dan nikahi saya. Jadilah ibu untuk Nora."

"Boss, ini adalah pernikahan. Bukan sesuatu yang bisa dipaksakan seperti pekerjaan. Pernikahan butuh cinta, butuh rasa percaya dan lain sebagainya. Kita tidak memiliki hal itu… Saya tidak bisa memaksakan diri saya untuk menerima Anda…"

Salah satu tangan Sebastian yang bebas menarik pinggul Tera dan mendekap wanita itu di dalam pelukannya.

Tera memekik kaget, tangannya menolak dan mendorong dekapan Sebastian namun pria itu memiliki kekuatan yang berkali-kali lipat lebih besar sehingga membuat Tera tak berkutik di dalam dekapannya.

"Boss, jangan begini. Saya mohon. Saya adalah pegawai Anda. Saya harap Anda menyadari batasan-batasan yang harus Anda jaga."

"Kamu tahu sejak dulu bahwa saya tidak memiliki batasan apapun terhadapmu, bukan? Saya membiarkanmu mengatur kehidupan pribadi saya, mengatur urusan rumah tangga saya, dan mengurus anak semata wayang saya. Jadi, jangan bicara batasan dengan saya!"

"Boss, Anda sepertinya sudah mabuk. Lebih baik Anda istirahat karena besok Anda pasti akan menyesali perbuatan Anda ini…"

"Tidak. Saya tidak mabuk. Dan saya tidak pernah menyesal setiap kali memeluk tubuhmu ini…" Sebastian memeluk Tera semakin erat. Kini wajah mereka semakin lekat dan nafas keduanya saling membaur menjadi satu.

"Boss…" Tera menggeliat, ia membuang wajah demi menghindari tatapan Sebastian yang sangat tajam kepadanya. Pria itu terlihat sangat menakutkan setiap kali menatapnya dengan cara seperti itu.

Sebastian yang bersikap main-main tentu berbeda dengan Sebastian yang serius dengan sikap mengancam penuh dominasi seperti ini. Sisi Sebastian inilah yang membuat Tera menciut dan tak berani membantah.

"Menikah atau…" bisik Sebastian di pipi Tera, "Perlu saya hamili kamu terlebih dahulu?"

"BOSS!" pekik Tera. Wanita itu menoleh cepat dan menatap Sebastian dengan sinar tak percaya.

"Jawab, Tera!" desis Sebastian penuh ancaman. Pria itu menyatukan keningnya pada kening Tera. Bahkan hidung keduanya saling melekat dengan jarak bibir yang begitu dekat.

Tera bisa mencium aroma alkohol dari mulut pria itu dan ia sangat membencinya. Tera menahan nafas, kembali berusaha berpaling untuk menghindari aroma alkohol yang menyengat. Sayangnya, tangan Sebastian yang menggenggam kotak beludru kini menahan tengkuk Tera hingga sulit bergerak.

Tera memejamkan mata, lalu menghela nafas lelah.

"Boss, Anda mabuk. Anda pasti akan menyesali perkataan Anda barusan."

"Saya tidak mabuk, Tera. Berapa kali harus saya bilang jika beberapa sloki tidak akan membuat saya mabuk."

"Lalu kenapa? Kenapa Anda memaksa saya seperti ini?"

"Karena saya ingin terbebas dari tuntutan pernikahan ini. Saya ingin memiliki istri yang mengurus Nora. Dan saya…"

Sebastian memejamkan mata sejenak, kemudian matanya yang berkobar oleh rasa marah membuka dan menghujam Tera dengan sangat tajam. Tanpa diduga-duga pria itu menggigit rahang Tera dengan gigi-giginya, gigitan yang dilakukan hanya untuk menunjukkan dominasi kuat seorang pria berego besar yang sedang mengamuk.

"Boss, sakit!" cicit Tera sambil mendorong wajah Sebastian menjauh.

"Kanaya Tampubolon sudah keluar dari list dan sekarang saya hanya memiliki satu calon istri yang disetujui oleh Mamak, yaitu Teratai Hutama." Sebastian menarik nafas kasar, "Kau, gendut. Hanya kau satu-satunya calon istri yang disetujui oleh Mamak. Jadi, berhentilah menolak atau saya akan menghamilimu dan memaksamu untuk menikah dengan saya!"

Tera mendorong sekuat tenaga, kalimat-kalimat Sebastian telah membangkitkan emosinya hingga membuat Tera berusaha keras menjauhkan diri dari pria itu. Namun Sebastian adalah Sebastian, tubuhnya tinggi, berdada bidang dan berotot kuat. Tera si cewek gendut yang jarang olahraga tentu saja tak sanggup mengalahkan kekuatan Sebastian.

"Kejam! Anda sangat kejam! Anda adalah bos yang menyebalkan!" cicit Tera.

"Saya memang kejam. Kamu mengetahuinya sejak lama, kenapa baru protes sekarang!?"

Tanpa aba-aba dan clue sama sekali, tiba-tiba saja Sebastian melepaskan Tera, lalu mendorong wanita itu hingga tercebur ke dalam kolam renang.

"BOSS!!!" teriak Tera.

Wanita yang hanya mengenakan piyama sutra itu tenggelam di kolam renang yang cukup dalam. Ia bergerak sekuat tenaga untuk mengontrol tubuhnya dan berusaha menuju permukaan dengan kedua kaki dan tangannya.

Tera terbatuk-batuk saat sampai di permukaan, kedua tangan mengusap wajah dan rambut ke belakang, lalu matanya menatap penuh kemarahan pada Sebastian.

"Dasar Boss dari neraka!!!" jerit hati Tera.

***