webnovel

Blood King Husband

Sebuah pertemuan yang tidak terduga terjadi di sebuah club' malam. Pertemuan yang begitu mengesankan sampai terbayang dalam pikiran. Dialah seorang pria yang sangat tampan dan selalu mendapatkan pujian dari banyak orang. Ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis berparas cantik, tapi sedikit keras kepala. Pertemuan itu sampai menyatukan dua insan yang belum sama sekali saling mengenal. Seorang pria bernama Sean langsung mengklaim bahwa gadis yang ia temui harus menjadi miliknya tanpa terkecuali. Kisah cinta pun dimulai sampai kejenjang pernikahan, tapi siapa sangka ditengah pernikahan Sean harus kembali untuk menunaikan tugasnya demi kerajaannya, dan hanya ada dua pilihan memilih cinta atau kematian.

Meldy_Wita · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
97 Chs

Menentang maut

Baik, kepala menteri," sahut Edward mengiyakan dengan menundukkan kepalanya.

Edward pun pergi meninggalkan Emanuel sendirian. Namun, dirinya tidak pergi untuk memanggil para pasukan melainkan memilih untuk memasang manusia. Ia pergi untuk mencari mangsa agar dirinya nanti bisa lebih kuat saat membuat persembahan untuk Quiena setelah ia berhasil menculiknya.

Di dalam kamar. Sean sedang menuju untuk menemui istrinya, Quiena. Lalu dengan cepat bagai kilat dirinya sudah berada di depan pintu. Sean memilih masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Sean! Ihh kamu kebiasaan deh masuk kamar enggak ada permisi. Kaget tahu kaya hantu!" kesal Quiena.

"Meong ... Meong ...." Squby pun ikut-ikutan kesal.

Tanpa memperdulikan apa yang sedang di katakan Quiena. Sean langsung menutup semua jendela serta menguncinya hingga ruangan kamar menjadi gelap dan harus di hidupkan lampu.

"Apa-apaan ini, Sean?!" tanya Quiena dengan berteriak.

"Pelankan suaramu, Sayang. Kumohon saat ini bicaralah dengan sedikit pelan. Oh ya satu lagi jangan coba-coba untuk keluar dari kamar ini. Please! Kumohon demi aku," ungkap Sean tanpa memberitahukan yang sebenarnya.

"Lah emangnya kenapa? Masa sih aku harus terus mengurung diri di sini. Jika ya maka katakan alasannya," sahut Quiena keras kepala.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, tapi nanti aku akan mengatakan semuanya. Dan Squby! Jaga mamamu dengan baik, Papa tidak ingin Mama sampai keluar dari kamar ini. Squby, dengarkan?" ungkap Quiena seraya bertanya pada kucingnya.

"Meong ...." sahut Squby sambil menganggukkan kepalanya.

Meskipun Squby hanya kucing vampire namun, ia juga bisa merasakan bahaya serta penciumannya jika datang dari kaumnya sendiri.

"Bagus, nak. Kalau begitu Papa keluar dulu. Ingat jaga mamamu," ungkap Sean mengingatkan kembali.

"Meong ...."

Quiena menatap Sean sedikit aneh. 'Hari pertama menikah dia datang ke kamarku dengan memperingatkan sesuatu. Suami macam apa begitu bukannya memujiku atau memberikan hadiah, tapi justru melarang ku. Seperti dia sedang menyembunyikan perempuan lain dariku.'

Sean ingin beranjak keluar namun, saat mendengar isi hati istrinya dia justru ingin tertawa dan juga ingin menggodanya, tapi niatnya harus di urungkan sebab ada hal penting yang lebih harus ia lakukan saat ini.

Sean keluar dari kamar istrinya lalu membuat pelindung untuk menjadi tameng yang menjaga istrinya. Dengan perasa sedikit lega berkat adanya Squby karena kucing itu juga memiliki kekuatan bahkan kucing tersebut bisa menjadi sebesar harimau saat sedang marah.

Sean kembali ketempat Emanuel dan Edward. Ia sudah menyiapkan dirinya jika Jacobs tiba. Tapi, Sean celingak-celinguk mencari seseorang.

"Edward di mana?" tanya Sean.

"Oh tadi gua lagi suruh buat siapkan pasukan eh sampai sekarang dia belum balik. Oh ya menurut terawangan ku, saat ini Jacobs bersama anggotanya sudah hampir tiba," ungkap Emanuel.

"Baiklah, bersiaplah kita harus menghadang mereka di luar!" perintah Sean dengan tegas.

Sean bersama Emanuel, hanya berdua meskipun Emanuel meminta bantuan pasukan vampire lebih banyak tapi, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda kemunculan kaum dari mereka.

"Yang mulai Raja, sepertinya pasukan yang lain tidak akan datang membantu kita. Entah kenapa aku berpikir kalau Edward telah pergi menghilang," ungkap Emanuel.

"Tidak masalah, kita hanya menghadang jika Jacobs mencoba masuk. Setelah itu Edward akan kita urus. Aku memang sudah lama sedikit curiga dengan tingkahnya," sahut Sean.

Mereka sedang mengobrol tapi, tiba-tiba pasukan musuh datang. Jacobs bersama dengan pasukannya kira-kira berjumlah sepuluh orang telah berdiri di hadapan Sean.

Senyum tersungging dari raut wajah Jacobs. "Hello kakak, apa kabar? Senang bertemu dengan yang mulia Raja ter ... dahulu."

"Aku baik-baik saja wahai adikku. Ada gerangan apa kamu sampai datang menemui kakakmu ini?" tanya Sean dengan sedikit basa-basi.

"Heuh! Jangan terlalu berbicara manis denganku! Aku muak dengan Vampire seperti kalian! Aku datang kemari karena aku mendengar bahwa di sini sedang di gelar pesta pernikahan. Bukankah aku ini adikmu, jadi kupikir aku ingin hadir untuk melihat calon kakak ipar lalu memusnahkannya!" bentak Jacobs seraya mengeluarkan taringnya.

Sean membalikkan matanya saat menatap Jacobs mengeluarkan taringnya. "Hey! Tidak perlu terlalu cepat mengeluarkan taring mu. Lebih baik kita duduk-duduk saja sambil berpesta. Bukankah begitu, Emanuel?"

"Benar sekali, Yang Mulia Raja. Aku sangat setuju dengan ide cemerlang mu itu. Hay ... penguasa dari segala Clan vampire. Jacobs Hemat, tuanku yang kedua. Um, bukankah ajakan dari kakakmu itu begitu bagus? Ayolah kemari kita bersenang-senang apalagi di sini begitu banyak wanita cantik. Heuh! Bukankah kau juga sama dengan kami menyukai wanita cantik, tubuh sexy. Ah! Rasanya membahana jika di bayangkan. Aduh ... Adik kecilku sepertinya ingin berdiri," ungkap Emanuel dengan seenaknya jidatnya sendiri.

Sean mendengar ucapan yang keluar dari Emanuel tertawa. Tapi, sayangnya Jacobs yang tidak menerima lelucon justru mengeraskan rahangnya.

"Arggh! Emanuel! Kau sengaja bermain-main denganku! Namaku Jacobs Herbert bukan Jacobs Hemat! Hari ini akan menjadi kematian mu karena kamu! Sudah berani-beraninya mengejek penguasa dari segala clan vampire!" geram Jacobs sembari memasang kuda-kuda untuk menyerang mangsa.

"Oh ya? Aku jadi takut. Aduh ... Bagaimana ini? Aku takut sekali. Aw Mama ... Aku sungguh ketakutan! Aw bahaya di depan sedang mengintai ku. Ha ha ha, kamu tidak bisa semudah itu membunuhku, Jacobs!" ketus Emanuel di barengi dengan leluconnya.

Sean sudah bersiap-siap jika ada serangan yang datang. Meskipun sejak tadi Emanuel sibuk membuat lelucon namun, sebetulnya mereka berdua sedang mempersiapkan rencana, karena jumlah pasukan dari Jacobs begitu banyak bahkan di dampingi dari beberapa pasukan penyihir. Hingga membuat mereka was-was.

'Sean, kau pasti tahu jika tidak akan bisa melawan mereka membawa penyihir. Pasukan kita juga tidak cukup. Bahkan aku sejak tadi belum sempat meminum darah. Jadi, sekarang apa yang harus kita lakukan?' ucap Emanuel yang sedang melakukan perbincangan melalui telepati.

Ada satu cara untuk menyelamatkan diri. Kau ingat jika kita sudah membuat pelindung? Jadi, sebaiknya aku akan memimpin pasukan kita. Bersiaplah, Jacobs akan menyerang,' sahut Sean.

'Hey! Katakan cara apa itu? Bagaimana gue tahu kalau Lo cuma diam!' ketus Emanuel sembari memasang kuda-kuda.

'Nanti Lo bakalan tahu!'

Jacobs berteriak sembari memperlihatkan gigi taringnya. Ia kemudian berlari dengan begitu cepat serta di ikuti oleh pasukan-pasukannya.

"Kalian tidak akan bisa lari lagi dariku!" teriak Jacobs sambil berlari.

Sean mengeraskan rahangnya namun, ia masih berdiam diri di tempat. Emanuel gelisah melihat Sean yang masih belum bergerak sedikitpun.

'Sean! Apa Lo sengaja menentang maut?!' bentak Emanuel dengan nafas yang tidak karuan.

'Ya kita akan menentang maut! Secepatnya lari ...!" Teriak Sean melalui telepati.

'Astaga! Jadi ini rencana untuk menyelamatkan diri?' Ah benar-benar memalukan,' omel Emanuel sambil ikut berlari.