webnovel

Blood King Husband

Sebuah pertemuan yang tidak terduga terjadi di sebuah club' malam. Pertemuan yang begitu mengesankan sampai terbayang dalam pikiran. Dialah seorang pria yang sangat tampan dan selalu mendapatkan pujian dari banyak orang. Ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis berparas cantik, tapi sedikit keras kepala. Pertemuan itu sampai menyatukan dua insan yang belum sama sekali saling mengenal. Seorang pria bernama Sean langsung mengklaim bahwa gadis yang ia temui harus menjadi miliknya tanpa terkecuali. Kisah cinta pun dimulai sampai kejenjang pernikahan, tapi siapa sangka ditengah pernikahan Sean harus kembali untuk menunaikan tugasnya demi kerajaannya, dan hanya ada dua pilihan memilih cinta atau kematian.

Meldy_Wita · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
97 Chs

Terlihat cemburu

"Sebentar-sebentar, apa tadi kamu bilang ingin mencukur semua bulu mu? Apa kamu ini ... Calvin? kucing Squby kesayangan milik Quiena?" tanya Sean dengan kebingungan sampai ia tidak jadi untuk membopong tubuh Quiena.

Dengan begitu percaya dirinya Calvin, ia berjalan melangkah dua langkah kedepan dengan gaya sombongnya sembari tersenyum tipis Calvin berkata. "Hey, Tuan yang kejam. Memangnya kenapa? Anda terkejut setelah mengetahui siapa saya atau Anda takut kalah tampan setelah Nona Quiena melihat saya nantinya?"

"Apa katamu? Jadi kamu Calvin? Oh ya ampun ... dosa apa aku sudah memberikan Quiena pria kecil seperti dirimu," ngeluh Sean sembari menepuk jidatnya sendiri. Namun, ketika drama mereka terus berlanjut Emanuel yang sedari tadi sudah begitu mengeluh sampai-sampai ia mengipasi tubuhnya dengan dedaunan yang berada di dekat ia berdiri.

Lalu Emanuel mengambil alih untuk berdiri mendekati mereka seraya dengan mengayunkan kipasan daun itu kearah wajah mereka masing-masing, sembari berkata. "Ayolah, brother ... mau sampai kapan kalian di sini? Atau perlu sampai menunggu para penyihir datang lagi? Ah lebih baik begini, biarkan aku yang akan menggendong Quiena sampai ke kediaman."

Sontak saja ketika mendengar hal itu dengan cepat Sean bergerak untuk membopong tubuh Quiena, namun hal itu mengundang tawa bagi Emanuel dan Calvin, karena begitu terlihat rasa kecemburuan di mata Sean.

Mereka semua bergegas untuk kembali, dan tidak begitu lama angin kencang ikut mengerakkan semua pepohonan yang ada. Ketika tiba di kediaman, Sean langsung merebahkan tubuh Quiena yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ia menatap dengan penuh kasih ketika melihat wanita itu belum kunjung sadar, namun ketika sedang memberi tatapan penuh kasih tiba-tiba saja Calvin berjalan mendekati tubuh Quiena, dan langsung memberikan pelukan kepada wanita itu.

Amarah langsung memucat ketika melihat Quiena sedang dipeluk oleh Calvin, ia langsung mengeluarkan kekuatannya. Cahaya merah ikut menyambar dari balik jari manisnya sampai membuat tubuh Calvin terpental jauh sampai mengenai dinding kamar itu.

Ketika saat yang bersamaan pula Emanuel yang ingin masuk kedalam ruangan itu, ia pun ikut terpental jauh, hanya saja kondisi pikirannya yang kuat tidak sampai membuatnya ambruk melainkan tubuhnya hanya terseret mundur beberapa langkah. Ia pun penasaran dengan apa yang sedang terjadi di dalam, sontak saja membuatnya langsung bergegas masuk ke dalam kamar itu.

Ketika Emanuel tiba di dalam kamar itu, ia melihat Calvin sudah tergelatak di sana, sedang mencoba untuk bangkit. Emanuel langsung bergegas untuk membantu Calvin bangkit. Lalu ia menghampiri Sean sembari berkata. "Sean! Ada apa dengan dirimu? Kenapa sampai Calvin sasarannya? Ayolah, Sean ... Quiena sedang sekarat saat ini."

"Jaga Calvin, aku tidak mau main nyosor ke Quiena," ucap Sean dengan raut wajah yang terlihat kesal.

"Jadi ternyata kamu hanya kesel karena Calvin mendekati Quiena? Sebentar, brother. Apa jangan-jangan kamu memang sudah memiliki perasaan terhadap Quiena? Sampai kamu harus cemburu dengan Calvin," tebak Emanuel sembari tersenyum tipis kearah Sean.

"Ti-tidak, siapa yang punya perasaan. Aku hanya tidak ingin melihat Calvin begitu manja-manja dengan Quiena di saat dia sedang sekarat. Ah sudahlah sebaiknya kita obati Quiena terlebih dahulu." Sean mencoba mengelak sembari ia berjalan menuju ke dekat Quiena.

Sean bersama Emanuel mencoba mengarahkan kekuatan mereka berdua agar Quiena tersadar, dan untung saja wanita itu dengan tiba-tiba batuk sampai ia mengeluarkan darah segar. Hal itu membuat kedua pria itu tersenyum ketika melihat racun yang telah membuat tubuh Quiena menjadi tidak sadar akhirnya perlahan keluar, tetapi darah itu menjadi bumerang untuk Emanuel. Ia sampai tidak dapat menahan bau harum darah yang terus mengalir itu sampai akhirnya gigi taring sukses terlihat, lalu dengan cepat ia berusaha untuk agar sampai menyentuh tubuh Quiena, dan menghisap darahnya.

Tetapi Sean yang sudah melihat reaksi lain dari dalam diri Emanuel langsung saja mencoba menahan pria itu sampai Sean berhasil mendorong tubuh Emanuel untuk keluar dari kamar itu, begitupun dengan Calvin yang langsung memilih keluar dengan sendirinya.

Tinggallah di kamar itu Sean bersama dengan Quiena istrinya. Sean mencoba mendekati, dan perlahan menyentuh darah segar yang berada di mulut Quiena. Aroma menyenangkan dari darah itu mampu membuat Sean candu, ia juga sudah mencoba menahannya sedari tadi. Alhasil tanpa menunggu lama Sean menghisap tanpa ada sisa. Darah yang bercampur dengan racun dari efek sinar bulan purnama tidaklah berbahaya untuk dirinya. Namun, sangat berbahaya bagi manusia biasa atau yang tidak lagi memiliki kekebalan tubuhnya sama sekali.

Tidak cukup puas dari itu, ia pun mencoba menghisap darah Quiena tepat dileher sebelah kirinya. Sampai membuat tubuh Quiena yang sudah lemas bertambah sangat lemas. Sean dengan perlahan juga mengusap rambut Quiena sembari ia menjilat sisa darah dari bibirnya.

"Aku begitu heran siapa dirimu sebenarnya sampai-sampai tubuhmu tidak meledak ketika menerima persembahan dari Edward, dan karena itu aku masih sangat yakin kalau dalam dirimu ada hal aneh yang belum ku ketahui. Jadi sekarang istirahatlah dulu," gumam Sean tanpa melepaskan usapannya itu.

Sean pun bangkit keluar dari kamar itu, meninggalkan Quiena yang masih dalam tahap pemulihannya. Ketika Sean keluar, ia tidak sengaja menatap kearah Emanuel bersama Calvin.

Emanuel sedang sibuk mencukur bulu yang berada di wajah Calvin, lalu Sean mencoba mendekat.

"Jadi ... kamu sudah berubah wujud ya, tapi wujud mu tidak lebih tampan dari wajahku," ucap Sean dengan begitu percaya diri sampai sampai ia tersenyum tipis.

"Yang memang kamu lebih tampan, tapi aku yang lebih imut dan menggemaskan," sahut Calvin dengan rasa bangga, sampai ia menaikkan sebelah alisnya.

Sean begitu kesal mendengar balasan Calvin sampai membuat dirinya kena mental, alhasil ia ingin mendorong tubuh Calvin, namun dengan cepat Emanuel berusaha menghalangi sampai ia berdiri di depan.

"Ets! Kamu bisa lihat aku sedang apa," ketus Emanuel. Akhirnya Sean kembali ke posisinya semula.

Emanuel yang sedari tadi menjadi tukang cukur alhasil hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat dua pria di depannya itu yang sedang mempertaruhkan tampangnya masingm, lalu ia bertanya. "Bagaimana dengan keadaan Quiena? Dan sepertinya bau darah itu tercium begitu pekat darimu. Jangan bilang kalau kamu menghisap darahnya lagi?"

"Tebakkan mu benar, daripada kamu yang menghisap darah istriku mending aku saja," jawab Sean dengan raut wajah tanpa bersalah.

"Ah kau ini pelit sekali, padahal itu sama saja sama-sama di meminum darahnya, tapi bagaimana dengan keadaannya, dia tidak kenapa-kenapa kan?" tanya Emanuel yang terlihat begitu perhatian.

Kepedulian Emanuel justru membuat Sean terheran sampai keningnya berkerut, pasalnya temannya itu tidak pernah begitu perhatiannya terhadap wanita yang dimiliki oleh Sean. Hal itu membuatnya bertanya-tanya.